Walaupun sudah menjalani delapan tahun pernikahan ada satu hal yang sangat Aldebaran hindari, ia sudah ikhlas atas orang orang yang pergi meninggalkanya, tapi terkadang ada beberapa hal yang terkadang masih membekas dihatinya, ada trauma yang masih bersarang dihatinya terkait sebuah perayaan, perayaan ulang tahunya, selama Andin menjalani pernikahan dengan Aldebaran, tidak sekalipun Andin berani untuk merayakanya ulang tahun Aldebaran, setiap hari itu tiba Aldebaran lebih memilih bermain dengan anak anaknya atau bahkan dia lebih memilih untuk tidur.
Esok Andin ingin merayakan ulang tahun Aldebaran tanpa sepengetahuanya, Andin ingin memberi tahukan pada Aldebaran bahwa semua ketakutan itu tidak akan terjadi, bahwa sebuah perayaan itu tidak akan berakhir tangis lagi, bahwa sebuah perayaan tidak selalu berakhir duka, semuanya akan berakhir Bahagia.
Pagi ini Andin terbangun lebih dahulu ia sudah membersihkan seisi rumah, kemudian ia beranjak menuju kamar melihat suami dan anak keduanya yang masih tertidur pulas, sedangkan reyna sedang menginap di rumah Hartawan dan Rosa.
Andin membuka pintu dengan sangat pelan, sebuah pemandangan yang akan sangat membahagiakan ketika dipagi hari adalah melihat seorang Ayah dan anak masih tertidur dengan ekspresi yang sama, Andin tampak sangat gemas dengan ekspresi anak dan suaminya, ia tersenyum Manis. Aldebaran yang memeluk Adam membuatnya sangat gemas.
Andin mengusap lengan Aldebaran "Sayang, bangun yuk, udah pagi," Ucap Andin dengan sangat lembut, selepas solat subuh Aldebaran kembali tertidur karena kakinya yang dahulu terkena pisau terkadang masih terasa nyeri.
"Sayang," Andin mengusap Pipi Aldebaran "Bangun yuk,"
Aldebaran membuka matanya dan mengumpulkanya nyawanya untuk bisa bangkit, kemudian ia menyenderkan tubuhnya di ranjang, dan tersenyum melihat Andin yang selalu terlihat sangat cantik, kemudian Aldebaran tersenyum ketika melihat putra kecilnya masih tertidur pulas. "Selamat pagi," ucap Aldebaran kemudian mengecup tangan Andin, walaupun baru bangun tidur Aldebaran masih terlihat sangat tampan.
Andin tersenyum "Pagi juga sayang,"
"Kamu habis beres beres rumah?" tanya Aldebaran
Andin mengangguk "Iya, sama siapain sarapan juga buat kamu,"
"Harusnya kamu bangunin saya, nanti saya bantuin,"
"Udah tugas aku sebagai seorang Istri Mas, lagian aku tahu pasti kamu juga capek dengan pekerjaan kamu dikantor,"
Aldebaran tersenyum "Seharusnya yang capek itu kamu Ndin, harus ngrus rumah, ngurus dua anak juga, pasti capek, maaf ya kalau terkadang saya ngga bisa bantuin kamu,"
"Ngga papa Mas, lagian aku sangat senang menikmati seperti ini, apalagi menjadi seorang istri Aldebaran Alfahri aku sangat bahagia Mas, kehidupan seperti ini udah aku dampakan dari dulu, punya suami yang sayang keluarga, bisa mengurus rumah sendiri, mengurus anak sendiri, masak buat suami, ngajarin anak belajar, aku suka Mas, bukanhakn itu semua itu adalah dambaan seorang istri Mas? Dan aku udah punya semua itu, aku sangat sangat bahagia Mas,"
"Sekarang saya juga bahagia, sangat bahagia bisa diberi hidup seperti ini sama Tuhan, hidup sama kamu membuat semuanya menjadi mudah Ndin, hidup sama kamu membuat saya paham kalau bahagia itu sederhana, sekedar melihat senyum kamu aja udah buat saya sangat bahagia Ndin,"
Andin menggenggam tangan Aldebaran "Mas, kalau nanti aku melakukan satu hal sama kamu, aku mohon kamu jangan marah ya? Percaya sama aku. Ucap Andin memberi keyakinan pada Aldebaran
KAMU SEDANG MEMBACA
2A
Fanfiction"Apa saya boleh bahagia?," "kenapa kamu tanya gitu? "karena setiap kali saya bahagia, semesta seakan tidak pernah memihak," ps: cerita ini terispirasi dari tokoh aldebaran dan andin, hanya untuk bersenang senang dan kembali berlatih menulis