7. ghibah?

266 40 4
                                    

Hello epribadihhh....

Ku comeback nihh. Ada yang kangen gk?

~♥~

Hari itu kantor Arya kedatangan tamu penting, berkantong tebal, juga duo tampan.

Namun meski keduanya adalah seorang CEO, Arya malah dengan santai duduk di kursi kebesarannya tanpa berniat menyapa tamu itu.

"Ar, lo ngga ada niatan buat mesenin kita kopi atau di jamu kek pake prasmanan, gue pemilik perusahaan gede loh."

"ngga ada."

Masih sambil mengetik di keyboard komputer, Arya bahkan tak repot-repot untuk menolehkan pandangannya, menjawab teramat santai.

Devan menghela napas, lagian mana mungkin sahabatnya itu mau beramah tamah, cukup di depan umum mereka bertiga menunjukan sikap berwibawa selayaknya para pemimpinan duta besar, namun jika hanya ada mereka saja, yaa beginilah modelannya.

Kenan meneliti ruangan kerja sahabatnya ini, sejak tadi bingung dengan interior yang menurutnya kacau.

"ini siapa sih yang desain? Kok aneh? Jelek!"

"temen lo tuh."

Devan menatap Kenan datar, "lu mau gue amplas?"

Kenan nyengir, kemudian mengankat kedua jarinya sebagai tanda damai.

"becanda, keren kok. Lain dari pada yang lain."

"ini requesnya Rena, kenapa bisa ada sofa segede gaban gini karena dia mau Arya tidur di situ kalau seandainya ngga bisa pulang."

"kirain biar bisa ngelakuin hal tercela."

"otak lo yang banyak celah!"

Tiba-tiba pintu ruangan di ketuk, ketiganya saling melempar tatap. Bertanya lewat telepati anak siapa kira-kira yang berada di balik pintu tersebut.

"ruangan lo kedap suara ngga?" tanya Kenan dan diangguki oleh Arya.

"kedap kok."

"aman deh kalau gitu, orang luar ngga denger aib gue kalau misalnya curhat di sini."

Arya tak menanggapi, dengan santai malah menyuruh Devan untuk membuka kunci pintu.

Tanpa protes Devan menurut saja, sekali-kali jadi sahabat yang berbakti.

Mendapati Cahya dalang di baliknya, memeluk beberapa map berkas.

"mau ketemu Arya?"

Perempuan itu mengangguk, "iyaa, ada berkas yang harus Arya tandatangani."

"yaudah gih masuk aja."

Cahya melewati Devan menuju meja kerja yang Arya tempati saat ini, perempuan itu menyerahkan berkas yang ia bawa.

"semua sudah di revisi sesuai keinginan kamu, mau di baca lagi?"

Tanpa bicara Arya mulai membukanya, membaca dalam diam dengan netra yang bergerak beraturan.

ARENA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang