Hai hallo semuanyaa...
Pada kangen gk? Aku balik nichhh.
Dah mau tahun baru ae, gk kerasa yah:)Jaga kesehatan all, jangan sampai sakit. Btw besok hari terakhir di tahun 2021, hal spesial apa yang kalian temuin di tahun ini? Ceritain dongg:^
Enjoy to reading.
~♥~
Helaan nafas terdengar kala Arya baru saja berhasil menidurkan Rena yang sejak tadi merengek dan terisak. Wanita itu bahkan masih menggigil meski baju yang basah telah di ganti dan di rengkuh erat dalam pelukan Arya yang hangat.
Menatap wajah damai Rena, Arya jadi tidak tega. Merasa bodoh saat kembali mengingat kejadian beberapa menit yang lalu. Tak seharusnya ia membiarkan Rena berurusan dengan Cahya, bukan karena istrinya lemah, tapi sang lawan tak memiliki hati.
Arya ada di sana, berdiri di balik pintu kaca bersembunyi di balik horden, diam saja sambil memperhatikan interaksi kedua perempuan yang sedang memperebutkannya, bukan kepedan tapi itulah kenyataannya. Arya sangat tau sifat Cahya, dia licik dan bisa membenarkan segala cara demi mendapat apa yang ia inginkan, di balik senyum manis dan wajah polos tersimpan sikap manipulatif yang mampu membuat seseorang tak dapat membantah, mengingatkan Arya pada satu orang yang berasal dari masalalunya yang juga memiliki kriteria diri sama persis seperti Cahya.
Setelah membenarkan selimut dan mengecup lembut kening Rena, Arya keluar dari kamar dan segera menuju ruang tengah dimana semua anggota keluarga berkumpul saat ini.
Cahya berada di sofa pojok dekat dengan eyang yang saat ini diam saja, semua orang hadir dan tampak jelas aura tegang dari masing-masing individu.
"gimana bang keadaan Rena?" Alena bertanya lebih dulu, terlihat sangat khawatir.
Arya menggeleng pelan, "masih nangis tapi sekarang udah tenang dan tidur."
"benar dia lagi hamil anak kamu?"
Pertanyaan eyang langsung menyita perhatian Arya yang awalnya tertuju untuk Alena.
"iyaa, Rena hamil sudah masuk 5 bulan."
"terus kenapa ngga ada yang ngasih tau eyang?"
Arya tersenyum tipis, sangat tipis. Kesabarannya telah di uji sejak pertama kali menginjakan kaki di rumah ini.
"emang kalau abang kasih tau eyang bisa ngubah perspektif eyang soal Rena?"
Eyang terdiam, melirik Cahya sejenak kemudian menghela napas.
"kamu minta maaf sana sama Arya, sama Rena juga."
"ngga! Cahya ngga mau eyang, dia yang jahat, dia yang rebut kebahagiaan Cahya."
Seketika gadis itu menunduk saat tatapannya bertemu dengan sorot mata Arya.
"gue ngga pernah nyangka kalau di keluarga ini ada manusia se menjijikan lo tau ngga?"
"ARYA!"
"maaf tante, om. Tapi soal masalah ini saya ngga bisa maafin gitu aja, anak kalian keterlaluan."
"kamu jangan berlebihan begitu dong, Cahya ngga sepenuhnya salah, istri kamu juga mancing emosi makanya Cahya bisa nekad kayak tadi," bela Kian tak terima putrinya di olok-olok.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARENA 2
Teen Fictionkebahagiaan datang pada orang yang mau berusaha, adalah kalimat yang paling tepat untuk mendefinisikan mereka berdua. "Ren, ngapain?" "laper." "mau makan apa? Nasi goreng?" wanita itu menggeleng, tangannya di rentangkan ke arah Arya membuat sang sua...