kali ini permintaanya adalah bukan lagi meminta bahagia tapi meminta untuk di kuatkan
Kebetualan adalah takdir yang menyamar dengan begitu sempurna, mereka kembali bertemu disaat yang sangat tidak di duga, ingataan keduanya kembali melayang pada kejadian malam itu, mungkin jika wanita yang ada didepanaya tidak menariknya dia sudah pergi dan tidak lagi merasakan apa itu sakit. Semenjak kejadian malam itu Aldebaran selalu mengingat mata perempuan itu, seperti ada sebuah kerinduan yang sangat dalam tersimpan disana, malam itu Aldebaran bisa melihat mata perempuan itu bersinar dengan indah sebelum pada akhirnya tubuhnya ambruk ke dalam pelukan Andin.Ada perasaan malu ketika kembali bertemu dengan Andin, Al benci ketika orang lain melihat sisi lainya. tapi sekuat tenaga Aldebaran memperlihatakan Raut muka yang biasa
Lamunan keduanya buyar ketika Roy membuka suara "Kok ibu bisa kenal dengan Kakak Saya?,"
"Orang ini Kakak kamu?," ucap Andin menengok ke arah Roy
Roy mengangguk "Al ko lo kenal dosen gue ngga bilang-bilang? Tumben banget lo punya temen perempuan?,"
"bukan urusan lo!,"
Roy menghela nafas dengan tingkah sang Kakak yang tidak pernah berubah ketika bertemu dengan orang baru, Aldebaran akan menjadi sosok yang jauh lebih dingin dan tidak tersentuh.Al hanya akan mau bertemu orang baru ketika itu menyangkut urusan pekerjaan, selebihnya Aldebaran tidak akan mau berkenal dengan orang baru.
"Maaf ya Bu, Kakak saya memang tukang marah-marah,"
Andin tersenyum "Keliatan dari mukanya,"
Aldebaran tetap diam, dia malas untuk berbicara
"Al kita anterin Bu Andin pulang dulu ya dari tadi nunggu kendaraan umum selau penuh, begitu juga dengan aplikasi online, ini semua demi kesejateraan nilai gue,"
Al memutar bola matanya "lo yang anterin dia pulang, gue naik taxi," ucapnya ketus, Aldebaran memang bisa dibilang anti perempuan bisa dibilang hidupnya selalu dihabiskan dengan kerja dan kerja.
"Bu andin aja ikut kita gara-gara angkutan umum penuh lo mau pake acara naik kendaraan umum, lo ngga bisa naik kendaraan umum al, pertama kali lo naik kendaraan umum aja dompet lo lenyap" ucap Roy tidak kalah Ketus dari Al
"Iya?" tanya Andin sambil tertawa
Roy mengangguk "Iya bu Al ngga bisa naik kendaraan umum, hidup dia terlalu kaku dan lurus," pada kenyataanya hidupnya selalu dipenuhi dengan tikungan yang curam, hidupnya tidak berjalan lurus seperti sebuah kereta yang akan berjalan cepat dan lancer hidupnya ibarat sepeda yang harus dikayuhnya sekuat tenaga untuk menuju tempat tujuan
"Kalau Kakak kamu keberatan nganterin saya , mending ngga jadi roy,"
"Ngga ko Bu, Al mau, ayo Al pliss, rumah Bu Andin ngga jauh ko dari sini"
Aldebaran masih kekeh dengan pendirianya"Lo aja yang anterin, gue turun disini,"
Roy menghela nafas melihat kelakukan keras kepala sang Kakak "Gue bilangin Mama Al, inget hari ini lo dilarang keluar rumah, plisss ya?,"
Jika ancaman sudah berhubungan dengan Mama Aldebaran tidak akan menolak, dalam hati Andin bertanya mengapa laki-laki ini tidak diperbolehkan keluar rumah, sekilas Andin memperhatikan Aldebaran yang tampak fokus mengemudiakn mobil, sedangkan Roy asik dengan ponselnya tapi diam-diam Roy merasa senang dengan situasi yang sedang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
2A
Fanfiction"Apa saya boleh bahagia?," "kenapa kamu tanya gitu? "karena setiap kali saya bahagia, semesta seakan tidak pernah memihak," ps: cerita ini terispirasi dari tokoh aldebaran dan andin, hanya untuk bersenang senang dan kembali berlatih menulis