Boom! Selamat menikmati yaa.
Aku gk tanggung jawab kalau seandainya part ini ada efek sampingnya:)
Enjoy to reading.
~♥~
Setelah semua masalah yang terjadi, Arya memutuskan untuk kembali bangkit, berkat dukungan Rena yang selalu menyertai, laki-laki itu jadi kembali mendapat semangat.
Jadi pagi-pagi sekali, Arya harus pergi ke kantor untuk mengecek berkas dan bertemu Devan, karena sahabatnya itu bersedia menyuntikan dana demi menyangga kerugian yang ada, meski tak sepenuhnya tertutupi, dengan bantuan sahabatnya itu Arya merasa sangat berterimakasih.
Setelah selesai sarapan Arya pamit pergi, mengecup kening Rena cukup lama lalu tak lupa memeluk tubuh wangi itu untuk mengisi daya.
"hati-hati di jalan, jangan lupa di makan masakan aku buat siang nanti," ujar Rena memberi tau.
Arya tersenyum, mengangguk singkat lalu kemudian berlalu memasuki mobil, melaju secara perlahan meninggalkan pekarangan rumah.
Rena yang memang tak memiliki jadwal kulaih pagi jadi tidak bisa ikut di antar Arya, ia harus menunggu hingga pukul 10 baru bisa siap-siap.
Setelah mobil Arya tak terlihat lagi barulah Rena masuk ke rumah, mulai memikirkan outfit apa kira-kira yang akan ia gunakan hari ini.
~♥~
Di kantor, semua kembali seperti semula. Para kariawan terlihat lalu lalang kesana kemari membawa berkas, ada juga yang membawa kopi atau benda lain. Intinya terlihat sibuk dan padat.
Arya berdiri di tengah ruangan, memperhatikan kinerja para bawahannya. Karena perusahaan sempat rugi kemarin, maka Arya meminta untuk para kariawan lebih meningkatkan kinerja mereka, memulai semua dari awal dan kembali berjuang bersama.
Setelah kejadian tempo hari juga Arya jadi menjaga jarak dari Cahya, meski pekerjaan mereka mengharuskan berada dalam satu situasi, tapi Arya berusaha sebisa mungkin untuk menghindari interaksi, Cahya yang sadar jadi merasa badmood, Arya benar-benar menjauh dan selalu menghindar ketika di dekati, bahkan di saat Cahya meminta tanda tangan pun Arya malah meminta OB yang mengatar berkas tersebut ke ruangannya.
Jengkel rasanya, namun posisi Cahya tak lebih dari sebatas sekretaris, jika dia berbuat lebih jauh lagi bisa-bisa Arya memecatnya dari perusahaan laki-laki itu.
"Ar, gue saranin lo coba buat aplikasi, rekrut programer hebat dan lo bisa mulai dengan menentukan jenis aplikasi apa yang bisa perusahaan lo kembangin," ujar Devan sambil memainkan tabletnya, meski sedang bekerja laki-laki itu tak bisa menahan diri untuk tidak bermain game.
"ide bagus, tumben otak lo jalan?"
Devan mengedikan bahunya, "gue lagi butuh game mobile baru, kali aja lo tertarik memenuhi keinginan gue."
"dasar kolektor game."
Istilah itu sangat tepat jika di sandingkan dengan Devan, kolektor game. Hampir seluruh game mobile sudah Devan jamah, memainkannya sampai mentok di level terakhir dan mengoleksinya di seluruh ponsel pintar, tablet, laptop, bahkan komputer miliknya. Tak segan Devan akan mengeluarkan nominal uang yang besar hanya untuk memenuhi kebutuhan bermain, seperti membeli item atau menambah kapasitas sebagai wadah para game itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARENA 2
Teen Fictionkebahagiaan datang pada orang yang mau berusaha, adalah kalimat yang paling tepat untuk mendefinisikan mereka berdua. "Ren, ngapain?" "laper." "mau makan apa? Nasi goreng?" wanita itu menggeleng, tangannya di rentangkan ke arah Arya membuat sang sua...