14. Matahari Dan Malam

27 2 17
                                    

Jason berjalan dengan santai menuju ruang seni, beberapa menit yang lalu Judith mengatakan dia akan menunggunya disana. Kali ini Jason tidak menolak, karena diapun ingin segera menyelesaikan tugasnya. Itu sebabnya dia berencana untuk menyelesaikannya hari itu juga.

Setelah kakinya sampai didepan pintu ruang seni, Jason melihat gadis itu bersama William. Mereka menatap Jason yang baru saja datang.

"Jika sudah selesai segera telpon aku" ucap Liam disusul anggukkan Judith.

Melihat itu Jason terkekeh, kemudian masuk kedalam ruangan mendahului gadis itu.

Dia mengambil kanvas berukuran besar yang sudah disediakan sekolah lalu menaruhnya dikayu penyangga. Selesai dengan itu, ia bergerak mengambil berbagai macam warna cat beserta piringnya. Judith yang baru saja masuk menatapnya yang tengah sibuk.

"Ada yang harus kucari?"

"Ambil kuas" jawab Jason.

Judith mengangguk mengerti lalu bergerak mencari benda yang disebutkan Jason. Setelah cukup lama meneliti rak didepannya, dia akhirnya menemukan benda yang tengah dicarinya. Tapi sungguh letak benda itu sangat tinggi, Judith tentu tidak bisa menggapainya.

"Jason, kuasnya ada ditempat yang tinggi. Kau saja yang ambil" Jason menatap Judith sekilas lalu mengikuti arah telunjuk gadis itu yang mengarah keatas.

"Aku juga tidak bisa menggapainya jika setinggi itu, berpikirlah, gunakan otakmu untuk mengambilnya" jawab Jason acuh.

Judith menghela nafas, lalu melihat kesekelilingnya. Saat dia melihat kursi dia segera mengambilnya dan meletakkannya didepan rak. Sekali-sekali Jason memperhatikan gadis itu untuk melihat apa yang sedang dilakukannya.

Dia menaiki kursi itu lalu berusaha menggapai box berisi kuas, namun nihil nyatanya usaha Judith tidak membuahkan hasil karena tangannya tetap tidak bisa menggapainya. Kakinya sudah berjinjit tapi tetap saja dia gagal, Jason yang sejak tadi memperhatikannya pun mau tak mau bergerak, tanpa aba-aba dia ikut naik keatas kursi membuat Judith refleks berbalik dan harus memegang bahu Jason karena hampir kehilangan keseimbangan tubuhnya.

Dengan mudah Jason mengambil box itu, setelah benda itu ada ditangannya ia langsung turun dari kursi mengabaikan Judith yang membeku. Judith merasa waktu seolah berhenti berputar kala itu.

Tak ingin terlihat bodoh, dia buru-buru turun. Dan entah kenapa ia mendapati hatinya tiba-tiba resah.

"Apa kau sadar apa yang telah kau lakukan?" tanya Judith berusaha mencairkan suasana yang baginya mulai terasa canggung.

"Apa?" Jason bertanya sembari sibuk menata cat dipiringnya.

"Bagaimana bisa kau ikut naik keatas kursi itu disaat aku sedang berada diatasnya?" Tanya Judith tanpa menatap lawan bicaranya.

"Apa itu begitu penting sampai kau membahasnya?"

"Maksudku---bagaimana jika kursi itu tiba-tiba roboh saat menerima beban tubuhmu?"

"Apa lagi? Tentu saja kita akan jatuh" jawab Jason enteng.

"Lalu kenapa kau melakukan itu?" gumam Judith.

"Kau bilang tubuhku seperti Kingkong 'kan? Aku tidak mau saat aku naik tiba-tiba kursi itu roboh, itu sebabnya aku tidak menyuruhmu turun" jawabnya membuat Judith mengerutkan kening.

"Agar saat kau jatuh aku juga ikut jatuh?" Tebak Judith.

"Tepat sekali"

"Kejam sekali"

"Kita teman sekelompok, semuanya harus adil. Jika aku jatuh kau juga harus, jika aku terluka, kau juga harus, jika aku menangis kau juga harus, tapi lupakan saja, aku tidak mungkin menangis" celoteh Jason.

BE YOURS : The Sun | Jingga Untuk JudithTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang