Bagian 14-Cukup

1.1K 169 21
                                    


Holla semua selamat pagi selamat hari minggu, ditemaptku tinggal minggu pagi hujan, kebetulan karena tinggal dipegunungan  jadinya dingin sekali

selamat menjalankan aktivitas semuanya, jangan lupa bahagia

disela sela hujan aku menulis bab ini jujur aku ngetik part ini air mata keluar terus, mana mata sebelah kiriku lagi sakit wkwkwk, sakit sekali jada Aldebaran dan andin

coment ya untuk kalian yang merasa sedih sama part ini

maaf ya kalau banyak typo, semoga nyambung, jangan lupa follow wattpad aku

jangan lupa bahagia, terima kasih jg udah mau membaca ceritaku

aku suka sekali sama kalimat ini yang aku temui waktu baca novel kalimatnya gini 

"Kita jadi yang seadanya saja karena bisa jadi seadanya mampu menjadi segalanya"


Pada bab ini rasanya seperti ia tidak mampu berdiri lagi pada kakinya sendiri, semua harapan untuk hidup bersamanya hancur begitu saja, cinta yang nyatanya ia percaya dapat mengubah segelanya pada kenyataanya hilang begitu saja, malam ini ia kembali kehilangan arah untuk hidup, bingung, tidak tahu harus berbuat apa lagi, selain yang dilakukanya dari tadi diam, didalam mobilnya ia menyaksikan lalu lalang kendaraan dengan mata yang sudah sembab.

Ia tidak mungkin pulang ke rumah dengan kondisi yang berantakan, sudah cukup waktu itu ia hancur dihadapan keluarganya untuk kali ini jangan, ia memutuskan untuk pulang ke apartemen yang sudah lama tidak ia tinggali, sejenak ia menghela nafasnya dalam dalam, rasanya untuk berkata-katapun rasanya sangat sulit untuk Aldebaran, malam ini datang begitu cepat, hingga ia tidak punya persiapan apapun.

Ia masuk ke dalam apartemen dengan langkah gontai, menyelakan lampu ruang TV ia duduk disofa dengan memeluk ke dua kakinya, cuaca yang awalnya terang berubah menjadi kelabu, hujan derasa melanda, bulir air matanya kembali turun, sepi kembali medatanginya dan sedih seolah memeluk jiwanya, kenyataanya ini sangat menyakitkan.

Dalam sunyinya malam ia bertanya sampai kapan ia harus seperti ini, ia bangkit kemudian ia hancur kembali, Al hanya ingin hidup normal pada kebanyakan orang lainya dimana yang diperdebatkanya hanya persoalan kecil seperti mau makan apa dan dimana jawabnaya terserah, bukan perdebatan yang harus mengungkit tentang masa lalu.

Terkadang Al berfikir orang orang, tidak tau, tau atau pura pura tidak tahu tentang bagaimana ia juga sangat kehilangan riky, bahkan semenjak riky pergi, kedua orang tua riky juga membencinya, semua orang menylahkan.

Dalam hitungan detik ia berteriak "RIKY....RIKY....." tangisnya semakin kencang

"Riky.... Yang lo bilang kalau ini akan menjadi masalah yang besar kenyataannya ia,"

"Riky....!" Ia terus memanggil nama itu berharap orang yang ia panggil muncul dihadapanya, suaranya semakin lirih... semakin lirih hingga pada akhirnya tubuhnya luruh dalam dekapan lantai yang dingin

"Ndin...kehilangan kamu jauh lebih menyakitkan, coba aja kamu ada disini mungkin rasanya ngga akan sesakit ini,"

"Tuhan, kali ini saja aku egois aku mau dia"

"Takapa, Engkau tidak mengabulkan doaku yang lainya tapi Aku mau dia"

"Dia saja untuk ku sudah cukup, Tuhan,"

"Tapi kalau kenyataanya Andin pun tidak mau engkau berikan padaku, aku mohon buat perempuan itu bahagia,"

Pada untaian kalimat yang ia ucapakna secara tidak sadar ia berharap kalau keinginanya itu bisa Tuhan berikan, cukup lama ia menangis, hingga tubuhnya jatuh ke pelukan lantai yang dingin, pada bagian ini ia hanya ingin seperti ini

2ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang