Sudah beberapa minggu berlalu. Sebagian pasukan Ksatria 2 sudah dikerahkan untuk maju ke salah satu pulau milik Benua Yan yang diduga sedang membangun sebuah mesin penghancur untuk pelindung yang terpasang di Nightingale. Sedangkan sisa pasukan 2 dan juga seluruh pasukan Ksatria 1 dikirim ke Benua Owen memenuhi panggilan bantuan dari Kaisar.
“Jaga diri Kakak baik-baik. Aku tidak bisa lagi melindungi Kakak dari orang-orang yang membenci Kakak disini.” Ucap Elden sedih. Lelaki itu kini sudah lengkap memakai baju bajanya serta jubah merah bersulamkan emas sebagai lambang bangsawan Nightingale.
Mendengar itu, Adriana hanya bisa tersenyum. Tinggal di Nightingale membuat gadis itu tahu bagaimana perilaku Elden sang Pangeran Pertama Nightingale itu. Selama ini hanya lelaki itu lah yang selalu melindunginya. Terkadang dia selalu menghajar siapapun orang itu yang berani merendahkan Adriana.
Hatinya selalu menghangat. Dari kecil saat hidup menjadi gelandang sampai di asuh oleh keluarga Duke Bailey, Adriana tidak pernah mendapatkan perhatian seperti keluarga Kekaisarsan Nightingale. Mereka akrab di istana, saat di meja makan, bahkan saat jadwal latihan sihir atau ber pedang. Tapi jika Adriana mengingat masa lalunya, hanya ada kegelapan.
Adriana selalu menderita. Ia berusaha menjadi seseorang yang diharapakan keluarga Bailey. Tapi pandangan mereka selalu menatapnya tajam. Adriana kecil tidak menyukainya. Hal itu membuat sesuatu yang gelap yang bersarang di hatinya muncul ke permukaan.
Zarus.
“Jangan berkata seperti itu.” Adriana mengusap puncak kepala Elden yang lebih tinggi darinya, “Aku akan menyusul kalian setelah urusanku disini selesai. Ajarkanlah orang-orang itu dengan baik. Kita sedang dalam suasana perang.” Lanjutnya.
Elden menggenggam tangan Adriana lembut, “Pasti, Kak. Aku akan menunggu Kakak di Owen.”
“Tidak banyak yang bisa aku berikan, tapi ini akan membantumu.”
Tiba-tiba Adriana menyatukan kening mereka berdua dan menutup mata dengan nyaman. Mulutnya mengucapkan sesuatu dengan lancar yang pada saat itu keluar aliran sihir berwarna putih kekuningan di antara mereka berdua. Aliran itu memutari kepala Adriana dan Elden yang akhirnya diserap oleh Elden.
“Kakak, apa yang kau lakukan?” Elden terkejut atas apa yang Adriana lakukan itu.
“Hanya hal kecil, itu tidak masalah.”
“Apa maksudmu, itu sangat berguna!”
“Ya, ya, sama-sama.”
Entah sejak kapan Adriana mulai menjadi dirinya sendiri saat tiba di Nightingale. Walau untuk mencapai itu, ia harus melewati tantangan tersendiri. Dimulai dari tahanan Nightingale, misi di pinggiran Nightingale, sampai tujuannya yang ia bentuk untuk mencapai sesuatu. Dan entah mengapa, Adriana merasa ada sesuatu yang hilang pada dirinya.
Maksudnya, Adriana selama ini adalah Adriana. Tapi entah pada kejadian apa, Adriana seperti melupakan sesuatu pada ingatannya yang sangat penting. Ia sudah memikirkannya saat merasakannya pertama kali. Tapi sampai saat inipun, Adriana masih belum tahu apa yang ia lupakan itu.
Sepenting apa?
Lalu setalah upacara pelepasan para Kstaria 1 dan 2 untuk berperang, Nightingale hanya bisa berharap atas keselamatan mereka. Mereka adalah penyihir terlatih yang ada di Nightingale. Perang yang akan terjadi ini pasti akan memiliki perbedaan besar antara Ksatria Nightingale dan Kstaria milik Owen.
Waktu yang diperlukan untuk sampai ke Benua Owen hanya sekejap karena mereka akan menggunakan mantra teleportasi. Walau menguras mana mereka, Elden dan Ezekiel berharap untuk segera sampai ke Kekaisaran Owen segera dan istirahat. Mereka akan muncul di Kediaman Osborne dan melanjutkan perjelanan ke Kekaisaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ending Of the Villain || S2 (END)
FantasyChiara tahu jika perannya sebagai villain di sebuah cerita tidak benar-benar berakhir. Ending bahagia yang disusunnya selama ini terasa sia-sia setelah perlahan-lahan, alur dari cerita yang dibacanya berubah. Hubungan yang selama ini dianggap Chiara...