Tak terasa sudah dua bulan Dita tinggal di Korea, ia merasa mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya, ia juga mulai berani menunjukan sifat-sifat aslinya pada orang yang ia kenal. Eomma, teman-temannya, pengecualian Loudi yang memang sudah menyebalkan sejak awal, yang membuat Dita tak segan bersikap sebagaimana ia dulu pada lelaki itu.
Yah, walaupun begitu, Dita juga tak bisa mengelak bahwa Loudi orang yang cukup berjasa di dalam kehidupannya di Korea. Lelaki itu yang setiap harinya duduk di depan Dita menunggangi motornya, menjadi ojek seperti yang lelaki itu katakan, mengajarinya bahasa Korea, dan banyak lagi moment di mana Dita tak bisa mengelak untuk bersama lelaki itu.
"Woy! Ngelamunin gue lo, ya?"
Dita mengerjap diiringi gelengan kepala, tersadar dari lamunannya sebab celetukan seseorang yang kini duduk di hadapan Dita, menaikan satu kaki ke kursi lalu dengan santainya menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri, tanpa berniat menoleh ke Dita lagi. "Ihh, nggak!" jawabnya dengan cepat menggeleng.
Eomma menoleh ke arah Dita lalu beralih ke anak semata wayangnya itu. "Loudi, pakai kancing seragam kamu! Kamu sengaja, ya, begitu biar dilihat Dita?" tegurnya yang sontak membuat Loudi dan Dita menoleh kepadanya.
Dita mengumpati dirinya yang baru saja memperhatikan abs lelaki itu beberapa saat. Bisa-bisanya mata Dita tak berkedip tadi. agrh! eomma pasti berpikir yang aneh-aneh melihat ekspresi Dita tadi. Dan ini kenapa juga pipinya terasa memanas?!
"Biarin, eomma. Gerah," jawabnya cuek dan kembali menyantap sarapannya.
Dita menghela napas lega. Untung saja lelaki itu tak memperhatikan wajah Dita. Kalau saja iya, aghh, sungguh, lelaki itu punya banyak stok ejekan untuknya jika sampai itu terjadi.
"Eomma mau tanya sesuatu." Eomma kembali berbicara saat suasana sudah mulai hening dan hanya dentingan alat makan yang mengisi ruangan tersebut.
"Kalian berpacaran?"
"Uhuk! Uhuk!" Dita buru-buru mengambil gelas berisikan air putih dan meneguknya.
"Belum eomma," jawab Loudi yang sepertinya biasa saja sejak pertama kali mendengar pertanyaan itu.
Dita mengernyitkan alis heran. Jawaban macam apa itu?
"Oh, kalo belum berarti ada kemungkinan bakal pacaran nanti?"
"Ya nggak tau juga. Gimana nanti aja, eomma, Loudi gak mau berekspektasi tinggi," ucap Loudi lalu ikut meneguk gelasnya, beranjak berdiri dan menarik Dita keluar begitu saja.
"Berangkat, eomma!"
"Ne! Hati-hati di jalan!"
"Lo pasti sengaja, kan, biar eomma berhenti godain kita lagi?" tanya Dita, perempuan itu langsung melepas paksa genggaman tangan Loudi di tangannya, tepat saat keduanya tiba di carpot. Gak mungkin, kan, tiba-tiba Loudi ngaku naksir sama dia?
"Menurut lo begitu?"
"Iya."
Loudi tak merespon lagi, lelaki itu langsung menaiki motornya kemudian memberikan satu helmnya pada Dita.
"Lo kenapa sih?" Dita bingung dengan sikap Loudi hari ini. Responnya yang nggak biasa dan perkataannya di depan eomma tadi lalu ekspresinya sekarang ... Masa iya sih?
"Udah deh, jangan banyak omong, cepet naik!"
Dita memberenggut, mengakhiri spekulasi anehnya. Pada akhirnya ia memilih untuk nurut dan segera naik ke motor Loudi.
Loudi meng-gas motor namun dalam posisi percepatan netral membuat motor menderum-derum keras di tempat. Lelaki itu mengatakan beberapa kata yang tak begitu jelas di telinga Dita dan tepat setelahnya, motor langsung melaju keluar area rumah. Seperti biasa dengan kecepatan di atas rata-rata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fan Fict : DANGEROUS IN LOVE
FanfictionDita harus merelakan dirinya menuntut ilmu di negeri ginseng Korea demi menyelamatkan pendidikannya yang dipastikan tak bisa lagi ia lanjutkan jika memaksa untuk tetap tinggal di negara asalnya. Sialnya ia kembali dipertemukan dengan sosok cowok yan...