Sarada

894 66 6
                                    

*
*
*
*
*
*
*

Pukul 6:25 pagi. Sakura terlambat bangun untuk mempersiapkan sarapan Sarada dan tentu saja Sasuke.

Malam yang Sakura habiskan bersama Sasuke semalam, benar-benar membuatnya lelah. Sakura tidak tahu kalau Sasuke bisa sebuas itu. Bahkan, Sakura meraskan, perasaan runyam yang semalam membubuhkan hati dan pikirannya, sudah tidak ada lagi.

Sakura menghela napas dalam, mungkin mulai saat ini ia akan kembali menguatkan hatinya.

Mendapatkan Sasuke dulu tidak mudah, bahkan ia hampir menyerah. Sekarang Sakura sudah bersama Sasuke, sebisa mungkin ia akan menekan pikirannya dan akan terus menggunakan perasaannya. Karena hanya dengan perasaan yang Sakura miliki untuk Sasuke, Sakura bisa bertahan.

Sakura merasa malas sekali untuk bangun padahal ia tahu ia sudah sangat terlambat.

"Sasuke-kun, aku sudah kesiangan." Sakura masih dalam posisinya, membelakangi Sasuke yang tengah mendekapnya erat. Sakura sudah dua kali mencoba menyingkirkan lengan Sasuke yang melingkari bahunya, membuat Sakura terkunci dan tak bisa bergerak.

"Hm." Sasuke bergumam, tapi sepertinya pria ini tak berniat bergerak sedikulitpun.

"Aku harus menyiapkan sarapan."

"Ada Sarada."

"Sasuke-kun. Aku sudah banyak merepotkannya."

Sasuke mengangkat tangan yang melingkari pinggang Sakura dan merubah posisi tidur menjadi terlentang. Matanya masih terpejam.

Ketika Sakura berpikir dirinya bisa bangun, suara Sasuke menghentikannya.

"Tidur saja." Sasuke sudah beranjak duduk. Tanpa menjelaskan apanpun, pria itu memakai celana santainya. Sakura seketika berpaling.

"Biar aku siapkan air hangat untukmu." Sakura akan beranjak tapi tatapan Sasuke membuat Sakura menghentikan pergerakannya.

"Aku akan memanggil nanti."

"Tapi aku sudah tidak mengatuk, Sasuke-kun. Lagipula ada yang ingin aku kerjakan..." Sakura menggantung ucapannya, mendapati Sasuke lagi-lagi memberikan tatapan peringatan.

"Apa kau masih ingin mendebatku?"

"Tidak."

Sasuke lanjut menakai kaus oblong hitamnya dan berjalan keluar. Sakura mengernyit heran.

"Ada apa dengan Sasuke-kun?" Sakura mendengus dan memilih bangkit. Ia menyibakkan selimut dan memperlihatkan tubuh polosnya. Ketika tapak kaki Sakura menyentuh lantai kamar, hawa dingin menusuk kulitnya.

Cklek!

Sakura menoleh ke arah pintu dan terkejut.

"Aku sudah peringatkan. Aku selalu mengawasimu, Sakura"

Sakura mengerjab, mengangguk perlahan. Sasuke kembali menutup pintu kamar dan membuat istrinyan ini bisa bernapas lega. Sakura bahkan melupakan tubuh polosnya yang sudah tidak terbungkus oleh selimut.

Sakura berakhir membanting tubuhnya ke atas ranjang. Sepagi jni, Sasuke sudah beberapa kali membuat jantungnya berdetak tidak karuan.

*
*
*
*
*
*
*
*

"Selamat pagi, Mama. Eh? Papa?"

Sarada kaget saat sampai di dapur ia mendapati papanya. Pria tampan, meski umurnya sudah tidak nuda lagi, sedang berkutat di depan kompor dengan alat dan bahan masak. Sarada tercengang melihat papanya memakai celemek bermotif bunga sakura milik ibunya.

"Selamat pagi." Tanpa beralih, Sasuke terus menggerakkan gagang teplon yang sedang digunakan Sasuke untuk menggoreng telur.

Sarada berjalan mendekat, matanya berbinar melihat apa yang sedang papanya lalukan.

I LOVE YOU, SAKURA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang