DENDAM ANITA

33 3 0
                                    

Di Sekolah, para orangtua yang telah dipanggil Kepala Sekolah datang satu persatu. Tentu saja yang datang pertama kali adalah Aliyah selaku orangtuanya Putra karena mereka berangkat pagi bareng Pak Harry, lalu berikutnya orangtuanya Ropik, berikutnya orangtuanya Yoyo dan untuk Anita dan orangtuanya Yogi datang terlambat.

Orangtua Ropik pun kesal dan dia bercerita kepada Aliyah dan orangtuanya Yoyo kalau dia sering melarang anaknya untuk bergaul dengan Darel yang terkenal bodoh dan pernah 2x gak naik kelas itu.

Semua orangtua pun telah datang, terakhir datanglah Anita dengan ciri khasnya yang belagu. Ketika melihat muka Aliyah, dia langsung mencari keributan disana. Bahkan dia gak terima kalau anaknya di cap buat onar dan pihak sekolah selalu membela Putra (anaknya Aliyah).

Lalu Pak Kepala Sekolah menyuruh Harry untuk membuatkan surat perjanjian hanya untuk Darel yang harus Darel juga Anita tanda tangani selaku orangtua, Bilamana terlihat kembali Darel melakukan kesalahan dan membuat keributan di Sekolah, maka pihak sekolah dengan sepakat akan mengeluarkan Darel dari sekolah.
Anita merasa dipermalukan kedua kalinya oleh Aliyah, dan Anita berjanji dalam hatinya, jika nanti bertemu kembali dengan Aliyah dan anaknya maka dia akan membuat perhitungan yang sangat besar.

####

Sepulang dari kerja, Aiman lapar dan hendak makan di pinggir jalan. Karena dulu Aiman sempat merasakan jadi orang susah selama 13 tahun, makanya sampai sekarang Aiman sangat senang makan makanan di pinggir jalan. Aiman pun memarkirkan mobilnya di ruko dan makan dipinggir jalan depan ruko.

Ketika hendak pesan pecel lele,
"Pak Madun" (ucap Aiman).

"Siapa ya?" (tanya Pak Madun).

"Bener kan Pak Madun?" (tanya Aiman sekali lagi).

"Iya, Ahmadun Junaedi. Kenapa gitu?" (tanya Pak Madun bingung).

Alangkah bahagianya Aiman bertemu dengan salah satu tetangganya dulu karena Pak Madun ini sangat akrab dengan Yahya kala itu.

"Ini Eman, inget gak?" (jawab Aiman).

"Eman,,, Eman,,," (mencoba mengingat-ingat),

Ketika Pak Madun berhasil mengingat, dia tidak menyangka kalau tetangga yang pernah dia gendong dulu sekarang udah dasian.

"Ah masa, gak mungkin ah,,, masa Eman nu budak leutik keneh tea?" (ucap Pak Madun).

"Iya, iya" (ucap Aiman ingin tertawa).

Mereka pun saling bercerita. Lalu Aiman menanyakan keberadaan ibu dan adiknya. Pak Madun pun mengatakan kalau ibu Aiman (Aminah) sudah meninggal dan adik Aiman (Aliyah) sudah punya anak dan sekarang sudah pindah ke Kampung Sukasari. Malam itu juga, Aiman langsung pergi ke Kampung Sukasari untuk menemui adiknya.

SEKUAT HATI IBUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang