Dita melangkahkan kakinya menuju halte dekat sekolah. Ia tak sendiri, di sisi kanan-kirinya, Denise, Soodam dan Lea tampak begitu ekspresif membincangkan sesuatu. Ia tak tahu apa yang membuat mereka tiba-tiba bersikap seolah-olah Dita bagian dari mereka. Yang jelas tadi, ia berterima kasih karena mereka baru saja menyelamatkannya dari kungkungan Taeyong dan Loudi yang memperdebatkan dengan siapa Dita akan pulang.
"Dita," panggil Soodam pelan, terkesan lucu. Jika saja Dita lupa perempuan itu pernah menjahilinya dengan make up dulu di rooftop, mungkin ia akan merespon ucapan Soodam dengan senyum seolah menahan tawa, bukan senyum tipis diiringi dahi berkerut seperti yang sekarang ia lakukan."Aku minta maaf, ya, karena keusilanku waktu itu, aku tak bermaksud membuatmu takut padaku. Aku hanya melakukan itu karena aku pikir itu seru, kau tahu? Aku mempunyai seorang kakak di rumah dan ia sangat pelit untuk menyediakan wajahnya sebagai percobaan make-upku," jelas Soodam tak lupa dengan bibir merenggutnya.
Mata Dita berkedut ngeri, membayangkan dirinya menjadi kakak Soodam. Pasti sangat tertekan. Dan apa yang dikatakannya tadi? Percobaan? Oh, sungguh Dita berpikir perempuan di sebelahnya sangat mengerikan.
"Dita-ssi, bagaimana? Kau mau memaafkanku, kan?" ulang Soodam menatap Dita polos.
Dita tanpa berpikir dua kali langsung mengangguk mengiyakan, membuat Soodam spontan memeluknya senang. Entah Dita yang terlalu berlebihan atau tidak, tapi kesan pelukan Soodam seperti sedang memiting seseorang. Dita sampai meringis.
"Aku juga ingin minta maaf. Aku sangat menyesal mengetahui kau tak seburuk yang aku kira. Kau bahkan sangat hangat dan friendly. Aku mulai berpikir untuk berteman denganmu. Kau mau, kan?" Kali ini giliran Lea yang meminta maaf membuat Dita beralih menatapnya yang berada di sebelah Denise.
Haduh ... Ini kok kayak nggak ada angin nggak ada hujan, ya. Dita jadi ragu, bukan ia tak mau memaafkan mereka, hanya saja jika berteman. Dita takut mereka hanya begini untuk saat-saat sekarang saja, mengingat kelas mereka yang berbeda. Ntar kalau beda lagi sikapnya nanti pas ketemu di kantin atau di mana ... Kan nggak lucu.
Dita menggeleng cepat. Kebiasaan Dita nih, mencemaskan sesuatu secara berlebihan, padahal mereka, kan, hanya ingin berteman dengannya. Kenapa pula harus berpikir sampai ke situ-situ. Toh, kalau yang ia khawatirkan benar, setidaknya mereka sudah mengakui kesalahan dan minta maaf, jadi Dita tidak perlu lagi merasa ada urusan dengan mereka.
"Dita. Kau menolaknya?" tanya Lea sedih. Soodam juga meregangkan pelukannya menatap Dita lagi.
Dita tersadar dan spontan menggeleng. "Tidak! Bukan begitu!" Dita melambaikan kedua tangannya di depan dada menatap mereka. "Aku memaafkan kalian," ucap Dita kemudian.
"Benarkah?" tanya Lea dan Soodam ikut memastikan lagi dengan ekspresi semringah. Sementara Denise hanya menoleh ke arah Dita saja. Tentu karena ia sudah meminta maaf dan berteman lebih dulu dengan perempuan itu.
Dita mengangguk dua kali sebagai balasan, ketiganya spontan bersorak haru dan langsung menghambur memeluk perempuan itu.
"Hei, Noona, Noona. Hentikan drama kalian. Ini realita bukan kehidupan drama, jadi jangan buat semua orang menatap kalian menjijikan."
Mendengar ucapan bernada sengak tersebut tak ayal membuat Dita, Soodam, Denise dan Lea menoleh ke asal suara. Pemandangan gerombolan siswa dengan hoodie senada menyapa mata mereka.
Itu gerombolan Taeyong, dan yang baru saja berbicara tadi adalah Haechan. Lelaki itu sangat mencolok karena proporsi tubuhnya lebih kecil dan berdiri di tengah-tengah mereka.
Soodam menutup mulutnya yang mulai menganga dengan tangan, saking takjubnya melihat malaikat berwujud manusia di depan mereka, begitu pikirnya. "Jaehyun oppa," gumamnya tertahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fan Fict : DANGEROUS IN LOVE
FanfictionDita harus merelakan dirinya menuntut ilmu di negeri ginseng Korea demi menyelamatkan pendidikannya yang dipastikan tak bisa lagi ia lanjutkan jika memaksa untuk tetap tinggal di negara asalnya. Sialnya ia kembali dipertemukan dengan sosok cowok yan...