PART 02 S2 || Rapat

279 33 0
                                    

"Hael, bisakah kau melepaskan pelukanmu? Aku sedang berkeringat sekarang." Ucap Adriana mencoba melepaskan tangan yang memeluknya itu.

Hael dengan wajah berserinya hanya menggelengkan kepalanya dan semakin mempererat pelukan itu, "Tidak mau. Keringat kakak wangi kok." Balas bocah lelaki itu.

Mendengar ucapan Hael, orang-orang yang ada disana langsung menatap bocah 5 tahun itu aneh dan jijik. Bagaimana bisa keringat berbau wangi? Otak anak itu sudah terbalik. Adriana mengangkat lengannya dan mencium bagian ketiaknya. Dan gadis itu sama sekali tidak mencium wangi seperti yang dikatakan Hael tadi. Malahan tercium masam.

"Apakah dia sudah gila?" bisik Elden pada Ezekiel di sampingnya.

"..."

Ezekiel hanya terdiam dengan wajah bingung. Lelaki itu yang berstatus sebagai teman dari Pangeran Pertama Kekaisaran Nightingale itu mulai memikirkan apa yang dikatakan Hael tadi. Ezekial menjadi penasaran tentang wangi keringat Adriana yang berstatus seorang Putri. Biasanya bagi seorang gadis, mereka selalu memakai wewangian pada tubuhnya.

"Rajaku..." ucap lirih Elia.

"Wangi dari mana, Hael? Tubuhku bau masam." Ucap Adriana.

"Ah, wangi!" Hael tidak mempedulikan ucapan Adriana tadi dan semakin mempererat pelukannya di leher gadis itu. Hael kini seperti monyet yang menempel pada dahan pohong.

Adriana pasrah melepaskan pelukan itu. Mungkin jika semakin dipaksa, pelukan itu malah akan mencekiknya. Pandangannya mengarah kearah Elia dengan pandangan tajam, menuntut penjelasan dengan sikap Hael sekarang. Elden dan Ezekiel pun turut menatap Elia dengan pandangan polos.

Ditatap oleh orang-orang penting didepannya membuat Elia tergagap. Tapi ketika pandangannya menangkap tatapan tajam dari bocah 5 tahun di dekapan Adriana, Elia langsung tertunduk takut dengan aura-aura lelah dibelakangnya. Ia lelah menjadi serba salah.

"Jadi...?" tanya Adriana pada Elia.

"Raja tidak ingin tidur siang jika tidak bersama Putri. Maafkan hamba, Putri Adriana." Balas Elia pada akhirnya menjelaskan.

Semua orang disana bernafas lelah. Adriana berdiri sembari menggendong Hael di pelukannya. Anak itu sedari tadi tidak melepaskannya dan Adriana terpaksa menggendongnya. Walaupun tubuh anak itu sedikit berat, tapi ia bisa memberikan kedua tangannya aliran mana untuk membuat massa yang di gendongannya menjadi ringan.

Elia sedari tadi terus membungkukkan tubuhnya meminta maaf karena Rajanya yang merepotkan. Hael hanya acuh pada sekitarnya dan nyaman sendiri menyenderkan kepalanya di bahu Adriana. Tapi, bagi anak berumur 5 tahun seperti Hael, hal itu memang menyenangkan. Menyusahkan semua orang dan menganggap semuanya adalah permainan.

"Sudahlah, aku lelah." Ucap Elden tiba-tiba, "Aku akan kembali ke kediaman." Lanjutnya yang langsung pergi dari sana.

"Jangan lupa nanti malam, Elden!" teriak Adriana pada lelaki itu.

Elden hanya melambaikan tangannya dan terus melanjutkan langkahnya sampai punggung tegap lelaki itu hilang. Ezekiel membungkukkan tubuhnya sebagai penghormatan lalu tiba-tiba menghilang dengan jejak-jejak aliran sihirnya yang tipis. Elia sendiri hanya diam disana sembari menatap Hael dengan tatapan khawatir.

"Elia, kamu bisa istirahat. Aku yang akan mengurusnya." Ucap Adriana.

"Ta-tapi, Putri... Rajaku..."

"Laksanakan apa yang dikatakan kakak. Ucapannya adalah ucapanku juga." Hael menatap Elia dengan tajam. Ia merasa tidak suka dengan kehadiran gadis itu yang selalu mengikutinya kemanapun.

Ending Of the Villain || S2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang