Bab 40

180 65 7
                                    

Vote sebelum membaca
Terimakasih

_𝖘𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝖒𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆_

Bunda Kirana bukan orang baik, bukan pula orang yang jahat. Dia lebih tahu apapun mengenai bundanya. Mulai dari pekerjaan gelapnya yang mendagangkan daging manusia bersama Tuan besar, atau yang kita tahu sebagai papanya Rey. Juga segala kejahatan kriminal lainnya. Nita tidak mempermasalahkan hal itu selagi dia masih disayangi, dan dicintai. Dia juga tahu bunda tidak tega melakukan hal itu, tetapi terkhusus orang jahat dia yang paling tega.

Daging dan organ manusia yang diperjual belikan bukan dari manusia baik-baik, atau bisa dikatakan orang yang dianggap parasit bumi. Seperti copet, pencuri, begal, anak jalanan yang hanya suka membuat kerusuhan, pelaku pelecehan dan masih banyak kejahatan lainnya. Perdagangan ini tetap dinilai ilegal, tetapi para korbannya diserahkan langsung kepada mereka sebagai kerjasama kepada pihak hukum.

Nita masih diam mengamati mereka. Dewi dihajar habis-habisan hingga rambutnya berantakan sedangkan jubah vampir David dipenuhi robekan pisau. Entah berapa lama mereka berkelahi sambil menjelaskan permasalahan penghianatan. David dari awal tidak pernah berada di kubu Dewi. Sedangkan Angga dengan terang-terangan membantu keamanan Dewi dalam melakukan penyerangan. Ledakan mobil di depan apotek seharusnya menjadi berita hangat saat itu. Tapi apa yang terjadi? Angga menutupi semua jalur hukum dengan uang dan keahliannya dibidang program.

Mungkin Angga terlihat jahat saat itu. Tapi dia juga yang membantu David untuk menemukan Nita di saat dirinya sudah putus asa. Nita sampai sekarang tidak mengerti bagaimana jalan pikir lelaki itu, dia terkesan santai tapi nyatanya penuh misteri.

Dewi yang kelelahan menghentikan aksinya. Nafasnya terdengar sangat berat. Pisaunya baru saja diambil alih. Tatapannya beralih pada Nita. Dan yang ditatap hanya tersenyum ramah. "Bagaimana, sudah selesai?" Nita melangkah mendekatinya memberikan kue yang sudah rusak. "Aku hanya serangga kecil yang tidak sengaja mampir di sini. Aku pamit pergi, dan... Happy birthday." Dia beralih pergi.

"Aku tidak berulang tahun hari ini!" Tetapi ucapan Dewi tidak menghentikan langkah Nita. "Tunggu!" Nita masih tidak menghentikan langkahnya. Dia menimbag kalimat berikutnya dan akhirnya dia berucap. "Maaf... Aku salah melakukan semua ini." Kalimat tersebut membuat Nita berhenti, menoleh kearahnya.

"Maaf untuk kejadian apa?"

David mundur selangkah saat Dewi melangkah mendekati Nita. "Maaf karena..." Saat berada dekat dia langsung menusukkan pisau lain yang tersembunyi dibalik pakaiannya. Kemudian menambahkan senyuman puas. "Tidak membunuhmu dari awal."

Nita melotot melihat perutnya yang terkena noda darah, bukan terkena, lebih tepatnya darahnya keluar memberikan noda besar di gaun putih. David segera mengunci Dewi dengan memegangi kedua tangannya. Dewi juga tidak mempermasalahkannya, tujuannya sudah selesai. "Aku tidak peduli bahwa Angga mengkhianatiku, ataupun Revan yang menyesal meninggalkanmu."

Dewi merasa kemenangan ada ditangannya. Dia tersenyum puas, sangat puas melihat darah yang merembes keluar dari perut korbannya. Dia juga tidak merasa aneh bahwa Nita tidak melepas pisaunya. "Masalahku di dunia ini hanya satu," dia berhenti sejenak kemudian menekankan kata, "kamu. Selagi kamu hidup tidak ada hal baik di hidupku."

Kini giliran Nita yang tertawa, membuat Dewi heran. Nita melepaskan pisau dari perutnya dan membuangnya asal, dia tidak lagi menampakan wajah kesakitan ataupun melemas karena darahnya mengalir keluar. "Ya, aku tahu. Permasalahanmu hanya iri. Hanya satu kata tetapi memiliki seribu makna, benar begitu?"

Nita membelai wajah lusuh sahabatnya, menyisakan noda darah dari perutnya. Nita menggeleng pelan. "Aku sudah mengatakan padamu. Mungkin kau tidak akan merayakan ulang tahun bulan depan. Kamu tahu maksudku?" Nita mendekati wajahnya. "Itu artinya kamu akan mati malam ini." Kemudian tawanya memenuhi kesunyian malam.

Dendam Tersirat✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang