Tuttt tuttt tuttt
Jantungnya berdegup kencang. Ia berjalan mendekati jendela membiarkan angin malam menerpa wajah cantiknya, beberapa detik berlalu dan ia masih menunggu panggilannya untuk dijawab. Cukup lama, hingga kegugupannya semakin bertambah, namun didetik berikutnya suara rendah laki-laki itupun akhirnya terdengar.
"Hallo"
Berusaha untuk tenang ia pun mulai menarik nafas. Lama tak bersuara, membuat orang disebrang sana pun kembali memanggilnya. Telinganya mendengar suara seperti ia tengah membalik-balikkan halaman buku, membuat gadis itu akhirnya memilih untuk segera bersuara dan bertanya.
"Ha-hallo, Liam"
"Ya, ada apa?"
"Aku ingin bicara. So-soal, kau tahu... aku ingin menjelaskannya. Tapi sebelum itu aku harus bertanya, kau masih belajar? Apa aku mengganggu, jika aku-"
"Tidak, aku hanya sedang membaca komik" potong Liam.
"Jadi kita bisa bicara?"
"Tentu, aku akan datang-"
Mendengar itu, matanya membulat.
"Tidak!" dengan cepat gadis itu menghentikannya.
"Tidak, Liam. Aku ingin bicara ditelpon saja"
"Kenapa? Tidak masalah bagiku untuk mendatangimu"
"Aku tahu, tapi... aku, aku tidak bisa menatapmu"
"Aku malu"
Gadis itu berucap jujur, alasan dia mengabaikan Liam selama ini memang sudah jelas. Dia tak berani menunjukkan wajahnya. Namun beruntung, meski Liam sangat marah tapi dia masih mau mengangkat telponnya dan bicara.
Harusnya Liam memarahinya habis-habisan, Judith telah mengkhianatinya. Bisa dia bayangkan bagaimana perasaan Liam, dia pasti sangat terluka. Dia telah membelanya, dia menjadi satu-satunya orang yang berdiri didepannya saat dirinya dipermalukan, tanpa tahu jika sebenarnya orang yang dia bela dan lindungi itu telah membohonginya.
Cukup lama menunggu jawaban, mungkin ia sedang menimbang. Pikir Judith.
"Baiklah"
"Kita bicara disini"
Setelah mengatakan itu Judith pun menarik nafasnya bersiap untuk bicara.
"Meskipun aku belum mengatakannya, kau pasti sudah dengar semuanya. Liam, maafkan aku"
"Yang dikatakan Kim itu... benar"
Judith meremas kuat jarinya, takut dengan respon yang akan segera dia dapat. Dia tahu, Liam tentu akan kecewa, tapi Judith berharap Liam akan memaafkannya.
"Maksudmu?"
"Aku meminta Noah untuk meninggalkannya"
"Kenapa kau lakukan itu?"
"Aku sudah melihat bagaimana hubungan mereka, Noah sama sekali tidak bahagia"
"Lalu? Apa urusanmu?"
"Hatiku sakit saat melihatnya terus terluka, itu sebabnya saat aku marah aku meneriakinya dan memintanya meninggalkan Kim"
"Liam, aku menyukainya. Aku masih menyukai Noah"
Terjadi hening seketika.
Tak kunjung mendapat respon dari Liam, Judith pun menyambung ceritanya.
"Sejak dulu kami saling menyukai, tapi kau tahu sendiri kami berpisah. Kemudian kami bertemu lagi, kami kembali dekat dan menjadi teman. Suatu hari, kami sama-sama sadar, kami masih saling menyukai satu sama lain"
KAMU SEDANG MEMBACA
BE YOURS : The Sun | Jingga Untuk Judith
Romance"Matahari tetaplah matahari, aku lupa bahwa dengan kehangatannya dia telah menyingkirkan Malam" *** Bagian pertama, dari trilogi #BEYOURS • BE YOURS Chapter : The Sun / Jingga Untuk Judith ©charisa, 2022