Bab 5

359 175 17
                                    

Ayolah vote dan follow akun Dhap!

_𝖘𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝖒𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆_

Pada hari yang sama, mentari yang terik memancar melalui jendela kamar Belva, menciptakan permainan cahaya yang berkilauan di seluruh ruangan. Belva duduk di atas sofa empuknya, merasakan hembusan AC yang dingin menyelimuti tubuh. Sebuah buku terbuka di pangkuannya, dengan kondisi mata yang terpejam karena kelelahan setelah sehari dengan kegiatan yang panjang.

Namun, ketika Belva hampir memasuki alam mimpi, suara ketukan pintu memecah keheningan, membuatnya terkejut, "Ck, siapa sih? Ganggu aja," gumamnya sambil merenggangkan tubuhnya dan meraba-raba meja kecil di dekatnya untuk mencari jam tangan. Sudah cukup lama ia merasa tidak memiliki waktu cukup untuk dirinya sendiri. Namun kali ini ia kembali tak memiliki waktu.

Dengan gerutan malas, Belva menjalankan kakinya menuju pintu yang diketuk. Ia menekan gagang pintu dengan tangan yang mungkin terlalu kasar, memperlihatkan asisten rumah tangganya dengan rambut yang digelung, wanita itu tampak takut dibelakang pintu.

"Ada apa? Ganggu aja!" Belva berbicara dengan nada tinggi yang mencerminkan ketidaksetujuannya atas gangguan ini.

Asisten rumah tangganya yang masih dalam keadaan menunduk, dengan suara pelan yang penuh kerendahan hati, ia berkata, "Maaf non Belva, ada tamu yang ingin bertemu."

Belva tak menjawab apapun dari wanita itu. Ia langsung melangkah dengan langkah panjang menuju lorong untuk menemui tamu yang dimaksud oleh asistennya. Pintu kamarnya yang baru saja terbuka, ditinggalkan begitu saja, dan langkah kakinya yang kuat membawanya ke ruangan lain di dalam rumahnya. Ruangan, dengan dinding berwarna hijau lembut mengesankan kemewahan dan lampu yang hangat, memberikan kontras dengan kamarnya yang dingin dan terasa steril.

Setelah Belva tiba di tempat yang dimaksud, memperlihatkan seseorang berdiri membelakanginya. Dengan cepat, Belva melangkahkan kedepan orang tersebut, matanya segera menangkap sosok laki-laki yang berperawakan gagah, mengenakan pakaian serba hitam dengan lengan kemeja yang digulung sampai siku serta terlihat cukup berumur. "Tidak sopan!" celetuk Belva sambil melangkahi orang tersebut.

Ia melewati lelaki itu dengan langkah panjangnya dan tanpa keraguan, duduk di atas sofa yang ada di sana dengan kaki yang disilangkan, seolah-olah dia adalah seorang bos yang tak perduli dengan siapapun. "Ada apa?" Belva bicara dengan logat yang sangat malas, suaranya mengawali pembicaraan.

Namun lelaki itu malah memandanginya dari ujung rambut hingga ujung kaki, seakan merendahkan wanita itu. Belva menggerutu, "untuk apa memandangiku seperti itu? Memangnya kau sudah cukup layak menilai penampilanku?" Wajahnya mencerminkan ketidaksenangan terhadap lelaki itu, terutama dengan kacamata serta pakaian serba hitam yang digunakannya.

"Kamu Belva Queenargi?" Suara berat sang lelaki terdengar di telinga Belva.

"Kau sendiri yang datang untuk menemuiku, mengapa seakan kau tidak mengenalku?" Belva memutar matanya dengan malas, menghadapi lelaki yang tampaknya ingin bermain-main dengannya. "To the point, I'm busy."

"Kedatanganku kesini hanya memberi keringanan padamu."

"Keringanan?! Kau kira aku orang miskin! Aku tidak butuh sumbanganmu."

"Aku tahu apa yang kau lakukan pada salah satu siswi SMA Garuda Bangsa. Aku bisa saja membuat dirimu aman, setelah kau mengungkapkan kesalahanmu di lapangan sekolah secara umum. Lebih cepat lebih baik."

"Kalau aku tidak mau?" Belva menjawab dengan nada yang penuh dengan ketegasan dan ketidakpedulian terhadap ancaman lelaki tersebut. "..aku sekarang mengerti, kedatanganmu kemari hanya untuk mengancamku, dan itu sangat membuang-buang waktu istirahatku. Lebih baik kau pergi, dan aku tidak minat bantuan keringanan basimu itu."

Dendam Tersirat✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang