31. jenis kelamin

249 42 20
                                    

Haii all...

Apa kabar kalian? Udah lumayan lama aku gk nulis di sini. Bukannya sengaja tapi emang lagi sibuk banget akhir-akhir ini.

Pengen nanya nihh, buat yg punya adek, senyebelin apa adek kalian? 1-10, di angka brapa?

~♥~

Siang itu Arya mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh menuju rumah sakit terdekat. Beberapa menit lalu seseorang menelphonenya memberi tau jika Rena tiba-tiba mengalami kontraksi dan kini telah dilarikan ke rumah sakit.

Meeting yang kala itu sedang berlangsung, segera Arya tinggalkan tanpa berpamitan pada kolega bisnisnya.

Mobil berhenti tepat di depan bangunan rumah sakit, Arya dengan tergesa keluar dan masuk ke dalam gedung, segera mencari meja resepsionis.

"nomor kamar dari pasien bersama Renata Maharani," ujarnya cepat dengan dada naik turun dan napas ngos-ngosan.

Suster yang bertugas segera mencari data di komputer kemudian memberi tau kepada Arya nomor kamar Rena.

"pasien atas nama Renata Maharani ada di kamar nomor 203, di lantai 7."

"makasih," setelah mengatakan itu Arya kembali berjalan cepat, memasuki lift lalu naik bersama doa dan perasaannya yang campur aduk.

Begitu tiba di kamar yang di tuju, secara pelan ia membuka pintu, mendapati Rena sedang berbaring di atas brangkar rumah sakit dengan lengan kanan yang terpasang selang infus, tidak sendirian wanita itu di temani Jeje dan Alena yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"eh kamu udah sampe, sini masuk ngapain berdiri aja di situ?" tegur Alena saat melihat Arya hanya berdiri diam di ambang pintu.

"Rena gimana bun? Apa kata dokter?"

"gapapa, sekarang udah baikan kok."

Menghela napas lega, akhirnya Arya berjalan mendekati Rena yang segera menotis keberadaannya.

"Arya."

Arya tersenyum, meraih tangan Rena lalu menggenggamnya lembut, menatap Rena penuh akan kelegaan.

"ada yang sakit?"

Menggeleng pelan, Rena memejam kala Arya mengecup keningnya untuk sesaat.

"kata dokter Rena hanya kecapean, terus juga faktor kehamilannya udah masuk trimester akhir jadi gejalanya makin banyak, babynya juga udah bisa nendang sekarang," jelas Jeje.

"itu bener sayang? Dedeknya udah bisa nendang?" tanya Arya antusias, mengelus perut buncit yang tertutup selimut itu perlahan dengan mata berbinar.

"dedeknya aktif, ngga bisa diem."

"gapapa, itu malah bagus," sahut Alena dari arah sofa.

"tapi Rena jadi kesakitan bun."

"aku gapapa Ar, malah geli doang kok."

"really?"

"iyaa, kamu kok cepet banget sampenya? Ngebut ya?"

ARENA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang