06. Good Bye, Love

22 2 6
                                    

July, 17

.
.
.

Langit pagi tampak cerah, selain birunya yang indah, hari semakin sempurna tatkala sang mentari mulai menebar kehangatannya yang dirindukan semua orang. Sudah sekitar seminggu hujan mengganggu aktivitas pagi mereka dan hari ini untuk pertama kalinya semua orang bisa kembali tersenyum menikmati pagi mereka.

Namun nyatanya tak semua orang merasa bahagia pagi itu. Entah karena mereka yang menganggap bahwa semua hari sama beratnya, atau mereka yang hanya sedang kehilangan kemampuannya untuk tersenyum.

Ya, mungkin itulah yang sedang Judith Eklecia rasakan. Wajahnya mendung, harinya tak kunjung cerah, meski ia tahu kakinya akan segera membawanya pada badai namun ia tetap melangkah.

Grepp

Langkahnya tiba-tiba terhenti saat seseorang menghadangnya yang baru saja masuk kedalam kelas, ia mendongak dan melihat Jason yang kini memegang bahu kirinya, lalu tanpa aba-aba pemuda itu melangkah maju membuat Judith otomatis berjalan mundur hingga mereka keluar dari kelas.

Judith tak bisa melakukan apapun bahkan ketika tangannya ditarik Jason yang entah akan membawanya kemana, gadis itu sudah kehilangan kekuatannya. Dia takut pada Jason dan dia mengakuinya.

Ketakutannya semakin besar saat semua orang menatap mereka dan Judith kembali mengingat hari dimana Jason menyeretnya. Itu adalah hari terburuknya, namun yang lebih menakutkan adalah saat ia sadar bahwa yang akan terjadi hari ini, akan lebih buruk dari sebelumnya.

"AAA!" Judith meringis saat punggungnya menabrak tembok karena Jason mendorongnya.

"Sekarang apa lagi?" tanya Judith tanpa berani menatap lawan bicaranya.

Jason tak langsung menjawab, matanya menatap tajam gadis yang sejak semalam mengganggu pikirannya. Dia terlihat ketakutan saat dihadapannya tapi kenapa dia bisa begitu berani membuat masalah?

Gadis bodoh. Pikirnya.

"Bukankah harusnya aku yang bertanya? Apa lagi sekarang?" tanya Jason balik.

"Apa maksudmu?" Kesal karena Judith masih sempat berpura-pura bodoh, Jason menarik wajah gadis itu membuatnya menatap kearahnya.

"Jadi kau ingin bermain-main?" tanya Jason mengintimidasi.

Judith yang takutpun menepis tangan besar itu dari wajahnya. "Aku tidak dengar apapun!" teriaknya lalu mengambil langkah hendak pergi dari sana.

Namun Jason tentu tak membiarkannya, dia kembali menarik Judith dengan kasar lalu mendorongnya ketembok membuat gadis itu menjerit lebih keras dari sebelumnya. "Kau pikir kau bisa kabur setelah semua yang kau lakukan? Kau tidak akan bisa lari dariku, jika kau berhasil kabur pun aku akan mecarimu kemanapun dan menangkapmu" ucap Jason lalu menyentil dahi gadis itu.

Judith merasa seperti orang bodoh sekarang.

"Seseorang akan menjadi bodoh saat mereka jatuh cinta. Aku lupa bahwa orang bodoh sepertimu akan menjadi semakin bodoh juga, aku hampir saja melepasmu, tapi bodohnya kau-" Judith meringis saat Jason menyentil dahinya untuk yang kedua kali.

Dia yakin dahinya memerah sekarang, Judith memegang dahinya dengan telapak tangan lalu berpaling dari Jason dengan amarah tertahan, namun sedetik kemudian pemuda itu kembali mendorong bahunya, membuat Judith kembali berhadapan dengannya.

Judith benar-benar muak dengan perlakuan Jason terhadapnya. Gadis bodoh, tidak punya otak, seperti itulah Jason selalu menatapnya, seperti itulah Jason selalu memperlakukannya, Judith benar-benar membencinya.

"Kau berhasil mencuri informasi tentang Kim kemudian langsung berlari padanya dan memberitahu dia semua yang kau ketahui. Kau pikir kau hebat? Kau merasa dirimu menang?"

BE YOURS : The Sun | Jingga Untuk JudithTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang