Dita dan Taeyong berhasil menyusul ketertinggalan mereka. Meskipun ini bukan tugas kelompok, mereka ditempatkan di bangku yang sama dan hanya ada satu komputer di depan mereka, bukan karena sengaja, melainkan karena sisa komputer yang ada, semuanya rusak. Jadi tidak apa-apa, kan, jika mereka mengerjakannya bersama? Nanti soal nilai bisa dibagi dua saja.
Atau mungkin Taeyong yang mendapatkan hak penuh atas praktek mereka. Karena sedari tadi Dita hanya numpang tangan di mouse, sementara sisanya, lelaki itu yang mengerjakan, menggerakan tangan Dita ke kanan dan ke kiri, padahal gak ada pohon cemara. Taeyong bahkan mendului guru di depan. Dia bilang dia sudah tau akan bagaimana.
Ada yang Dita kerjakan selain numpang tangan di mouse? Jawabannnya ada, karena selama itu pula, Dita mati-matian menahan debaran jantungnya yang sangat-sangat norak. Dita juga tak lepas meminta ke Tuhan biar debarannya tak sampai didengar lelaki itu, saking kencangnya.
"Dita! Hey!"
Dita tersentak kecil, ia mengerjapkan matanya, tersadar dari lamunan, saat seseorang memanggilnya dengan nada satu oktaf dari biasanya. "Hah? Ada apa, Taeyong-ssi?" tanya Dita linglung.
Taeyong mengusap kepalanya kesal. "Ahh sial, aku sudah memanggilmu beberapa kali," gerutu lelaki itu.
Dita menggaruk rambutnya sambil tersenyum tak enakan. "Maafkan aku Taeyong-ssi, aku tak bisa menghentikan pikiranku," jelas Dita secara tak sadar.
Detik selanjutnya, Dita membulatkan mata, ia baru menyadari kesalahannya saat Taeyong melemparkan tatapan curiga sambil mengernyitkan alis ke arahnya.
"Apa yang kau pikirkan?" Jangan bilang saat bersamaku, kau masih memikirkan Loudi, batin Taeyong seolah siap menumpahkan amarahnya.
Tentu saja kamu, Taeyong-ssi, "Mmm, maksudku, mmm, itu ... Anu ...." Eh, anu itu bahasa Korea? Agrrh! Dita bodoh! batin Dita frustasi. Wajahnya semakin panik terlebih melihat ekspresi menakutkan Taeyong.
"Loh? Taeyong-ahh, Dita-ya? Kenapa kalian duduk berdua?"
Dita dan Taeyong menoleh ke asal suara, ternyata dari Ssaem yang mengajar mereka sekarang. Lelaki paruh baya itu baru saja menyelesaikan materi di depan dan berniat mengontrol muridnya, sampai ia tiba di salah satu PC di belakang, di mana Taeyong dan Dita duduk satu meja.
Dita berniat menjawab namun ucapannya terpotong begitu saja oleh celetukan Yuta. "Ah, Ssaem-nim ini seperti tidak pernah muda saja, harusnya Ssaem-nim sudah bisa menilai apa yang terjadi, dua murid, siswa-siswi yang selalu bersama, tak peduli praktek Multi Media memisahkan mereka." Lelaki dengan surai emas itu lalu menyanyikan salah satu Ost drama percintaan yang sedang terkenal saat ini.
"Anniya, Ssaem-nim, bukan seperti itu, kami duduk berdua—" Dita berdecak, terlampau percuma karena sekarang semua murid sedang menggoda mereka dengan mengikuti nyanyian Yuta dan bersorak heboh, terutama para murid siswa yang suka sekali merusuh.
"Hentikan! Diam semuanya!" Ssaem mengangkat tangannya, menginterupsi, spontan membuat murid yang berisik tadi terdiam lalu kembali duduk rapih.
Ssaem itu kembali mengontrol jalannya praktek, tanpa berniat mendengarkan penjelasan Dita. Ia sepertinya termakan begitu saja oleh omong kosong Yuta yang sekarang sudah cekikikan bersama Johnny.
Dita menghela napas pasrah, sepertinya ia tak akan mendapat nilai di praktek kali ini.
⚠️💕⚠️
"Loudi!" panggil Jinny dari sisi lapangan.
Loudi yang kebetulan sedang melangkah ke sisi lapangan, setelah ronde pertama selesai, spontan mendongak ke asal suara. Jinny tampak sedang melambai-lambaikan tangan ke arahnya, satu tangan perempuan itu menggengam sebotol air mineral.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fan Fict : DANGEROUS IN LOVE
FanfictionDita harus merelakan dirinya menuntut ilmu di negeri ginseng Korea demi menyelamatkan pendidikannya yang dipastikan tak bisa lagi ia lanjutkan jika memaksa untuk tetap tinggal di negara asalnya. Sialnya ia kembali dipertemukan dengan sosok cowok yan...