Bab 29

211 92 10
                                    

Harap vote sebelum membaca.
jangan lupa tinggalkan komen.
Terimakasih...

_𝖘𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝖒𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆_

Angga mulai memasuki area perkarangan villa sewaannya, disana sudah ada petugas yang berdiri menunggu kedatangan mereka. Angga memarkirkan mobilnya, kemudian turun, diikuti yang lainnya.

"Selamat siang tuan dan nona. Selamat datang di bukit tinggi." Petugas itu dengan ramah menyambut, menyebutkan nama daerah disana.

"Selamat siang juga."

Gibran menyenggol Xiang, membuat wanita itu menoleh. Kemudian berbisik, "mengapa petugas itu tahu kalau diantara kita ada yang bernama siang?"

Xiang menampakkan ekspresi kesal. Melotot kearahnya. "Siang, bukan Xiang!"

"Baik mari saya antar berkeliling di villa." Petugas itu dengan ramah menawarkan diri.

"Terimakasih atas tawarannya, tapi sepertinya tidak perlu, kita akan berkeliling sendiri nanti, saat ini kita perlu istirahat." Angga langsung memotong dengan senyuman. Dirinya terlalu lelah berkendara, lebih tepatnya selalu fokus kearah jalan.

"Baiklah, jika tuan dan nona perlu sesuatu, silahkan hubungi saya, atau bisa langsung bertanya ke resepsionis. Kami akan membantu."

"Baik terimakasih. Kamu sudah bisa pergi sekarang." Angga tersenyum kemudian mengeluarkan tas miliknya dan koper milik Xiang, wanita itu memang sangat rempong hingga membawa koper besar.

Gibran dan David membawa perlengkapan yang masih didalam bagasi. Mereka bergegas masuk kedalam villa tersebut.

Nita dan lima temannya tiba di villa mewah mereka, cahaya matahari siang memancar di langit biru. Air mancur yang berkilauan memikat perhatian mereka begitu mereka melangkah masuk ke halaman yang luas. Suara tawa ceria mereka memenuhi udara, sementara daun-daun pohon bergoyang pelan oleh angin sepoi-sepoi.

"Wow, ini luar biasa!" seru Nita, mata gemerlap melihat keindahan villa tersebut. Mereka melangkah masuk, menemukan ruang tamu yang elegan dengan perabotan yang mewah. Pintu kaca besar menghadap ke teras yang menawarkan pemandangan spektakuler pegunungan di kejauhan.

"Aku tidak menyangka kamu menyewa villa seperti ini," ujar David pada Angga, sambil meletakkan barang bawaan mereka di ruang tamu yang luas.

"Lalu kamu mau yang bagaimana?" Jawab Angga santai. Mungkin terlewat santai untuk menghabiskan uang sebanyak itu untuk villa yang akan mereka tempati selama dua hari.

Dewi sejak tiba terlihat murung, wanita itu mabuk perjalanan. Mungkin terlalu fokus pada layar saat diperjalanan. "Apakah aku bisa langsung istirahat?"

"Tentu saja, kamarnya ada disana." Tunjuk Angga kearah barat. "Satu orang satu kamar. Tinggal pilih saja mau yang mana."

Dewi mengangguk dan bergegas membawa perlengkapannya memasuki salah satu kamar.

Sedangkan yang lain berjalan melalui ruang tamu yang elegan, dengan furnitur yang nyaman dan dekorasi yang mencerminkan kemewahan. Suasana riang pun terasa di antara mereka.

"Ada apa di belakang sana?" Tunjuk Xiang kearah belakang.

"Aku tidak tahu," jawab Angga mengangkat bahu. "Coba lihat sendiri." Dia bergegas membawa perlengkapannya memasuki salah satu kamar disana.

Dendam Tersirat✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang