Kubah yang menutupi mereka perlahan menghilang. Ezekiel melihat situasinya saat ini dan merasa sudah tidak perlu lagi untuk ikut campur. Matanya melirik kearah Elden yang sama sekalii tidak bisa bergerak. Ada setitik rasa bersalah di hatinya, tapi pada akhirnya semua ini hanya untuk balas dendamnya.
Keadaan Chiara dan Hael juga bisa dikatan tidak baik. Mereka tengah bertarung dengan sengit dan menganggap diri mereka adalah satu-satunya objek. Karena semuanya sudah berjalan sesuai rencana walau rencana awalnya untuk memanfaatkan Elden tidak menguntungkan, Ezekiel bisa menjalankan peperangan setelahnya.
Sebuah lingkaran sihir tercipta di bawahnya. Perlahan, Ezekiel menghilang dan hanya meninggalkan kekacawan yang besar di bagian istana. Sophia dan Raymond yang baru saja datang, langsung menuju tempat pertempuran. Raymond memilih mengikuti Kakak perempuannya yang menghampiri seorang lelaki yang tergeletak tidak berdaya di tanah.
“El!” seru Sophia.
Gadis itu langsung mengangkat Elden kedalam pangkuannya. Sinar cahaya putih langsung mengelilingi tubuh Elden untuk memberikan penyembuhan. Raymond disana pun tidak diam saja. Lelaki cerdas itu mulai mengambil beberapa botol di dalam tas nya dan mulai menyembuhkan luka menganga di perut Elden dengan mantranya.
Elden dengan keadaan yang sekarat, menatap sayu kearah Sophia. Gadis itu tengah menangis menatapnya dan tak henti menyalurkan sihir penyembuhnya. Ini semua sia-sia. Ia tidak bisa di sembuhkan. Selama kutukannya masih menempel, jika ia sembuh, ia akan dikendalikan lagi. Jadi, Elden memilih tidak sembuh.
“Ke-kena-pa ka-kau mena-nangi-is?” tanya Elden. Lelaki itu berusaha mengangkat tangannya dengan seluruh tenaganya untuk sekedar menghapus air mata di wajah gadis yang sudah menjadi saudara seperguruannya.
Mendengar itu, Sophia menangis lebih banyak. Tangannya menahan tangan Elden di pipinya, “Ka-kau bodoh! Jika tidak ingin melihatku menangis, maka selamatlah! Jangan meninggalkanku seperti ini!” jelasnya.
Sihir putih yang mengelilingi tubuh Elden mulai menghilang. Sophia menghentikkan penyembuhannya karena gadis itu tahu jika Elden tidak akan bisa selamat. Raymond yang sedari awal tidak melihat peluang Elden akan selamat sedari melihat kondisinya, masih tetap berusaha untuk menghargai usaha Sophia.
“Sa-sakit... S-Sophi-hia.” Ucap Elden sembari meringis.
“Jangan tinggalkan aku! El, kumohon... hiks, jangan pergi...”
Elden tersenyum sangat manis, “Sophi-hia... ma-maaf kare-ena a-aku selalu... meng-gejek-mu se-seora-ang tabib. Ak-u ya-yakin, ka-au akan... me-nja-jadi tabib ya-ang he-bat. A-aku... me-nyaya-gimu, ka-ak Ad-riana, se-emua-muanya.... se-ega-la-nya, ak-ku ti-idak per-nah me-nyesal.”
“...”
“M-ma-aaf-kan a-ku.”
Mata itu terpejam sepenuhnya. Raymond menghentikkan aksi penyebuhannya dan membuang wajahnya karena merasa tidak kuat menahannya. Sophia langsung berteriak saat itu juga. Setelah tangan yang menyentuh pipinya tidak bertenaga dan menjadi dingin, gadis itu masih tetap menahannya disana.
Bersamaan dengan itu, para monster mulai berdatangan. Mayat hidup bangkit dari dalam tanah. Siluman, penyihir, dan iblis mulai berdatangan dari atas. Kini, langit mulai berwarna merah. Pemandangan indah dengan bintang dan bulan kini menghilang. Awan gelap berkumpul di atas Sophia dan mulai menyambar kilatan petir kepada mayat hidup yang mencoba mendekat kearahnya.
Sophia langsung mendekap tubuh Elden yang sudah tidak bernyawa itu. Wajahnya langsung berantakan dan teriakannya membuat langit seakan mengamuk. Kilatan petir terus menyambar dan Raymond berusaha menangkis seluruh serangan itu yang mencoba menyambar mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ending Of the Villain || S2 (END)
FantasiChiara tahu jika perannya sebagai villain di sebuah cerita tidak benar-benar berakhir. Ending bahagia yang disusunnya selama ini terasa sia-sia setelah perlahan-lahan, alur dari cerita yang dibacanya berubah. Hubungan yang selama ini dianggap Chiara...