PROLOG

747 235 79
                                    

Angellita Maharani sekarang hadir dalam versi baru, banyak yang sudah dirubah, namun intinya tetap sama. Buat kalian yang belom pernah baca cerita versi awalnya. Mohon maaf, ceritanya gak sengaja ke hapus, emang Dhap rada ceroboh🤐.

Dari pada memikirkan versi lama, mending baca versi terbarunya, gak kalah seru kok.

Sebelum baca, silahkan vote terlebih dahulu biar halal. Menyenangkan orang lain itu dapat pahala. Dan jangan lupa tinggalkan komentar saran maupun kritik.

PERINGATAN!
TERDAPAT ADEGAN KEKERASAN!
.
.
.
_𝖘𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝖒𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆_

Dalam ruangan gelap yang hanya diterangi cahaya kuning redup, seorang lelaki memakai kemeja putih dengan dua kancing atas yang terbuka serta lengan yang dilipat hampir menyentuh siku, berdiri di tengah-tengah ruangan yang dipenuhi bau darah segar dan gemuruh suara pukulan keras. Tangan kirinya masih memegang kerah korbannya, tubuh lelaki kekar dengan kemeja polos berwarna coklat terlihat tak berdaya terhampar di lantai dengan kondisi wajah penuh memar pukulan dan darah.

Lelaki itu terus mengayunkan tangan ke arah bawah dengan kejam, menimbulkan suara gemetar ketika pukulannya menghantam targetnya. Semburan darah segar terbang di udara, menciptakan motif abstrak yang mencolok di lantai-lantai ruangan. Setiap gerakan tubuhnya penuh dengan intensitas dan kejam, seolah-olah ia menikmati saat-saat seperti ini, walaupun tubuhnya tidak sebesar korbannya.

Namun, kegiatan sadisnya terhenti ketika seorang wanita muncul di ambang pintu. Wanita itu berdiri dengan tegar, menatap lelaki psikopat itu dengan mata yang penuh pertanyaan. Suaranya terdengar lembut, "Rey?"

Rey hanya menoleh perlahan ke arah wanita tersebut, wajahnya yang terkena cairan merah hanya memperlihatkan senyuman menyambut. Sedangkan korbannya berbaring di lantai terengah-engah, dengan tubuhnya yang penuhi luka dan darah.

***

Di malam yang sunyi, seorang wanita berambut panjang yang dikucir kuda, memakai kaos over size berwarna chaki polos dengan celana berwarna hitam serta sneakers hitam dengan baret putih, berdiri di depan dinding yang sudah tergores karyanya yang masih proses jadi, dengan cat semprot di tangan. Cahaya lampu jalan memperlihatkan detail-detil setiap goresan cat yang ia buat, menciptakan gambaran yang menarik.

Ketika wanita itu sedang asyik menyemprotkan cat bewarna hitam sebagai linier pada dinding tersebut, datanglah seorang laki-laki yang tiba-tiba muncul dari kegelapan. Ia menyusuri langkah-langkahnya dengan percaya diri menuju wanita itu. Dengan ramahnya menjulurkan tangan sambil berkata, "Aku Bagas, siapa namamu?"

Wanita itu terkejut oleh kedatangan tiba-tiba ini, menoleh ke arahnya memperlihatkan lelaki berwajah ketimur-timuran dengan jaket kulit berwarna hitam, menjulurkan tangannya. Siapapun yang melihatnya pasti akan mengakui bahwa lelaki itu terlihat tampan ditambah gaya rambut comma hair yang makin memperjelas ketampanannya. Wanita itu meletakkan cat semprotnya pada tangan kiri sebelum meraih tangan yang diulurkan oleh Bagas. Dia membalas jabatan tangan dengan lembut, "Nita."

Namun, ternyata suaranya terhalang oleh masker respirator yang ia kenakan. Bagas mengernyitkan keningnya, berusaha memahami apa yang wanita itu katakan, dengan tersenyum sopan, mencari cara untuk mengenali lebih jauh wanita yang tengah berkarya di malam hari ini.

Nita yang paham, mencopot masker respiratornya sebentar, berharap lelaki itu dapat mendengar lebih jelas. "Maaf, namaku Nita."

Dendam Tersirat✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang