*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*Sakura tergeletak, badannya lemas terkulai, dan darah sudah bercecer di sekitar tubuhnya.
Luka yang menganga lebar itu mampu membuat kepalanya terasa tiba-tiba pening, tangannya gemetar bahkan saat berusaha menggapai tubuh lemas Sakura.
Sasuke kehilangan kata-kata, dadanya sudah berdetak lambat dan terasa sangat dingin. Seolah ada ganjalan besar di saluran pernapasannya, Sasuke mencari celah untuk tetap bisa bernapas saat udara terasa sangt sulit untuk di hirup. Sesak yang ia rasakan bersamaan dengan datanganya kepedihan yang terasa mencekik.
Sasuke ingin menangis, tapi tidak bisa. Entah kenapa air mata tak bisa keluar walau dadanya sudah siap mengulurkan tangisan.
Kejadian itu terjadi 10 jam yang lalu, saat Sasuke menjemput Sakura dari perjalanan misinya.
Saat ini, keadaan sudah tampak membaik. Sakura sudah sadar setelah perawatan yang dilakukan oleh mantan hokage ke lima di rumah Sakit Konoha. Hal itu juga semata karena Sasuke tepat waktu menemukan dan membawa istrinya ke desa. Meninggalkan Karin dan tentu saja tiga berandalan yang membuat wanita ini tak berdaya.
Sudut bibir tipis itu menukik tipis, menyunggingkan senyuman samar saat dihadapkan oleh Sarada yang sedang menyuapi bubur untuk Sakura.
"Sarada, Mama sudah selesai."
Gadis remaja ini lantas meletakkan mangkuk bubur itu di atas meja samping ranjang.
Melihat lagi kondosi Mamanya yang masih tampak pucat karena banyaknya darah yang keluar dari luka di kakinya, Sarada mengerjabkan mata. Menghalau genangan air di kelopak mata yang kapan pun siap meluncur jatuh ke pipinya.
Pertahanan Sarada runtuh seketika, saat Sakura menangkap tangis tertahan dari putrinya. sarada menangis setelahnya.
Sakura membelai puncak kepala Sarada dan turun menangkup dagu anak gadisnya.
"Mama baik-baik saja."
Seketika itu Sarada bangkit dari duduknya, mencondongkan tubh untuk meraih rengkuhan tubuh lemah Sakura. Dengan senang hati, Sakura membalas pelukan putrinya, menepuk punggung kecil Sarada dan mengecup bahu gadis keturunan Uchiha ini.
Tangis Sarada kian terdengar memenuhi ruangan itu. Sakura cukup tersentak, tapi ia bisa mengerti ketakutan apa yang sedang putrinya rasakan saat ini.
"Maaf ya, Sarada." Sakura bergumam pelan dan tentu hanya gadis inilah yang mendengarnya.
Tatapan netra hijau bening ini menangkap sosok Sasuke yabg berdiri dua meter dari ujung ranjang Sakura. Pria itu masih diam tak bergerak bahkan sejak Sakura membuka mata satu jam yang lalu.
Seperti patung saja, tatapan Sasuke pun tak beralih dari objek yang sama. Ke arah putri dan dirinya.
Entah apa yang Sasuke pikirkan sekarang, Sakura tidak mengerti. Pria itu terlihat tegang, mungkin saja karena Sasuke melihat dirinya akhirnya sadar dan baik-baik saja.
Hal yang wajar karena Sasuke adalah orang terdekat Sakura. Reaksi yang seharusnya terjadi ketika salah satu kenalan kita akhirnya sadar dari pingsan.
Itu kemungkinan yang Sakura pikirkan dan kenyataannya adalah Sasuke tampak biasa saja dan tidak peduli.
Apa Sakura harus menangis untuk mendapatkan pelukan pria itu? Atau Sakura harus meminta Sasuke untuk mendapatkan kata-kata menenangkan untuknya?
Lagi?
Sakura menghela napas, melepaskan pelukan Sarada dan menatap dalam wajah gadis remaja ini. Belaian lembut masih Sakura berikan menyusuri wajah dan rambut Sarada.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE YOU, SAKURA!
RomanceMenikah dengan Sasuke adalah takdir terindah Sakura. impiannnya sejak kecil ternyata bertemu dengan takdir. Bagi Sakura, mencintai dan memiliki ikatan pernikahan dengan Sasuke, sudah lebih dari cukup untuknya selama ini. Tanpa peduli dan tanpa ada...