17. Tentang Judith

18 1 8
                                    

"Mama? Sudah pulang?"

Judith yang baru saja tiba dirumah segera melangkah menghampiri ibunya diruang makan. Tak biasanya ibunya lebih dulu sampai, rupanya hari ini There pulang lebih cepat dari biasanya.

"Bagaimana sekolahmu?" There bertanya sembari menuangkan air kedalam gelas, lalu memberinya pada Judith.

"Tidak ada masalah" jawab Judith lalu menerima gelas itu dan meneguknya hingga tandas.

Dia menaruh kembali gelasnya dimeja setelah selesai, lalu tanpa sengaja bersitatap dengan ibunya dan terdiam. "Ada apa?" Tanyanya saat menangkap sesuatu yang aneh dari ibunya.

"Tidak papa, Mama hanya bertanya" Judith menggeleng. "Bukan, maksudku Mama baik-baik saja?" Jelasnya membuat There berpaling menghindari tatapannya.

"Tentu" katanya yang malah membuat Judith curiga.


Setibanya dia dirumah, dia melihat There duduk diruang makan sembari melamun. Entah kenapa dia juga merasa cara ibunya menatapnya berbeda dari biasanya, tatapannya lebih lembut dan penuh sayang. Ada kalanya memang ibunya bersikap seperti itu, namun disituasi ini Judith sama sekali tak tahu alasan dibalik sikap ibunya detik itu.

"Sebenarnya, ada hal yang ingin Mama bicarakan" ungkap There pada akhirnya, tanpa banyak bicara Judith pun langsung menarik kursi dan duduk dihadapannya.

Rautnya terkejut saat melihat respon Judith, namun sedektik kemudian ia tersenyum sembari menggelengkan kepala. "Tidak sekarang, sayang. Kau baru saja pulang, pasti lelah, kan? Kita bicarakan nanti malam saja" ucapnya yang langsung Judith bantah. "Aku sudah duduk dihadapan Mama, jika bisa sekarang kenapa harus nanti?" Kata Judith yang sudah terlanjur resah.

Melihat putrinya yang bersikeras There pun tak bisa menghindar, ia menghela nafas, tak langsung bicara. Cukup banyak mengambil waktu hingga membuat Judith yang duduk didepannya makin gelisah dan yakin jika sesuatu benar-benar terjadi pada sang ibu.

Mendapati There yang tak kunjung bicara, dia pun bergerak menyentuh punggung tangannya. "Katakan saja, Ma. Tak apa" katanya menyakinkan There yang rautnya kini menjadi resah.

There pun menganggukkan kepala, dia mengambil tangan Judith kemudian menggenggamnya. "Kau... bahagia hidup bersama Mama?" Tanyanya membuat Judith seketika terdiam.

Dia tahu kemana arah pembicaraan ini akan berlanjut, itu sebabnya butuh waktu untuk Judith merespon sebab jantungnya berdetak tak karuan setiap kali dia dan There berada dalam pembahasan itu. "Pertanyaan macam apa itu?" Protes Judith.

"Aku bukan Ibumu--"

"Ma!" Judith menatap ibunya marah.

"Kenapa kita membahas ini?" Sambungnya dengan wajah tak suka.

Sementara There tak mampu mengatakan apa-apa, menatap putrinya saja bahkan ia tak kuasa. Sama seperti Judith, There pun tak suka dengan pembahasan mereka. Namun apa boleh buat? Dirinya pun tak berdaya, dia harus menghadapi kenyataan walau ia tak suka.

Judith bangkit dari duduknya kemudian menghela nafas berat. "Jangan menyakitiku dengan memperjelas hal itu. Kau sendiri yang membuatku memanggilmu Ibu, kau merawatku, menjagaku, itu artinya aku adalah anakmu. Tidak akan ada yang bisa menyangkal hal itu" tegasnya lalu hendak pergi dari sana, namun kembali terhenti sebab yang dikatakan There selanjutnya berhasil mengguncangnya.

"Seseorang datang menemui Mama"

Judith bergeming.

Kedua tangannya mengepal seolah tengah menahan sesuatu. Masih dengan posisinya, dia  berdiri membelakangi There menunggu kalimat yang akan ia lontarkan selanjutnya.

BE YOURS : The Sun | Jingga Untuk JudithTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang