35. perayaan

199 13 2
                                    


Jangan lupa tekan bintangnya...

~♥~

Arya menggeliat dalam tidurnya ketika sesuatu yang basah dan beraroma khas minyak telon memenuhi indera penciumannya dan menempel pada pipi kirinya, gumaman serta kikikan kecil juga turut meramaikan suasana hingga membuat laki-laki tersebut tak lagi bisa melanjutkan tidurnya.

Alea duduk di atas perut sang papa sambil mengecup pipi Arya dengan gembira, tertawa dan mengomel ketika Arya masih memejam tak kunjung menunjukan eksistensi jika ia sudah bangun.

"papa bangun, mama nanti malah lagi."

Arya tersenyum, segera membuka pejamannya dan seketika menemukan wajah manis yang memiliki kemiripan hampir 100% dari gennya. Tangannya terangkan guna mengusap pipi bulat berwarna agak kemerah-merahan tersebut kemudian mengerucutkan bibirnya, seolah peka Alea mendekat dan mendaratkan kecupan di sana.

"pagi anak cantiknya papa," ujar Arya dengan suara seraknya, mengangkat tubuh mungil Alea dengan mudah kemudian ia dudukan di atas pangkuan dengan dirinya yang kini berganti posisi menjadi duduk.

"papa, Ale mau main."

Arya mengangguk, segera menurunkan putrinya lalu pergi ke kamar mandi tanpa khawatir jika gadis kecilnya melakukan hal berbahaya mengingat anak itu sudah berusia 4 tahun lebih.

Waktu berjalan cepat hingga tak terasa usia pernikahan mereka sudah masuk di tahun ke lima, sebentar lagi Alea —putri pertama mereka— akan masuk taman kanak-kanak, memulai kehidupan yang sesungguhnya dan untuk pertama kalinya gadis itu bisa berinteraksi dengan orang luar selain anggota keluarga mereka dan para sahabat Arya yang kerap berkunjung di akhir pekan.

Suara keran air tak lagi terdengar bertepatan dengan munculnya Rena dikamar, wanita itu tersenyum saat menemukan putrinya sedang asik bermain di atas karpet dan Arya yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan tampilan yang lebih fresh.

"ayo turun buat sarapan, mama udah masakin nasi goreng kesukaan ade loh." sembari membenahi selimut dan bantal yang masih acak-acakan di atas ranjang, Rena sedikit mendengus saat Arya menghampiri dan mengecup sekilas pipi perempuan itu tepat di hadapan putri mereka.

"marsmellow aku masih ada ngga?" tanya laki-laki itu bertepatan ketika Rena selesai bebenah tempat tidur.

"ngga ada, kamu nih ya masih pagi udah nanyain marsmellow aja." sambil berkacak pinggang, Rena menatap laki-laki itu datar yang malah mengundang kekehan dari Arya.

"namanya juga kebiasaan Ren, susah di ilangin."

Rena memutar matanya malas, lantas segera mendekati Alea yang seperti tidak peduli dengan perdebatan kecil kedua orang tuanya dan lebih memilih fokus menggambar di atas buku gambar miliknya.

"anak cantiknya mama lagi gambar apa?"

Alea mendongak, kemudian merekahkan senyum yang selalu membuat Rena merasa iri karena putrinya hampir sepenuhnya mirip Arya, dari tatapan, cara bicara meskipun anak itu masih cadel dan belum fasih, tapi siapa saja bisa langsung sadar jika gaya bicara yang Alea gunakan sama persis seperti papanya, selain itu Alea juga menuruni sifat jahil Arya yang kerap membuat Rena merasa frustasi karena harus menghadapi dua bayi sekarang.

"Ale gambal mama, papa, Ale tlus ada oma sama eyang juga," ujar anak itu dengan semangat.

Rena mangut-mangut dengan senyum merekah, memperhatikan gambaran Ale yang lebih mirip sebuah coretan warna-warni yang di beri mata dan mulut yang tersenyum, dengan perlahan ia menutup buku gambar milik gadis cilik tersebut.

ARENA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang