Bab 40

166 64 7
                                    

Vote sebelum membaca
Terimakasih

_𝖘𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝖒𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆_

Setelah berhasil menggenggamnya, Dewi mengangkat pisau keatas, dan siap menjatuhkannya pada tubuh sahabatnya. Namun, seseorang menarik kerah belakang Dewi, dan menyingkirkan wanita itu dari tubuh Nita. Nita yang masih tergeletak diatas tanah menyadari bayangan Dewi tak lagi menutupi dirinya dari cahaya lampu.

Nita berusaha bangkit, kembali menyerka darah diwajahnya. Gaun putihnya menjadi sangat lusuh akibat pertarungan malam ini.

"Kalian ini apa-apaan? Balas dendam bukan solusi!" David tiba-tiba muncul. Kostum vampirnya terlihat keren dibawah cahaya lampu.

Nita menatap David. "Untuk apa kamu datang kemari?"

David menatap Nita heran. "Kamu hampir dibunuh sahabatmu sendiri, dan kamu masih bertanya untuk apa aku kemari?"

Nita memutar bola matanya malas, membuang muka. "Aku tidak butuh bantuanmu."

Dewi menatap mereka bergantian, suara tepukan tangan darinya menggema dimalam yang sunyi. "Wah, ternyata kalian bersengkongkol. Atau David salah satu pionmu Nita?"

Nita menatap Dewi sinis. "Tadi kamu bilang padaku, bahwa aku merebut segalanya darimu 'kan? Apakah itu termasuk lelaki ini?"

Dewi hanya diam, dia siap kapanpun untuk memulai pertarungan kembali.

"Diam berarti iya, begini saja. Lelaki ini." Nita menatap David sejenak, kemudian kembali menatap Dewi. "Tanpa kamu sadari, dia juga memanfaatkanmu."

Nita perlahan melangkah mendekati Dewi, membuat Dewi mempererat pegangan pisaunya. Nita tersenyum dengan memperlihatkan telapak tangannya. "Tenang saja, aku tidak akan menyerangmu. Aku akan memberikan satu fakta, lelaki itu tahu apa yang kamu rencanakan untukku. Ledakan mobil, bom dalam kotak, bahkan semua rencanamu untuk membunuhku." Nita beralih menatap David. "Benar begitu David?"

David hanya diam, membuat Nita tersenyum, kemudian menatap Dewi. "Lihatlah, dia bahkan tidak bisa membela diri. Karena itulah faktanya. Dia ingin menjadi superhero, dan kamu adalah villainnya."

"Sejak awal kamu sulit berteman dengan mereka bukan? Dan kamu berniat memanfaatkan mereka. Tapi kenyataannya merekalah yang memanfaatkanmu." Nita tertawa.

Dewi menggenggam erat pisaunya, menatap David yang hanya terdiam. Benar yang dikatakan Nita, lelaki itu tidak bisa membela diri. "Sialan." Dewi menebaskan pisaunya kearah David, lelaki itu menahan pisau Dewi menggunakan tangannya, membuat cairan kental berwarna merah keluar dari telapak tangan.

"Dia bahkan tahu cara bela dirimu Dewi. Dia sudah mengamati kita sejak lama, dan diperjelas saat kita bermain permainan perang." Nita terus memprovokasi Dewi.

David menarik pisau Dewi dengan tangan kosong. Melepas pisau itu dari pemiliknya, membuat goresan tangannya makin besar. "Apa maksudmu Nita."

Nita memasang muka polos. "Aku hanya memberi tahu faktanya. Dewi berhak tahu, karena dia bodoh menilai orang lain. Dia hanya mengambil sudut pandangnya sendiri, tanpa mengetahui fakta sebenarnya. Bahkan dia juga tidak tahu bahwa aku juga menyelamatkannya darimu. Ups, aku sungguh ceroboh ya.." Nita kembali tertawa.

Dendam Tersirat✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang