9. prioritas atau pilihan kedua?

229 32 6
                                    


Di hari yang sama aku nulis part 8, aku tuh tipe yang kalau lagi mood lima part bisa selesai aku tulis, tapi sebaliknya kalau mood lagi ancur, jangankan nulis, buka wattpad aja gk.

Please gimana cara balikin susunan partnya ke semula, aku udh nyoba tapi tetep gk bisa:(

Buat kalian yang masih jadi siders, moga cepet sadar yah.

~♥~

Seperti yang telah Arya ucapkan, sore itu Rena terlihat cantik sudah siap untuk berangkat. Kemana? Berbelanja keperluan untuk kuliah.

Dengan excited ia mengikat tali sepatu, sesekali bersenandung dengan senyum yang tak kunjung luntur.

"ayo pergi," ajaknya ketika telah siap.

Arya yang awalnya sedang bercermin kini mengangguk.

"aku panasin mobil dulu."

Rena membiarkan Arya keluar lebih dulu, untuk terakhir kali perempuan itu mematut diri di cermin, menatap bayangan tubuhnya kembali memeriksa penampilan.

"sipp, aman."

Tak lama setelahnya ia ikut menyusul Arya, turun ke lantai satu berniat untuk segera keluar rumah. Namun ketika Rena tiba di depan pintu, Arya kembali masuk, laki-laki itu sedang mengangkat panggilan, terlihag tergesa dan buru-buru.

"kamu mau kemana?"

Pertanyaan Rena di acuhkan begitu saja, Arya terus berlalu kembali menaiki tangga dan masuk ke ruang kerjanya.

Rena terdiam, memutuskan untuk menunggu di depan mobil yang telah siap berangkat bahkan mesinnya dibiarkan menyala. Rena berpikir mungkin ada beberapa hal yang perlu Arya cek.

Lima menit awal Rena masih positif thingking, namun masuk di menit kesepuluh. Suaminya itu tidak kunjung kembali.

"dia ngapain sih?"

Memutuskan untuk kembali masuk, Rena menyusul Arya ke ruang kerjanya. Mendapati laki-laki itu sedang membolak-balik lembar sebuah map yang Rena tebak adalah berkas.

"kamu ngapain?"

Arya menoleh sejenak, masih dengan tangan memegang ponsel cowok itu tak langsung menjawab. Meraih tas laptop lalu memasukan berkas yang tadi ke dalamnya.

Rena terdiam di ambang pintu, memperhatikan gelagat aneh suaminya, seketika merasa tidak enak.

"15 menit lagi saya sampai di kantor, siapkan semua berkas yang sekiranya di butuhkan, saya mengandalkan kamu Cahya."

Mematikan ponsel, Arya kini menatap Rena sepenuhnya. Masih tampak tergesa ia mengecup bibir istrinya sekilas, lalu mengelus rambut Rena perlahan meski hanya sebentar.

"aku ngga bisa nemenin kamu belanja, Cahya telphone katanya ada rapat dadakan permintaan langsung dari CEO pemilik perusahaan dari luar negeri, aku harus ke kantor sekarang dan ikut meeting, gapapa kan?"

Rasa tak enak yang awalnya Rena rasakan, kini berhasil di buktikan. Menatap Arya dengan diam bingung harus menunjukan ekspresi seperti apa.

"gapapa, pergi aja."

Arya tersenyum, setelah mendengar jawaban Rena tanpa pikir panjang ia pergi, melewati tubuh istrinya begitu saja dengan tangan menggenggam erat tas laptop dan ponsel.

ARENA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang