Holla aku kembali sobat
selamat membaca, maaf kalau banyak typo maaf kalau ngga nyambung juga
jangan lupa bahagia
jangan lupa mampir ke cerita terbaru aku sobat judulnya 365 bisa di cek di bio wkwkw
Setelah memanjatkan doa yang dilakukan Aldebaran sedari tadi adalah diam, sejujurnya ia tidak tahu harus bersikap seperti apa, apakah dia harus senang apakah dia harus sedih dia tidak tahu, ia sudah sering mengalami kehilangan tetapi tetap saja yang namanya kehilangan tetap saja menyakitkan, niatnya hanya mengungkap apa yang terjadi dua tahu lalu tapi kenyataanya apa yang dia lakukan jsutru mengungkap semua kejahatan keluarga Prasetya.
Andin mengusap pipi Aldebaran "Sayang.., jangan menyalahkan diri kamu sendiri, masalah ini sama sekali ngga ada hubunganya sama kamu,"
Aldebaran masih saja diam, dadanya masih saja terasa sesak, ia bingung kenapa begitu sulit untuk mengubah kebiasaan menyelahkan diri sendiri "Ndin," ucap Aldebaran dengan tetapan kosong.
"Iya sayang, kenapa, ada yang sakit?" Ucap Andin sambil mengusap lengan Aldebaran
"Saya ngga tau mesti gimana, saya ngga tau harus senang apa sedih, saya ngga tau,"
"Kalau begitu diam aja Al," Ucap andin
Aldebaran melirik ke arah andin, kemudian andin menganguk "Diam adalah Bahasa terbaik saat kita ngga tau mesti ngapain Al, memang kadang dalam hidup ada bagian yang ngga perlu kita pikirkan,"
Autor: Lagian Al Al ngapain jg mikirin nino njim
Kemudian Aldebaran mengangguk, sejenak ia memejamkan matanya, seraya mengurangi rasa sakit yang menejalar ke seluruh tubuhnya, luka yang sebentar lagi akan tertutup kembali terbuka, hal itu menyebabkan aldebaran tidak diperbolehkan untuk berjalan.
Andin berjalan menuju meja kerja Aldebaran, mengambil sebuah figura foto, seorang anak kecil yang sedang memakai seragam basket dengan tanganya memegang bola basket tersenyum sangat bahagia, foto tersebut adalah foto Aldebaran kecil.
Andin tersenyum kemudian kembali berjalan ke arah Aldebaran, Andin menunjukan foto itu pada Aldebaran "Aku mau kamu kaya gini lagi, tersenyum tanpa harus bertanya saya boleh senyum ngga saya boleh bahagia ngga, kamu boleh Al itu hak kamu, inget apa yang seharunya terjadi maka akan terjadi, ngga memandang kamu lagi sedih atau bahkan lagi bahagia Al kalau itu harus terjadi ya terjadi,"
Seketika Aldebaran tersenyum ketika memandangi foto dirinya semasa kecil begitu bahagia "Dia kaya lagi seneng banget ya Ndin, manusia itu aneh ketika masih kecil pengin jadi orang dewasa, ketika udah jadi orang dewasa malah pengin jadi anak kecil lagi," Aldebaran tersenyum getir mengetahui fakta bawa menjadi dewasa tentunya harus siap dengan masalah yang ada.
"Fase hidup Al, Aku juga terkadang rindu masa kecil aku, tapi balik lagi hidup terus berjalan yang bisa kita lakukan adalah terus menjalaninya dengan baik, boleh sesekali kita mengingat masa kecil tapi jangan keseringan karena itu ngga akan mengubah apa apa Al,"
"Aku mohon sama kamu, jangan gini terus ya sayang," ucap Andin memohon dengan suara lembut.
"Maafin aku ya," Ucap Aldebaran yang ingin mengubah posisinya menjadi duduk kemudian langsung ditahan Andin.
"Jangan banyak gerak dulu, luka kamu baru aja di jahit lagi,"
Kali ini Aldebaran mengikuti perintah Andin.
KAMU SEDANG MEMBACA
2A
Fanfiction"Apa saya boleh bahagia?," "kenapa kamu tanya gitu? "karena setiap kali saya bahagia, semesta seakan tidak pernah memihak," ps: cerita ini terispirasi dari tokoh aldebaran dan andin, hanya untuk bersenang senang dan kembali berlatih menulis