*
*
*
*
*
*"Aku pulang...." Sakura melangkah masuk. "Eh? Tidak ada orang?"
Sakura segera berjalan ke arah dapur, meletakkan kantong belajaan dikedua tangannya. Sesekali Sakura menatap sekitar dan yang ia dapati hanya kesunyian.
"Sarada pasti sudah pergi dengan Boruto. Terus, ke mana Sasuke?" Sakura masih terus mengeluarkan bahan masakan dan semua belanjaan keluar dari kantong plastik. Seketika pergerakan Sakura terhenti saat mengingat sesuatu.
"Apa dia ke kantor Hokage?" Sakura kebali melanjutkan kegiatannya. "Kalau aku tahu hari ini dia ada kegiatan, aku lebih baik kerumah sakit saja." Sakura menghela napas panjang.
Niatan ingin menghabiskan sedikit lebih banyak waktu dengan Sasuke karena kepulangan pria itu setelah sekian lama, kini harapan Sakura terdengar berlebihan. Ia bahkan tidak bertanya apa kegiatan Sasuke hari ini.
"Begitu, ya?"
Sakura mendelik kaget mendengar suara seseorang yang sejak tadi ia risaukan.
"Sasuke?" Sakura merasa berat sekali untuk menoleh ke sumber suara karena kepergok. Tapi ia juga tak bisa mengabaikan suara Sasuke yang pasti berada tepat di belakngnya.
Sakura tersenyum lebar, hingga memperlihatjan deretan giginya yang rapih dan bersih. Sudut mata hujau itu juga ikut menyipit.
"Sasuke, ya....Aku kira hari ini kau ada kegiatan." Sakura mengikuti arah kemana Sasuke berjalan. Pria itu melangkah mendekat ke arah alamari pendingin dan membukan pintunya.
Pria itu tak menjawab dan sibuk menelisik isi dari almari pendingin di depannya. Sakura yang melihat Sasuke tidak menemukan apa yang ia cari lantas berkata.
"Ah, iya. Aku membeli tomat hari ini. Karena Sarada tidak begitu menyukai tomat, aku tidak pernah menyimpan stocknya. Tapi hari ini, aku membeli lebih." Sakura tersenyum, mencincing plastik berisi sekantung tomat segar.
"Sarada tidak suka?" Sepertinya Sasuke baru mengetahui hal ini. Ia sedikit penasaran saat mendengar istrinya mengatakan hal tentang putrinya.
Sakura yang mendapati Sasuke menanggapi ucapannya, lantas tersenyum teduh. Ia berjalan ke arah lelaki itu dan berhenti tepat di sebelah wastafel. Sakura berniat mencuci tomat segar yang baru ia beli.
"Katanya dia tidak suka teksturnya. Dia bahkan bilang kalau tomat itu sayuran yang paling buruk." Sakura masih tersenyum disertai kekehan, tapi kali ini senyumnya tampak renyuh. Ia memandang tomat-tomat do tangannya ketika air mengalih membasahi tomat-tomat itu.
Sakura kemudian berbalik, menatap Sasuke yang juga menatapnya. "Tapi, Sasuke. Selain tomat, banyak hal yang ada pada dirimu itu ada pada Sarada. Lihat saja mata, senyum, warna rambut bahkan cara berbicaranya dengan orang lain. Dia benar-benar anakmu, kan?" Sakura masih tersenyum, harap-harap menunggu jawaban suaminya.
Dan entah kenapa kata 'Dia benar-benar anakmu, kan?' yang Sakura ucapkan terdengar menyebalkan untuk Sasuke. Pria ini menatap tajam ke arah Sakura tanpa berkata. Ia hanya diam, tapi tatapannya benar-benar menunjukkan ketidaksukaan.
Sasuke masih belum bisa dimengerti sama sekali, bahkan Sakura pun dibuat tersentak karena respon Sasuke barusan.
Pria ini lantas berjalan mendekat ke arah Sakura membuat wanita bersurai merah jambu itu mendadak berdebar.
'Tidak, apa aku baru saja membuatnya marah? Tapi...kenapa?' batin Sakura.
Dada Sasuke kini menabrak dada sakura. Tidak keras, tapi tindakan Sasuke sukses membuat Sakura menegang kaku. Mereka tidak berpelukan, tapi tangan satu-satunya milik Sasuke mengambil satu buah tomat yang ada di wastafel tepat di belakang Sakura.
"Aku tidak memikirkan hal-hal sampai sejauh itu. Aku tidak peduli dia lebih mirip dengan siapa. Yang aku tahu, dia itu anakmu dan anakku." Sasuke menarik tubuhnya dan memberikan jarak pada keduanya. Ia mengangkat tangan yang menggenggam satu buah tomat. "Tadinya aku ingin menemui Kakashi untuk melaporkan sesuatu. Tapi kurasa, aku bisa melakukannya nanti sore. Siang ini aku ingin di rumah."
Sakura bisa kembali bernapas dan menghirup udara lagi. Keberadaan Sasuke yang tiba-tiba ada di hadapannya, Sakura masih belum terbiasa. Rasanya mendebarkan sekaligus menyenangkan.
Lalu Sakura teringat ucapan Sasuke tadi.
"Tapi, bukankah itu informasi penting? Kau bisa pergi kalau kau mau, Sasuke...." Sakura menghentikan langkah cepatnya saat Sasuke juga berhenti. Hampir saja, Sakura menabrak punggung dengan kaus hitam itu.
"Jadi, kau mau aku pergi? Begitu?" Terdengar nada penekanan di sana.
Cepat-cepat Sakura menggeleng. Sasuke kembali berbalik dan menatapnya tajam.
"Bu-bukan begitu, aku...aku pikir jika itu tentang misi, sebaiknya kau cepat-cepat beritahu Kakashi sensei." Sakura menggerakkan krdua tangannya menyangkal ucapan Sasuke yang terdengar menyinggung sesuatu.
"Apa kau mau ke rumah sakit setelah aku pergi?" tanya Sasuke, sesekali menggigit dan mengunyah pelan tomat segar yang ada di genggamannya.
"Aku mendapatkan cuti dua hari. Sasuke, bukan begitu maksudku." Sakura yang paham kemana arah pembicaraan suaminya berusaha untuk meluruskan. "Aku berpikir kalau kau memang sibuk dan tidak ada di rumah, sebaiknya aku memanfaatkan waktuku di rumah sakit. Kalau memang sekarang kamu ingin rumah, tentu saja aku akan tetap disini."
Sasuke sudah menghabislan satu buah tomat di gengamannya. Ia menatap lekat-lekat Sakura.
Setelah beberapa saat Sasuke tak kunjung mengatakan apapun, Sakura kembali angkat bicara.
"Sasuke...kau mendengarku?"
"Kau tidak konsisten, aku tidak menyukainya." Sasuke masih mempertahankan tatapan tajam andalannya. Kata-katanya barusan sukses membuat Sakura tercengang, hatinya bergemuruh, pikirannya kembali berkecamuk.
"A-apa? Apanya yang..." Sakura butuh penjelasan tapi pikirannya terlalu rumit karena bertabrakan dengan sisi overthinking dalam dirinya.
Apa barusan, Sasuke bilang, dia tidak menyukainya? Sungguh?
Pria itu berbalik, tapi sebelum benar-benar keluar dari dapur Sasuke meminta alih-alih memerintahkan istrinya.
"Buatkan aku sesuatu, aku lapar."
Sakura masih terpaku bahkan setelah beberapa saat wanita ini baru mengerjabkan matanya yang terasa perih. Hatinya sakit, memikirjan kemungkin benar jika yang Sasuke bilang itu adalah ketakutan Sakura. Ia ingin mengejar lelaki itu dan bertanya untuk memastikan, tapi Sakura terlalu takut jika apa yang ia pikirkan adalah jawaban dari Sasuke.
"Baik." Jika pada suasana lain, saat Sasuke meminta ia membuatkan sesuatu seperti sekarang. Mungkin Sakura akan sangat senang bahkan ia mungkin akan bernyanyi sepanjang ia memasak.
Tapi, tidak ketika ia mendengar sebuah kebenaran yang terjadi.
Ini menyakitkan.
*
*
*
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE YOU, SAKURA!
RomansaMenikah dengan Sasuke adalah takdir terindah Sakura. impiannnya sejak kecil ternyata bertemu dengan takdir. Bagi Sakura, mencintai dan memiliki ikatan pernikahan dengan Sasuke, sudah lebih dari cukup untuknya selama ini. Tanpa peduli dan tanpa ada...