20. Our Sadness

19 1 8
                                    

From : Mama
Sayang, mereka datang lagi.
Dia bilang dia akan menunggumu pulang dan menemuimu hari ini.

.
.
.

Hari begitu cerah, meskipun menjelang sore matahari masih bersinar terang diatas sana. Dibawah pohon besar nan kokoh, tepatnya disebelah danau yang terletak tak jauh dari sekolah, seorang pemuda berhoody hitam terbaring diatas rumput dengan tas dan sebelah tangannya yang ia jadikan sebagai bantal.

Suara kicauan burung dipohon dan gemericik air yang lembut mengisi pendengarannya, membawa ketenangan hingga mengantarnya kealam mimpi. Ia terlelap, bersembunyi dari silau matahari yang mencoba menangkapnya disela-sela dedaunan dan membiarkan semilir angin menerpa wajah polos dan damainya.

Dia adalah Jason Stewart.

Pemuda yang beberapa jam lalu memutuskan pergi dari sekolah dan berakhir terlelap begitu damai seolah dia tengah tidur dikamarnya, ditemani seekor kucing yang telah dia namai Hannah--nama Oma nya--sebelumnya, yang juga terlihat menikmati waktu tidurnya didekat Jason setelah bertempur memperebutkan sosis bersama si kucing hitam yang sekarang menghilang karena merasa malu telah dikalahkan si betina.

Salahkan Jason yang hanya memiliki satu sosis, salahkan dia juga yang telah membiarkan mereka berebut padahal dia bisa membaginya menjadi dua.

Lupakan sejenak soal kucing tadi.

Sekarang fokuslah pada seekor capung yang tiba-tiba datang dan mulai menghampirinya yang sedang terlelap. Dia mulai terbang semakin mendekati wajahnya kemudian mendarat diujung hidung mancungnya.

Jason mulai merasa geli namun capung itu tak kunjung pergi, padahal hidungnya sudah bergerak-gerak tak nyaman sejak tadi. Pada akhirnya mata yang semula terpejam itu perlahan terbuka, menunjukkan mata coklat indahnya.

Kata umpatan menjadi yang pertama kali keluar dari mulutnya, ia bangkit duduk dan menggeleng-gelengkan kepalanya dengan gerakan sebal.

"Sialan, kenapa dia hinggap dihidungku!?" Gerutunya sembari menatap kepergian capung yang menurutnya kurang ajar.

"Oh, jadi ini tempatmu membolos?" Suara seseorang tiba-tiba terdengar.

Jason menoleh kebelakang dan menemukan Judith disana, satu alisnya terangkat bingung, sejak kapan dia disana? Tanyanya dalam hati.

Gadis itu berjalan menghampirinya lalu ikut duduk disana, dengan jarak yang cukup jauh tentunya. Hanya diam, termenung dengan mata fokus menatap kearah danau.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Jason penasaran.

"Tidak ada, aku pergi tanpa tujuan dan tiba disini, aku sama sekali tidak tahu jika ternyata kau juga disini" jawab gadis itu tanpa mengalihkan pandangannya.

Judith mengatakan yang sebenarnya, dia memutuskan pergi tanpa tahu tujuan setelah mendapat pesan dari ibunya. Tak peduli kemana kakinya akan membawanya, dia hanya tidak ingin pulang kerumah.

Hingga dia tiba ditempat itu dan seketika resah saat melihat Jason ternyata juga ada disana.

Judith tak suka pertemuan-pertemuannya dengan Jason yang tak disengaja. Dia tahu tentang Jason yang ingin memanfaatkannya untuk menyakiti Noah, dia lebih senang jika Jason berusaha mendekatinya dengan alasan itu, namun saat mereka bertemu secara kebetulan seperti sekarang, Judith tak senang, sebab dia merasa semesta seolah tengah sengaja mempertemukan mereka.

"Kau terlihat menyedihkan, apa kau sedang berusaha bersembunyi dari semua orang?" Tebak Jason asal, yang nyatanya justru sepenuhnya benar.

Judith memutuskan melarikan diri setelah menerima pesan dari ibunya.

BE YOURS : The Sun | Jingga Untuk JudithTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang