PERGI DARI RUMAH

35 3 0
                                    

Aliyah dan Aiman pun tiba di rumah,

"Putra, sayang ibu bawain mie ayam nih buat kamu" (teriak Aliyah memanggil Putra).

"Bisa gak sih manggilnya gak usah teriakan" (ucap Anita ketus).

"Ka Nita liat Putra gak? biasanya aku pulang kerja dia nungguin aku di ruang tamu" (tanya Aliyah).

"Mana saya tau, memangnya kamu fikir saya babby siter nya Putra" (jawab Anita ketus).

"Ada apa bu?" (saut Putra turun dari tangga).

"Sayang, kamu dari mana aja sih. Ini ibu bawain mie ayam buat kamu" (ucap Aliyah langsung mencium anaknya tersebut).

Ketika Aliyah menyentuh Putra, Aliyah pun panik karena badan Putra panas tinggi.

"Putra kok badan kamu panas sekali nak, kamu sakit? (tanya Aliyah cemas).

"Putra gak apa-apa kok bu" (jawab Putra lalu pingsan).

"Ya Allah Putra, kak tolong kak. Bantu aku bawa Putra ke rumah sakit kak" (ucap Aliyah panik).

"Kita tidak perlu ke rumah sakit. Aku akan telepon temen aku Billy, dia seorang dokter" (ucap Aiman).

Dokter Billy sahabatnya Aiman pun tiba di rumah dan segera memeriksa Putra.

"Putra mengalami demam, gejalanya seperti orang yang terkena hujan" (ucap dokter Billy).

"Hujan? Hari ini cuacanya cerah sekali dok bagaimana mungkin anak saya kehujanan?" (ucap Aliyah bingung).

"Pastikan anak anda jangan sampai telat makan" (saran dr. Billy).

Mendengar penjelasan dari dokter Billy, Aliyah merasa ada hal yang tidak beres yang menimpa anaknya.

"Baik dok, apa lagi gejala anak saya?" (tanya Aliyah).

"Saya rasa itu hanya gejala demam dan kurang sarapan. Saya akan berikan resep" (ucap Billy).

"Terimakasih Bill" (ucap Aiman).

Ketika dokter Billy pulang, Aliyah pun tidak tanggung-tanggung langsung menjambak Anita.

"Ini pasti perbuatan kamu. Kamu apakan anak saya?" (tanya Aliyah murka).

"Heyy prempuan kampung apa maksud kamu?" (ucap Anita menahan sakit).

"Lepasin" (ucap Darel mencoba menolong ibunya).

Aiman pun mencoba melepaskan cengkraman tangan Aliyah yang sedang menjambak Anita.
"Aliyah jangan"

Karena Aliyah semakin murka, Aiman pun langsung menampar Aliyah.

"Hentikan Aliyah, kenapa kamu sebegitunya curiga dengan Anita sampai kamu berani kurang ajar sama kakak ipar kamu sendiri hanya untuk membela orang lain yang bukan siapa-siapa kamu" (ucap Aiman keceplosan).

Anita dan Darel pun kaget mendengar ucapan Aiman, untung saja Putra masih belum sadarkan diri jadi tidak mendengar pertengkaran dan rahasia besar tersebut.

Aliyah pun langsung sakit hati sama kakaknya tersebut karena telah membongkar rahasia besarnya tersebut kepada orang lain.

"AKU BENCI SAMA KAKAK. AKU LEBIH KENAL SAMA PUTRA DIBANDING SAMA KAKAK. AKU LEBIH LAMA KENAL DAN HIDUP BERSAMA DENGAN PUTRA DIBANDING DENGAN KAKAK" (teriak Aliyah meluapkan kekesalan).

"Maafin kakak Al udah menampar kamu, kamu bisa tampar kak Eman balik" (ucap Aiman menyesal).

"Tamparan ini tidak seberapa sakit dibandingkan rasa sakit hati aku karena kakak sudah mengkhianati janji kakak" (ucap Aliyah kesal dan segera kemas-kemas).

Putra pun sudah sadarkan diri, mungkin karena kondisi kamar Putra saat itu sangat berisik. Aliyah pun langsung memeluk Putra.

"Sayang, kamu gak apa-apa kan? Kita siap-siap pergi dari sini ya" (ucap Aliyah).

"Aliyah kakak mohon" (pinta Aiman memelas).

"Udah sih pah biarin aja" (ucap Darel).

####

Aliyah pun bergegas keluar dari rumah, namun Aiman terus menghalanginya untuk pergi.

"Al, dengerin kakak" (ucap Aiman memelas).

"Bu, kita mau kemana sih?" (tanya Putra heran).

"Kita, akan pergi dari sini sayang" (ucap Aliyah).

"Aliyah, kakak mohon! Cuman kamu saudara yang kakak punya. Jangan tinggalkan kakak. Kakak sayang sama kamu dan Putra" (cegah Aiman memelas).

"Kakak, aku tau. Dalam diri aku ini mengalir darah kakak dan tidak dapat aku pungkiri itu. Sampai kapanpun kenyataan tidak akan bisa mengubahnya. Sekecewa apapun aku sama kakak, kak Eman tetap saudaraku. Kehadiran aku dan Putra disini telah membuat keluarga kakak tidak tentram, akan lebih baik bila aku dan anakku pergi dari rumah ini demi kebaikan kita semua" (ucap Aliyah melepas genggaman tangan Aiman di bahunya dan langsung pergi menaiki mobile online yang telah ia pesan).

Aiman pun tidak berhasil mencegah adiknya itu untuk pergi, dia pun tidak dapat berbuat banyak karena saat itu emosi adiknya tidak dapat terkendalikan. Meski dia tidak tau kemana Aliyah akan pergi, diapun berencana akan menemui Putra di sekolahnya untuk menyelesaikan masalah ini.

####

Ketika memasuki ruang tamu, diapun tidak mendapati siapa-siapa di ruang tamu. Dia tau, Anita tidak memperdulikan kepergian Aliyah karena keberadaan Aliyah di rumahnyapun sangat tidak diinginkan oleh Anita.

Memasuki kamar, dia pun mendapati Anita tengah asik berdandan dan sudah memakai piyama.

"Senang sekali kau rupanya Aliyah pergi dari rumah ini" (ucap Aiman ketus).

"Loh? Apa maksud kamu? Dia sendiri yang menginginkan angkat kaki dari rumah ini dan asal kamu tau, aku tidak terima atas tuduhannya kepadaku yang telah menyiksa Putra" (jelas Anita lantang).

"Lalu kenapa Putra bisa sakit?" (tanya Aiman menahan kesal).

"Mana saya tau" (jawab Anita singkat).

"Malangnya anak itu, ayah maafkan aku tidak bisa menjaga adikku satu-satunya" (ucap Aiman menangis).

SEKUAT HATI IBUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang