PART 37 S2 || Sebuah Janin

42 4 0
                                    

Hal yang sangat menyakitkan adalah sebuah penyesalan. Andaikan... andaikan... hanya kata itu yang selalu orang-orang katakan. Sudah sebulan Chiara terbaring di atas ranjang. Gadis bersurai perak itu mengalami koma dengan luka-luka yang sangat parah. Hael selalu berada di sampingnya, menyesal setiap hari.

Karena dirinya.

Entah sudah berapa kali Hael mengutuk dirinya sendiri. Mengutuk dirinya sebagai Raja iblis. Menyesali sosok gadis yang paling di sayangi sebagai pengantin iblis. Hael merasa dunianya hancur dengan hancurnya Chiara. Masih terbayang-bayang akan pemandangan bagaimana manisnya senyum gadis itu sebelum jatuh tak berdaya di depannya.

"..."

"Kami akan pulang ke Kerajaan Fisher." Ucap Sophia.

Sosok gadis dengan surai merah gelap itu berdiri di sisi Hael sembari menatap kearah Chiara di atas ranjang. Ia baru saja masuk ke ruangan ini, lengkap dengan jubahnya dan persedian. Sebelum pulang ke kediaman Bailey, Sophia ingin melihat kondisi Chiara sekaligus memastikan kondisi Hael saat ini yang sangat menghawatirkan.

"..."

"Kak Adriana akan sulit untuk bangun dengan luka-lukanya. Tapi aku yakin, dia akan bangun karena sangat menghargai hidupnya. Dia masih memiliki janji. Dia harus menepatinya. Janjinya pada semua orang... janjinya pada El..." jelasnya yang perlahan mulai meredup.

"Aku tahu."

Sophia langsung berbalik pergi menuju pintu, "Keadaanmu juga tidak baik-baik saja. Sesudah keluar dari masa hilang kendalimu, Iblis diharuskan untuk mengurung dirinya di tempat yang dingin. Hael, Kak Adriana pasti akan menyuruhmu juga untuk pergi ke gunung es untuk pemulihan."

"..."

"Semoga beruntung."

Setelah pintu itu tertutup, ruangan kini kembali hening hanya dengan Chiara dan Hael yang tersisa. Mengingat kata-kata Sophia sebelumnya, Hael mengepalkan tangannya yang berkeringat. Bahkan bukan hanya tangannya saja, tapi wajah dan tubuhnya saat ini. Suhu tubuhnya meningkat dan Iblis memang diharuskan pergi ke tempat yang dingin.

Hanya demi Chiara.

Hanya untuk gadis itu.

Hael ingin menjadi orang pertama yang melihat Chiara membuka matanya. Menahan panas tubuhnya tidak seberat itu untuknya. Hael masih akan tetap di sisi gadis itu. Bahkan jika tubuhnya tak bisa di gerakan, ia akan memaksanya untuk bergerak dan mati untuk tetap melihat Chiara. Hanya ini yang bisa dilakukannya untuk membalas apa yang telah Chiara lakukan untuknya.

===

Etienne sedari tadi hanya terdiam ketika kursi roda yang di dorong oleh Sophia mulai memasuki kediaman Bailey. Lelaki itu menatap kosong ke bawah, tubuhnya terlihat sangat kurus, binar di wajahnya meredup. Raymond selalu menganggap jika Kakaknya yang sudah terpaksa pensiun dari pemimpin Ksatria Kerajaan Fisher itu mulai kehilangan hidupnya.

Kerajaan Fisher sangat kacau. Ibu kota Kerajaan hancur. Para warga sudah diungsikan ke tempat perlindungan oleh pihak Kerajaan. Caesar di paksa kuat untuk melaksanakan tugasnya sebagai Putra Mahkota di tengah-tengah duka dimana Adiknya meninggal dunia. Bahkan upacara kematian tidak di laksanakan.

Ketiga orang itu, Sophia, Etienne, dan Raymond, berjalan menuju kantor Duke Bailey dimana Lorenzo sudah menunggu mereka disana. Sesampainya di ruangan yang mereka tuju, mereka melihat bagaimana sibuknya Lorenzo di meja kebesarannya dengan banyaknya tumpukan kertas. Sosoknya berubah drastis. Sangat dingin dan tidak tersentuh.

"Kakak." Panggil Sophia lirih.

Gerakan tangan lorenzo berhenti. Lelaki itu meletakan pulpennya dan menatap kedepan dengan wajah dingin datarnya. Tanpa berdiri dari duduknya, lelaki itu memancarkan aura yang suram, "Kalian sudah datang, syukurlah. Cepat pergi istirahat."

Ending Of the Villain || S2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang