Sekuntum Bunga

724 57 10
                                    

*
*
*
*
*
*
*

Hal pertama yang Sakura dapatkan pagi ini di ruangannya adalah....

"Bunga? kenapa bisa?"

Sakura celingukan, memperhatikan sekitar, sembari tangannya menjumput satu tangkai bunga mawar merah merekah yang tergeketak di sudut meja kerjanya.

Jendela masih tertutup, tak ada barang berantakan, obsi kalau ada orang yang menggeledah masuk ruang ini terdengar mustahil. Pintu ruangan juga tadi tertutup saat Sakura datang.

Dan seingatnya, Sakura tidak meletakkan bunga apapun di ruangan selain bunga Cosmos yang terpajang indah di vas bunga berukuran sedang.

Lalu?

"Siapa yang masuk sebelum aku?"

Sakura beralih mengitari meja lalu duduk di kursi kerjanya, meraih kenop laci dan membukanya satu-persatu, memeriksa. Dan memang tak ada yang aneh, semua masih lengkap.

Tatapan Sakura kembali pada bunga di tangannya. Bunga mawar yang cantik dan terlihat masih segar. Seseorang pasti masuk sudah di ruangannya. Pikir Sakura yakin.

Lalu Sakura dibuat kembali terkejut saat tatapannya menangkap sebuah buket bunga cukup yang cukup besar. Ya, buket bunga.

Segera, Sakura beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah meja nakas yang ada di dekat jendela besar. Sakura meraih buket bunga itu dan melihatnya seksama.

"Ini..." Bola mata hijaunya sedikit terbelak saat sebuah kertas terlihat di selipan antara bunga satu dan bunga lainnya.

'Hai, Dokter Sakura. Ini bunga untukmu.Tanuri sangat berterimakasih, operasainya tidak sakit dan sekarang sspertinya aku akan sembuh. Saat Dokter menemukan bunganya mungkin aku sedang berjemur di taman, saat aku datang kesana Dokter belum tiba ternyata."

Sakura lantas berjalan semakin menepi pada jendela kaca, tatapannya langsung tertuju pada taman rumah sakit yang bisa ia lihat dengan jelas karena lokasinya yang berhadapan langsung dengan jendela ruangan.

Terlihat dari banyaknya anak-anak dan orang tua sedang berjemur, Sakura melihat gadis kecil dengan rambut terkuncir tinggi tengah menikmati suasana pagi. Dan Sakura merasa hatinya menghangat kala melihat seseorang yang bersama dengan gadis itu. Perasaan lega menyelimutinya.

Ayahnya Tanuri, Satoshi Nawa.

"Syukurlah." Gumam Sakura masih menyelipkan senyum lega.

Ingat kalau ia belum selesai membaca semua isi suratnya, Sakura kembali menunduk. Dan sisa kalimat dari isi surat tadi membuat Sakura tersenyum lebar, membuat kedua sudut matanya yang sediki membengkak, ikut menyipit.

'Nanti sore kalau Dokter bisa, temui aku di taman, ya! Aku ingin memberikan sesuatu. Semangat untuk bertugas!'

Sakura lantas melipat kertass tersebut dan memasukkan ke dalam saku jas putihnya. Kemudian ia menatap buket bunga mawar yang ada di tangannya, beberapa kali ia membolak balikan buket tersebut lalu dengan agak ragu Sakura mendekatkan wajahnya kearah kumpulan bunga mawar yang sudah terangkai indah untuk sedikit menghirup wanginya.

Sakura memejamkan matanya, menikmati aroma bunga mawar yang mulai menusuk di indra penciumannya. Perasaannya kini jadi sedikit lebih baik.

Senyum masih terbingkai di kedua sudut bibir ranum Sakura. Wanita ini kemudian kembali ke meja kerjanya.

*
*
*
*
*
*
*

"Apa? Misi bersama Sakura?" Karin memikik keras mendengar ucapan dari sang Hokage Ke enam, Kakashi Hatake.

Pria bermasker itu hanya mengangguk pelan, membenarkan keterkejutan Karin. Dan bukan hanya gdis merah ini yang terkejut, di sebelahnya Sasuke juga.

"Kau belum memberitahu tentang ini padaku?" Sasuke menatap gurunya tajam, suaranya juga terdengar tertahan.

"Alasanku memanggil Karin lebih dulu karena gadis ini berada jauh dari Konoha, juga resiko penolakannya akan membuat waktu semakin mepet." Dengan santainya Kakashi menjawab pertanyaan itu dengan kalimat tanpa beban.

Karin terlihat kesal, kedua tangannya berkecak pinggang. Bahkan jika ditelisik lebih detail, kepalanya sudah berasap. Karin pikir kunjungannya ke Konoha hanya untuk menyampaikan perjajian antara Orochinaru dan Konoha. Ternyata ada misi lain dan dia tidak diberitahu! Tidak pula boleh menolak?

"Tetap saja, ini namanya pemaksaan."

"Aku sudah meminta izin Tuan Orochinaru untuk misimu." Kakashi kembali berkata.

Karin ternganga dengan kerjapan matanya cepat. Jadi, dia memang datang untuk misi dadakan ini?

"Kenapa harus dengan Sakura? Dia sibuk di rumah Sakit." Kali ini Sasuke yang bicara. Terdengar juga ketidakterimaan dalam kalimat Sasuke.

Tatapan mata Kakashi menyendu, kekehan kecil terdengar dari balik maskernya.

"Aku juga berpikir begitu. Tapi misi ini mungkin hanya bisa dilakukan oleh Sakura. Dia tidak akan menolak."

Sasuke semakin menajamkan sudut matanya, bibirnya yang tipis sedikit mengerucut kaku. "Kau bahkan tidak meminta izinku."

Seketika kekesalan Karin berubah menjadi tatapan terkejut. Tatapannya kini tertuju pada Sasuke. Kakashi pun tak berbeda jauh, hanya saja ia cepat mengendalikan keterkejutannya dengan kekehan kecil.

"Ya, seharusnya memang aku harus meminta izinmu, ya. Sasuke. Secara Sakura adalah istrimu." Kalimat yang terdengar dari Kakasi berhasil mengedurkan kernyitan di dahi Sasuke, tatapan matanya juga tidak lagi menyipit tajam. Memang benar, Sasuke tidak bisa mengelak alasan yang disebutkan Kakshi barusan.

Tapi, ucaoan Kakashi selanjutanya membuat tatapan Sasuke tertunduk, memikirkan.

"Tapi, dia juga seorang Shinobi. Sakura gadis yang kuat dan juga cerdas, karena itu, dia bisa bisa menjadi apapun yang dia inginkan."

Tanpa di sadari Karin dan Kakashi, mata Sasuke menyendu, senyum setipis helaian rambut juga terlihat samar. Mendengar pujian Kakshi untuk Sakura, menunjukan bahwa wanita itu memanglah sangat spesial. Kalimat 'bisa menjadi apapun yang dia inginkan' Sasuke juga menyetujuinya.

Sakura memang berhak untuk itu. Karena dia kuat.

Namun sebesit ingatan tentang kejadian semalam, mampu meredupkan sisi sendu pria Uchiha ini.

"Baiklah, pembicaraan sudah selesai. Kalian bisa pulang atau melanjutkan kegiatan. Selanjutnya, nanti aku yang akan beritahu Sakura."

"Heii? Kau juga belum memberitahunya?!" Karin berteriak keras, sungguh kesabarannya sudah habis oleh pria bermasker ini.

Kakashi terkekeh pelan.

"Kenapa tidak kau beritahu lebih awal?" Tanya Sasuke dengan suara beratnya.

"Hem? Ya, Karena aku yakin saja, Sakura tidak akan menolaknya. Dan juga, beberapa saat lalu, aku melihatnya sangat sibuk di rumah, sakit jadi aku urungkan."

Ucapan Kakashi lagi-lagi membuat Sasuke tercenung. Namun tak seorangpun bisa mengetahui apa yang sedang ia pikirkan saat ini.

*
*
*
*
*
*
*

Vote dan komen kalian moodboosterku. Thanks ya...😊😊


I LOVE YOU, SAKURA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang