*
*
*
*
*
*
*
*
*
*Sakura terkejut, tapi sudah terlambat untuk menghindari sesuatu yang sekarang sudah menancap di betis kirinya.
Ia memelankan pijakan kakinya dari dahan pohon ke dahan yang lain. Manik hijau itu sedikit melirik betisnya yang tertancap sesatu seperti jarum kecil.
Sakura sudah berpikir akan memanggil Karin yang ada di depan sana untuk berhenti.
Tapi jika hanya akan berhenti sejenak untuk memeriksa betisnya, sepertinya tidak perlu memanggil Karin. Sakura memutuskan berhenti tanpa mengode Karin.
Sakura mengernyit lalu helaan napas lega keluar dari sela bibirnya. Sekilat ia mencabut sesuatu yang menancap di betisnya tadi.
"Hanya duri."
Sebelum mereka melewati hutan lenggang saat ini, ada hutan cukup rimbun yang Karin dan Sakura lewati tadi. Mungkin dari sana Sakura mendapat duri ini yang menancap dan baru ia rasakan beberapa saat lalu.
Kembali bangkit, Sakura bersiap untuk kembali melompati dahan pohon tinggi di depannya. Akan tetapi keseimbangan tubuh yang tiba-tiba berubah membuat Sakura hampir tersungkur dari pijakannya. Tangannya cepat meraih dahan pohon dan menahan tubuhnya untuk tidak jatuh langsung ke bawah.
"Sshht? Mati rasa? Bagaimana bisa?" Sakura baru menyadari kalau duri yang menancap di betisnya tadi mengandung racun alami. Punggungnya bersandar pada badan pohon dan satu kakinya masih menggantung pada dahan pohon.
Sakura mulai mengaktifkan cakra medis untuk melakukan pertolongan pertama sekaligus menganalisa racun jenis apa yang sudah mengalir dalam darahnya.
Kernyitan dalam di dahi lebar wanita ini, menunjukan sesuatu yang janggal. Sakura mengerjab. "Cepat sekali."
Racun yang berhasil Sakura deteksi teenyata merembat dengan cepat. Sakura sedikit tersentak karena racun itu bukan seperti racun yang dihasilkan oleh tumbuhan.
Sentakan yang Sakura rasakan tadi berubah menjadi perasaan tidak enak. Ia mencoba mengingat sesuatu yang menancap betisnya tadi.
Runcing dan keras. Warnanya mengkilap, tentu saja itu bukanlah sebuah duri.
"Jarum?"
Sakura tidak tahu kenapa ada jarum yang menancap di bagian tubuhnya. Tapi mencoba sedikit menepis rasa kagetnya, Sakura kembali fokus pada pengobatan. Ia menambahkan cakra yang saat ini sudah merambat ke paha atasnya.
Fokus Sakura beralih, bola matanya terbelalak ketika menyadari sesuatu yang melewati wajahnya, meleset dan berakhir menancap pada badan pohon yang saat ini Sakura sandari.
Jarum yang sama seperti yang beberapa saat lalu Sakura dapati.
Suara seseorang di bawah pohon membuat Sakura seketika melengok.
"Hai, Nona! Kau butuh bantuan?"
Wanita rambut merah muda ini seketika menatap mereka tajam karena setelahnya ketiga orang itu tertawa keras.
Jadi mereka yang melakukannya?
Baru saja Sakura hendak berdiri, ketika kakinya teeasa kebas dan panas membuatnya tanpa perihitungan jatuh tersungkur ke bawah.
Bug!
Sakura meringis, merutuki kebodohannya karena lupa pada kondosi kakinya sendiri.
Ketiga pria tadi kini sudah ada di hadapan Sakura. Salah satunya menancapkan pedang di tanah di sebelah tubuh Sakura. Mereka menggertak wanita merah muda ini.
Tapi tindakan mereka barusan bukan sebuah nego yang bisa Sakura sepakati begitu saja. Ia mengeluarkan kunai dari dalam tas kecilnya dan meleparnya tepat di kaki salah satu pria-pria itu.
Sakura bergerak mundur, mengabaikan kakinya yang bergetar karena memijak tanah dengan kondisi kebas.
Bisa saja Sakura mengaktifkan cakra dalam dirinya untuk meregenerasi racun yang mengalir bersama darahnya. Tapi saat ini Sakura harus melawan tiga pria itu dan mengetahui tujuan mereka.
"Mau apa kalian?"
Satu pria yang terkena kunai Sakura tadi menatap marah pada wanita ini.
"Awalnya kita hanya ingin bermain-main, tapi kau baru saja membuatku marah, dasar gadis brengsek!"
"Benarkah?" Sakura tersenyum simpul, tapi tatapan seriusnya mampu membuat tiga orang itu semakin kebakaran jenggot. "Kalian salah orang kalau hanya untuk bermain-main," lanjutnya.
Sakura mengeluarlan sebuah tali dari dalam tas, lalu mengikatkannya kencang pada bagian paha atasnya. Hal itu untuk menahan racun di kakinya agar tidak bergerak lebih jauh.
Lagipula menyelesaikan mereka tidak akan membutuhkan waktu lama, pasti masih ada banyak waktu untuk menghentikan peredaran racun ini.
Pikiran Sakura barusan membuatnya terlihat kembali bugar.
Ia juga sudah bersiap untuk melawan ketiga pria itu.
"Aku tidak akan melepaskanmu, Nona!" teriak satu pria lainnya.
Sakura belum tahu apa tujuan dan dari mana asal mereka. Kenapa mereka ada di hutan yang masih masuk dalam katagori hutan dalam? Tapi Sajura berpikir ia akan meetahuinya setelah mengalahkan mereka.
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*"Eh??! Kemana dia?"
Karin yang baru menyadari sesuatu, mengedarkan tatapan mencari sosok Sakura yang sudah tidak ada di belakangnya.
"Sakura!" Karin berteriak memanggil, tapi tak ada sahutan. Hanya ada suara kesunyian hutan yang beradu dengan suara teriakan Karin. Suaranya barusan bisa Karin dengar lagi karena memantul.
"Sakura! Sedang apa kau!?" Karin melangkah kembali untuk menelusuri pencariannya. Namun sudah cukup jauh Karin menyapa langkahnya, ia tak mendengar dan tak merasakan cakra wanita itu.
"Kenapa dia menonktiflan cakranya? Ck, ada-ada saja."
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*"Sakura belum kembali?" Kakashi sedikit terkejut mendengar kabar dari Shizune yang melaporkan misi Sakura.
"Ini sudah enam hari. Tsunade-sama mengatakan kalau misi itu harusnya berakhir sebelum 5 hari," ucap Shizune menambahkan.
"Anda sudah coba kirimkan surat?"
"Sudah, Tuan Hokage. Karena belum mendapat balasan, saya datang kesini untuk melapor."
Benar. Harusnya surat itu di terima oleh Sakura tidak lebih dari satu hari. Lokasi mereka masih cukup dekat dengan Konoha.
"Tolong panggilkan Sasuke, sekarang."
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*See you next chapter....
![](https://img.wattpad.com/cover/289453871-288-k283874.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE YOU, SAKURA!
RomanceMenikah dengan Sasuke adalah takdir terindah Sakura. impiannnya sejak kecil ternyata bertemu dengan takdir. Bagi Sakura, mencintai dan memiliki ikatan pernikahan dengan Sasuke, sudah lebih dari cukup untuknya selama ini. Tanpa peduli dan tanpa ada...