05. Her Secret

26 2 5
                                    

Tak ada satupun orang yang tahu jika sejak tadi, seseorang tengah mengurung dirinya sendiri disalah satu bilik kamar mandi.

Ia tak bersuara, jiwanya tenggelam dalam keheningan dan pikirannya yang kacau. Wajah cantiknya tampak sendu, menggambarkan bagaimana perasaannya saat itu. Judith Eklecia telah menyadari kesalahannya dan kini, kepalanya sibuk memirkan cara bagaimana dia memperbaiki kekacauan yang dibuatnya dan mengembalikan semuanya seperti semula.

Suara Bell pulang terdengar, Judith melihat ponselnya menyala menandakan adanya panggilan. Dia melihat nama Arion tertera disana dan seketika sudut bibirnya terangkat. "Kenapa dia begitu baik?" ucapnya pelan.

Pemuda itu tak pernah menyerah, sebelum Judith memutuskan untuk sembunyi ditoilet, Arion mengajaknya pergi keperpustakaan dan bolos bersama, dia berusaha menghiburnya dan berniat menemaninya sampai waktu pulang, tapi Judith menolak dengan alasan ingin sendirian. Disaat seperti ini dia membutuhkan seseorang disisinya memang, tapi Judith tak bisa jika harus berakhir dengan menangis dan merutuki betapa bodoh dirinya.

Semua sudah terjadi, dari pada menangis pada orang lain dia memilih untuk menyembunyikan diri, mengambil waktu sebanyak mungkin untuk merenungi semua yang telah terjadi.

Hingga disanalah dia. Mengunci pintu toilet pun bibirnya rapat-rapat, bersama hening yang menemaninya hingga suara demi suarapun kembali terdengar mengisi ruangan menandakan semua kelas telah bubar.

Judith menolak panggilan Arion, lalu beralih menatap pesan-pesannya untuk Noah yang tak kunjung mendapat balasan. Dia berusaha menghubunginya sejak tadi, tapi pemuda itu seolah menghilang.

Judith sangat membutuhkannya, tapi kemana dia?

Seketika Judith teringat Liam, orang yang selalu ada disisinya disaat-saat tersulitnya. Pada akhirnya, hanya Liam satu-satunya. Judith sadar, sebagai seorang sahabat, William adalah yang paling sempurna dalam menjalankan perannya. Dia akan menjadi orang yang paling bahagia saat melihat Judith tertawa. Sebaliknya, dia akan menjadi yang paling cemas saat Judith tidak baik-baik saja.

Tapi karena Noah, kini dia tak bisa menemukan Liam disisinya.

To : Willy♡
Bisa kita bicara?

From : Willy♡
Tidak sekarang

To : Willy♡
Lalu kapan?

From : Willy♡
Nanti

To : Willy♡
Haruskah aku putus dengan Noah? Agar kita bisa kembali berbaikan?

From : Willy♡
Kau tahu apa yg baik menurutmu, jadi pikirkan sendiri saja. Aku lelah.

Tak bisa dipungkiri, dadanya kian menyesak setiap ia mengingat  pesan balasan Liam tadi. Meski begitu Judith sadar, dirinya pantas menerima semua itu darinya.

Gadis itu mematikan ponselnya, lalu menghela nafas dan memeriksa keadaan sekitar.

Takut semakin banyak orang berdatangan memasuki toilet, tanpa pikir panjang lagi ia memilih bangkit dan keluar dari persembunyian, menunjukkan dirinya pada semua orang disana yang langsung menatapnya dengan berbagai macam ekspresi.

Dia tahu, disetiap langkahnya semua mata itu tak lepas darinya, namun Judith berusaha keras untuk mengabaikan mereka semua.

Kakinya terus berjalan hingga dia sampai ditempat tujuannya. Kelas. Tanpa buang-buang waktu, Judith langsung mengambil tasnya lalu bergerak menatap seluruh penjuru kelas mencari seseorang, setelah berhasil menemukannya, dengan langkah terburu dia berjalan menghampirinya.

BE YOURS : The Sun | Jingga Untuk JudithTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang