"Aku tak habis pikir, apa yang ada di pikiran Loudi sampai mengikutiku dan Taeyong ke pantai? Bahkan sampai melewatkan janjinya dengan Jinny. Aku jadi merasa sangat bersalah sekarang," tandas Dita mengakhiri curhatannya dengan tanda tanya. Ia mulai menjatuhkan dagunya ke atas meja perpustakaan. Pikirannya sudah sangat keruh sejak tadi sampai saat Denise yang peka dengan keadaannya, mengajaknya untuk ke perpus. Meskipun awalnya menolak, Dita tak bisa menghentikan kepedulian Denise, ia sendiri juga perlu untuk mencurahkan masalah yang menimpanya.
"Kau tak tahu jawabannya, Dita?" tanya Denise. "Apa kau masih belum paham bahkan setelah Loudi mengungkapkan perasaannya padamu? Sudah pasti dia cemburu pada Taeyong," jawab Denise sedikit gemas sendiri dengan pertanyaan konyol yang keluar dari mulut sahabatnya itu.
Dita menghembuskan napasnya sedikit gusar lalu menolehkan kepalanya pada Denise. "Apa cinta serumit itu, ya?" tanyanya dengan ekspresi tertekan.
"Yeah, setiap orang punya cerita masing-masing, termasuk dalam urusan percintaan. Mungkin untuk kasusmu itu sedikit rumit, karena yang mencintaimu bukan seseorang yang tak penting di hidupmu, terutama Loudi yang notabene-nya sahabat dekatmu sejak kecil. Mungkin kau hanya menanggapinya sebagai hal terkonyol yang pernah ada pada diri lelaki itu, tapi siapa yang bisa mengatur perasaan seseorang, Dita? Terlebih dengan perempuan sepertimu, kau tahu? Kau punya pesona yang berbeda dibanding perempuan lain, yang membuat siapapun merasa nyaman untuk dekat-dekat denganmu, bahkan lelaki bengal seperti Taeyong sekalipun," jelas Denise.
Dita malah memicingkan mata mendengar kalimat terakhir perempuan di sebelahnya. Denise hanya terkekeh melihatnya, ia tahu perempuan itu kesal padanya lantaran mengatai pacarnya lelaki bengal. "Jujur aku benci dirimu setelah tau kau berpacaran," ucapnya.
"Kenapa?"
"Entahlah, hanya saja aku tidak suka dunia yang seperti itu, membayangkan kau jalan berdua dengan Taeyong entah kenapa rasanya menyebalkan."
Dita menyipitkan matanya mendengar ucapan Denise. "Kau juga suka Taeyong?" tanya Dita sedikit curiga.
"Tidak ... Bagaimana aku menjelaskannya—"
"Atau jangan-jangan kau lesbi?" tanya Dita waswas sambil menggeser duduknya, menjauh dari Denise.
"Yak! Bukan seperti itu, mana mungkin aku lesbi! Asal kau tahu saja, Jika seseorang mengutarakan perasaannya padaku, dan aku juga menyukainya, aku hanya akan memintanya untuk konsisten tanpa menjalani hubungan pacaran," jelasnya sedikit ngegas lantaran tebakan Dita yang ngawur.
"Mana mungkin ada lelaki seperti itu," protes Dita menye-menye. "Entah perasaanku saja atau memang kau terlalu takut menjalani hubungan, kau takut kecewa, kan?" Ucapan Dita spontan membuat Denise terhenyak beberapa saat, sorot matanya berubah jadi redup.
"Aku sudah mengatakannya, setiap orang punya cerita mereka masing-masing, dan dalam urusan cinta, aku tak ingin hal yang sama terjadi kesekian kalinya dalam hidupku," ucap Denise tampak seperti menahan sesak yang begitu dalam. "Ahh, sial! Aku jadi curhat padamu, Dita," lanjutnya kemudian menghela napas, berusaha menormalkan gemuruh di jantungnya.
Dita ikut menghela napas dan menunduk. Merasa bersalah karena sudah menyudutkan Denise dengan pertanyaannya. "Maafkan aku, Denise. Aku tidak tahu soal itu," ucap Dita pelan.
"Hmm ... Kau tenang saja, lagipun aku tak akan mempermasalahkan sesuatu yang sudah berlalu." Denise tersenyum lapang sambil mengusap punggung Dita. "Dan untuk masalahmu, aku sarankan untuk berbicara baik-baik dengannya, kau tentu tak mau persahabatan kalian hancur, kan, hanya karena ada rasa yang tidak seharusnya tumbuh?" lanjutnya.
"Ya, memang seharusnya aku menolaknya baik-baik waktu itu, bukan malah terbawa emosi." Dita bangkit dari meja, duduk lebih tegap menatap balik Denise.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fan Fict : DANGEROUS IN LOVE
FanfictionDita harus merelakan dirinya menuntut ilmu di negeri ginseng Korea demi menyelamatkan pendidikannya yang dipastikan tak bisa lagi ia lanjutkan jika memaksa untuk tetap tinggal di negara asalnya. Sialnya ia kembali dipertemukan dengan sosok cowok yan...