Annyeong yeorobun....Gimana kabar kalian? Insyaallah baik yah. Bentar lagi tahun baru nih, udah pada move on belum? Aku saranin nih yaa move on aja.
Mau nanyaaaa, kira-kira kalian maunya konflik di book 2 yang berat atau ringan aja?
Happy reading oke.
~♥~
Sebulan telah berlalu. Fase MOS sudah Rena lewati dengan baik meski sempat di hadapkan dengan perkara hukuman karena ia absen dua hari.
Kali ini Rena memiliki jadwal pagi, maka sebelum waktu yang telah di tentukan ia memilih datang lebih awal ketimbang nanti malah terlambat.
Berjalan sendirian di koridor kampus, wanita itu tampak sedang membawa tumpukan buku yang tak begitu banyak, tujuan kali ini adalah loker.
Sedikit kewalahan dengan beban dari buku-buku tersebut, tiba-tiba tubuh Rena terdorong ke depan, semua barang yang ia pegang berhamburan di lantai, telapak tangannya tergores dan sedikit lecet.
"aw! shh."
"eh sorry gue ngga liat ada orang."
Rena mendongak, menatap langsung orang yang telah melakukan hal ini. Mengerutkan kening saat melihat gadis itu malah tersenyum dan tak menunjukan raut wajah menyesal sama sekali.
"parah sih lo Lar, nanti dia nangis gimana?" ujar salah satu temannya, menatap Rena dengan tampang meremehkan.
"nangis? Utututu kasian banget, nanti gue sogok pake tas mahal."
Rena kenal siapa orang-orang ini, Larasta dan Fesya. Dua kakak senior yang kemarin sempat menjadi kating mereka, teman angkatan Raskal sang ketua. Sifat keduanya memang menunjukan ketidak sukaan pada Rena tapi wanita itu tak terpikirkan jika mereka akan melakukan penindasan di luar waktu MOS.
Rena berdiri tanpa bantuan siapapun, memungut semua buku yang berceceran di lantai, lalu menatap langsung pada kedua orang itu.
"kak Laras mungkin buta hehe, soalnya ngga bisa liat ada objek sebesar saya lagi jalan makanya nabrak, gapapa kok saya maklumi."
Mata Laras membola, menatap nyalang pada Rena.
"berani banget lo!"
"maaf ya kak, tapi di kampus ngga pernah ada peraturan patuh pada senior ngga berbobot kayak kalian, saya permisi." berjalan santai meninggalkan kedua kakak seniornya tersebut, dalam hati Rena mendumel, sangat kesal saat tau bahwa ia baru saja di tindas, ingin sekali mencakar wajah-wajah sok cantik mereka.
Entah setelah ini Rena akan di jadikan target, dia tidak peduli. Sikapnya akan tetap sama, membangkang? Ia lebih suka menyebutnya pembelaan dengan gaya, lagi pula Rena yakin para kating itu seumuran dengannya, atau bahkan jauh lebih muda.
Sesampainya di loker, Rena langsung menata semua buku yang ia bawa, memasukan beberapa baju ganti juga yang sekiranya nanti bisa ia gunakan di keadaan darurat dan tak terduga.
Setelah selesai barulah ia masuk ke dalam kelas, mendapati Kana telah duduk di kursi pojok paling depan, melambaikan tangannya antusias saat melihat keberadaan Rena.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARENA 2
Teen Fictionkebahagiaan datang pada orang yang mau berusaha, adalah kalimat yang paling tepat untuk mendefinisikan mereka berdua. "Ren, ngapain?" "laper." "mau makan apa? Nasi goreng?" wanita itu menggeleng, tangannya di rentangkan ke arah Arya membuat sang sua...