ʙᴏɴᴄʜᴀᴘ-ɪɪ

1.6K 152 7
                                    

Guanlin masuk ke dalam kamar milik anak pertamanya, Ayden. Sebelum masuk ke dalam kamar bernuansa biru bertema basket itu, Guanlin sempat terdiam beberapa saat dan menghela nafas Panjang kemudian membuka pintu kamar berwarna putih di samping kamarnya.

Dihadapan Guanlin kini terdapat Renjun yang memejamkan mata membelakangi pintu sembari memeluk Ayden. Guanlin menghampiri mereka dan mendudukan dirinya di tepi ranjang, tangannya terulur untuk mengelus surai berwarna dark brown milik suami mungilnya

Di elusnya rambut dari lelaki mungil yang sedang memejamkan matanya itu. Guanlin berikan beberapa kecupan pada pipi Renjun sembari menggumamkan kata maaf

Renjun yang sedaritadi tidak tidur itu semakin mengeratkan pelukannya kepada Ayden dan menghindari sentuhan yang diberikan Guanlin

Guanlin beralih merebahkan tubuhnya di belakang Renjun dan merentangkan tangannya melingkar pada pinggan Renjun dengan kepala yang ia sandarkan di tengkuk Renjun

Guanlin memberikan beberapa kecupan pada tengkuk dan Pundak Renjun "Aku tau kamu tidak tidur. Maafkan aku sayang"

Renjun masih terdiam enggan mengeluarkan suara. Sedangkan Guanlin masih setia mengecupi tengkuk Renjun dan mejalar ke area belakang telinga Renjun membuat Renjun semakin memejamkan matanya

Tangan Guanlin mulai terulur masuk kedalam piyama yang dikenakan Renjun. Di elusnya perut rata milik Renjun dan menjalar naik ke arah dada. Renjun menahan deru nafasnya dan mengigit bibir bawahnya agar ia tak mengeluarkan suara karena ia tidak ingin Ayden terbangun

"Mari mewujudkan keinginan Ayden, sayang" bisik Guanlin tepat di telinga Renjun. Guanlin mencoba untuk menarik Renjun agar berbalik namun tangan Guanlin langsung di tahan oleh Renjun

Renjun berbalik dengan sendirinya dan menatap kedua manik milik suaminya itu. "Jangan memaksakan diri, hyung. Tidak apa apa jika hyung tidak ingin menambah keturunan. Ayden pasti akan mengerti, dia anak yang cukup pintar hyung"

Guanlin menggeleng cepat setelah mendengar penuturan Renjun. Tangannya kembali terulur menuju pipi milik Renjun. Di elusnya halus pipi yang yang mulus dan bertekstur kenyal seperti mochi itu.

"Bukannya hyung tidak mau. Tapi hyung tidak ingin mengambil resiko lagi. Cukup tiga tahun yang lalu hyung hampir kehilanganmu dan Ayden. Hyung tidak ingin kamu ataupun anak kita nantinya di posisi itu lagi"

Guanlin menunduk dan mengeratkan pelukannya kepada Renjun. Renjun menepuk pelan punggung Guanlin kemudian menangkup kedua pipi Guanlin dan diarahkan untuk menatap ke arahnya

"Hyung, aku tidak apa apa sungguh. Bahkan kemarin aku juga sempat pergi ke dokter dan katanya rahimku sudah lebih kuat daripada tiga tahun yang lalu. Percayalah hyung, kita tidak akan melewati masa sulit itu lagi"

Renjun mendekatkan wajahnya ke arah Guanlin. Di kecupnya bibir tebal milik Guanlin. Guanlin segera merapatkan tubuhnya kepada Renjun. Kaki Guanlin mengunci pergerakan kaki Renjun, tangannya menahan tengkuk Renjun

Ciuman yang semula hanya berupa kecupan kini mulai menjadi ciuman yang penuh dengan lumatan. Guanlin bergerak merebahkan Renjun dan mengukungnya. Suara kecipakan akibat pergulatan lidah disertai kecupan dan hisapan itu terdengar memenuhi ruangan itu

Ciuman mereka semakin dalam dengan lidah yang saling berperang di dalam. Tangan Guanlin bergerak terulur masuk kedalam piyama hendak mencari tonjolan mungil di dada suami mungilnya itu

"HWAAAAAAA BABAAAA!!!!!"

Teriakan dari seorang bocah mungil yang berada di samping mereka memutuskan kegiatan yang sudah mulai memanas itu

Guanlin segera menegakan badannya setelah Renjun sedikit mendorongnya. Mereka segera menoleh kesamping dan mendapati Ayden yang sudah terduduk sembari menangis

Distance - Guanren [ Lengkap ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang