(play on Mahlini-Bawa dia kembali)
Bak seperti kaset rusak begitu juga dengan isi kepalanya, ketika semua orang menganggapnya kuat pada kenyataanya dia menjadi sosok yang paling rapuh, ketika keluarganya mengatakan kalau itu bukan kesalahanya justru Ia menganggap semua yang terjadi adalah kesalahanya. Dalam hidup dia tidak pernah meminta apapaun dia selalu meneriam setiap apa yang semesta berikan sekalipun untuk hal-hal yang menyakitkan, tapi untuk kali ini untuk pertama kalinya dia ingin meminta bahagia, dia ingin memiliki kehidupan normal seperti pada kebanyakan manusia laianya, dia ingin hidup tanpa ada bayang bayang masa lalu yang dia sendiri ngga tau itu kesalahan siapa.
Siapa yang mengira di balik keharmonisan keluarga, kekayaan yang dia punya, dia menyimpan luka yang sangat menyakitkan, luka yang membuatnya harus menanggung rasa bersalah setiap hari. Disaat kejadian itu kembali muncul di kepalanya, dia hanya bisa menggenggap tanganya kuat kuat, karena yang bisa hanya mengepalkan tangan sembari menahan rasa sakit yang menusuk dada.
Aldebaran Alfahri laki-laki memiliki postur tubuh tinggi, tampan, cerdas, dingin, bisa dibilang mungkin ketika Tuhan menciptakan sosok Aldebaran pasti Tuhan sedang bahagia karena ciptaanya kali ini sungguh sempurna, orang-orang disekelilingnya mengenal ia sebagai sosok yang pendiam, dan yang paling ditakutkan adalah sosok Aldebaran yang suka marah-marah, apalagi ketika menyangkut pekerjaana aldebaran akan menjadi sosok yang menyeramkan.
Seperti saat ini ditemani oleh asisten pribadi sekaligus sahabatnya Rendy, Aldebana sedang melaksanakan meating untuk membahas proyek yang sedang dikerjakanya.
"BRAK!!" Aldebaran berdiri dari kursi tempatnya duduk dan semua orang yang ada diruangan tersebut langsung tertunduk takut.
"Saya Gaji kalian supaya kalian bisa berfikir, kenapa membuat konsep begini saja tidak bisa,?," Aldebana mengusap jidatnya sambil mencoba menahan emosinya" pokonya saya ngga mau tau, satu minggu lagi kosep pembangunan gedung baru ini harus matang. Meating Selesai,"
Setelah semua kariawan meninggalkan ruang meting hanya tersisa Rendy dan juga Aldebaran, Rendy tahu betul sifat aldebana, bahkan bisa dikatakan Rendy tau semua tentang Aldebaran, banyak hal yang telah mereka lewati berdua.
"Pak, hari ini langsung pulang atau bagaimana?,"
"Kamu pulang duluan saja, saya masih ada urusan,"
"Tapi Pak,"
"Saya pengin sendiri,"
"Kalau ada apa-apa bapak bisa langsung telfon saya,"
Aldebaran mengangguk
***
Tujuanya kali ini adalah sebuah makam, sekuat tenaga ia menyeret langkah kakinya menuju tempat yang membuat dia merasa senang sekaligus sedih. Dia berjongkok sambil menaburkan Bungan, setelah itu tidak lupa ia panjatkan doa dengan harapan Tuhan mau mengabulkan Doa yang Aldebana ucapkan.
ketika orang orang mengenalnya sebagai laki laki yang bengis, galak, dingin, dan bisa melakukan apa saja, ditempat ini dia menjadi laki-laki yang ngga mengenal apa itu tabah. Dia bisa menjadi laki laki yang bisa bicara sangat panjang
"Seharusnya waktu itu lo ngajak gue," ucapnya lirih "gue capek kaya gini terus,gue selalu terima apapaun yang semesta berikan sama gue, tapi untuk kali ini gue ngga bisa, raga gue memang hidup tapi ngga dengan jiwa gue,"
Hujan turun menandakan bahwa semesta bisa merasakan apa yang sedang Aldebaran rasakan, setelan jas yang digunakan basah terkenal guyuran hujan, kali ini ia meninggalkan mobilnya begitu saja, dia ingin berjalan sebisa dia, dia ingin layaknya linggis yang ada didadanya bisa hancur, tangis dalam hujan adalah caranya agar bisa kembali kuat.
Sampai pada satu jembatan dengan aliran air yang sangat jelas, lagi-lagi bayangan masa lalu yang menyakitkan itu kembali muncul ucapan kalimat seharusnya kamu saja yang mati, pembawa sial, dan kamu ngga pantas hidup itu muncul di kepalanya.
Dia berdiri tepat dipinggir jembatan "Tuhan, jika dengan cara ini rasa sakit ini akan hilang akan aku lakukan, setelah ini akan aku pastikan aku tidak akan pernah mengeluh lagi,"
Dia memejamkan matanya, bersiap untuk menjatuhkan dirinya ke dalam sungai, senyum manis terlukis di wajahnya, tapi tiba-tiba seorang perempuan menarinya begitu saja.
"KAMU GILA?!"
"UMUR KAMU BERAPA SIH?BISA BISANYA MELAKUKAN HAL GILA BEGINI"
"KALAU KAMU MATI IYA MEMANG RASA SAKITNYA BAKAL HILANG, TAPI KEMATIAN KAMU BISA MENINGGALKAN BEKAS LUKA YANG JAUH LEBIH DALAM LAGI BUAT KELUARGA KAMU, MEMANGNYA KAMU YAKIN KALAU MATI SEKARANG BAKAL NGEBAWA KAMU KE SURGA?!," ucap perempuan itu dengan nada emosi
Aldebana hanya bisa menatap perempuan itu dengan sangat datar, selama beberapa detik kemudian ia mencoba melepaskan cengrkaman dari perempuan tersebut, tapi tiba tiba
"PLAK!!" sebuah tamparan mendarat halus di pipi Aldebana "SADAR!"
Aldebana masih diam "kalau ngga tau apa-apa mending diam, saya ngga butuh omong kosong kamu."
Hujan semakin derasa dua manusia yang tidak saling mengenal itu sama sama berdebat "jangan merasa menjadi manusia yang paling mendertia"
Dan pada detik itu Aldebaran kembali diam, dia kehabisan kata-kata, sebegitu bencinya semesta kepada Aldebaran, kenapa justru ketika dia ingin hidup justru rasanya sangat sulit dan ketika ia ingin mati pun rasanya sangat sulit, pada bagian apa Aldebaran harus menjalankan porsi hidupnya?
Pada detik berikutnya, tubuh Aldebaran ambruk ke dalam pelukan perempuan tersebut, sekuat tenaga ia berusaha menopang laki laki yang baru ditemuinya, pada akhiya badanya sama sama terduduk di lantai.
"Aku mimpi apa sih semalam, ko jadi begini, sekarang aku harus apa coba, mau di bawa ke rumah nanti orang rumah tanyain, mana berat lagi," perempuan itu berusha menepuk nepuk pipi Aldebaran.
Untungnya tidak butuh waktu lama sebuah mobil berhenti persis di sampingnya, perempuan itu kaget ketika seorang laki-laki keluar dari mobil tersebut.
"Rendy?,"
"Andin? Ko kamu bisa kenal sama Pak Aldebaran?,"
"Pak Aldebaran itu bos kamu yang galak itu kan?,"
Rendy masih tidak mejawab pertnyaan Andin dan sangat mencemaskan Aldebaran "Pak! Pak mencoba menepuk-nepuk pipi Adebaran, tapi tidak ada pergerakn sama sekali"
"Ren mending kamu bawa ke rumah sakit, daripada kenapa-kenapa," Rendy tahu betul dengan apa yang harus ia lakukan "sepertinya tadi dia hampir mau bunuh diri
Rendy sangat kaget mendengar ucapan Andin, tidak biasanya Aldebaran akan melakukan hal senekat ini lagi, tanpa basa basi rendy langsung membawa Aldebaran masuk ke dalam mobilnya
"kamu mau di anterin sekalian apa gimana ndin? baju kamu basah,"
"Ngga usah mending kamu urus bos kamu, rumah aku kan juga udah deket,"
"Sebentar" ucap Rendy berlari kemudian memberikan payung kepada andin "Pake ini, gue ngga bisa anter lo pulang, gue duluan ya,"
Adin mengangguk "iya hati-hati, semoga bos kamu ngga kenapa-kenapa
Setelah sampai rumah, Rendy langsung memapah Aldebaran, dan semua orang yang ada dirumah tampak syok.
"Rendy, Al kenapa?" ucap Rosa, Mama Aldebaran yang langsung merasa cemas
Roy, Adik Aldebaran langsung membantu Rendy "Ren, Al kenapa?,"
"Mending kamu jelaskan nanti Ren, sekarang bawa Al masuk ke kamar," ucap Hartawan dengan penuh khawatir
***
Dikamar hanya menyisakan Aldebara dan mama rosa yang tampak sangat khawatir pada anak sulungnya, sedangkan Rendy dan juga Roy sudah duduk diruang tamu bersapa Hartwan
"Ren, ini ada apa sebenernya?,"
Rendy menjelaskan semuanya dengan teliti "Sepertinya Pak Aldebaran hampir saja ingin mengakhiri hidup"
Seketika Roy dan juga papa hartawan kaget, sudah sangat lama Aldebaran tidak pernah kembali melakukan hal gila, tapi entah kenapa malam ini Aldebaran ingin kembali melakukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
2A
Fanfiction"Apa saya boleh bahagia?," "kenapa kamu tanya gitu? "karena setiap kali saya bahagia, semesta seakan tidak pernah memihak," ps: cerita ini terispirasi dari tokoh aldebaran dan andin, hanya untuk bersenang senang dan kembali berlatih menulis