Bab 17

271 110 4
                                    

Klik tombol bintangnya!
Dan jangan lupa follow akun Dhap.

Terimakasih^^

_𝖘𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝖒𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆_

Setelah menuruni mobil Rey, dengan kesal Nita berjalan melewati kumpulan tanaman hias dengan air mancur yang terus mengalir dikolam, memberikan suasana damai di taman rumahnya. Langkahnya terbilang cepat menuju pintu depan rumahnya guna memberi tahu Bunda tentang kepanikan dirinya terhadap Bagas.

Namun, saat dia melirik ke arah teras, matanya tertuju pada sebuah kotak coklat yang tampak mencurigakan.

Ancaman lagi? Darah kecap? Pisau mainan? Atau boneka chucky?

Dengan perasaan yang biasa, akibat terbiasa mendapatkan ancaman. Nita mendekatinya, dan ketika dia mendengar dentingan yang teratur setiap detik, ketegangan pun menghampirinya. Dengan gerakan cepat, Nita membuka kotak coklat tersebut, dan kengerian terpancar dari wajahnya ketika dia menemukan bom rakit yang siap meledak dalam waktu 13 detik. Waktu sangat terbatas dan dia harus mencari cara mematikan bom tersebut dengan cepat.

Pikirannya terus memutar untuk menemukan cara yang paling efektif, sedangkan waktu terus berjalan. Nita tidak mungkin untuk mengambil gunting dan memotong kabel yang terpasang, bukan hanya dirinya tak tau kabel mana yang harus dipotong. Melainkan waktu tidak memungkinkan dirinya melakukan sesuatu.

Pikirannya terus berputar, seketika ide cemerlang muncul di 3 detik terakhir. Tanpa ragu, Nita meraih bom tersebut dan dengan kekuatan maksimal melemparkannya ke arah kolam taman yang terletak tidak jauh dari teras rumahnya. Air mancur terus mengalir. Bom rakit terjatuh ke dalam air dengan suara gemuruh. Nita tidak tau itu bekerja dengan baik atau sebaliknya dan setelah beberapa detik, suara dentingan berhenti. Melepaskan kelegaannya, namun keringat dingin masih mengalir di dahinya.

Untung saja kolam tersebut tidak ada ikannya, jika ada Bunda pasti akan marah besar. Nita memutuskan untuk kembali melirik kotak coklat tersebut. Dalam kotak yang sekarang kosong, dia menemukan sebuah kertas dengan tulisan ancaman.

"Selamat menikmati kesenangan baru," demikian bunyi pesan ancaman yang tertulis di kertas itu. "Kesenangan baru katanya. Baiklah, akan kutunjukan kesenangan baru yang sebenarnya."

Dengan perasaan kesal Nita menendang kotak coklat tersebut hingga tertutupi tanaman-tanaman hias ditaman rumah.

"Adek sudah pulang? Mana Bagas?"

Kedatangan Bunda yang tiba-tiba membuat Nita terkejut dengan menolehkan wajahnya.

"Adek kenapa keringetan gitu? Ada masalah?" Wajah Bunda terlihat panik, seperti yang Nita duga.

Nita mendekati Bunda dan berharap Bunda tidak melihat kotak yang baru saja ia sembunyikan. "Bunda, ada masalah besar. Kak Bagas ditusuk temanku."

"Oh, tenang saja. Pasti dia tidak akan lama pilih temanmu, atau mungkin mereka saudaraan."

Hah? Tenang? Bagaimana Nita bisa tenang?Sebenarnya apa yang dibicarakan Bunda? Ditusuk Bunda! Kenapa malah nyambung saudaraan?

Nita menggelengkan kepalanya, "ditusuk pisau, Bunda. Mana ada saudara nusuk saudaranya sendiri!"

Mata Bunda sungguh terlihat menyeramkan saat bola matanya hampir keluar. "Hah apa? Kenapa bisa gitu?"

Dendam Tersirat✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang