Bab 31

212 88 11
                                    

Vote sebelum membaca
jangan lupa follow juga
Terimakasih

_𝖘𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝖒𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆_

Tidak membutuhkan waktu lama akhirnya mereka tiba di suatu tempat wisata dengan nuansa alam. Nita melihat perjalanan mereka dipenuhi dengan pohon-pohon yang indah membuatnya antusiasme ingin secepatnya turun dari mobil. Mungkin bukan hanya dirinya saja yang antusiasme, bahkan yang lainnya juga merasakan hal yang sama.

David segera memarkirkan mobil mereka kemudian bergegas turun, diikuti teman-teman yang lain.

"Wah! Indah sekali pemandangannya." Xiang melihat sebuah pemandangan gunung yang terlihat besar dari tempat parkiran. "Kapan-kapan kita hiking yuk!"

"Memang kuat?" Angga bertanya, tentu saja lelaki itu tahu karakteristik lawan bicaranya. Bagaimana mungkin seorang wanita yang rempong dan selalu memikirkan fashion atau penampilan dirinya mengajak yang lain untuk hiking? Apakah wanita itu sengaja membuat para lelaki kerepotan membawa barang-barangnya? Atau lebih parahnya lagi wanita itu akan membawa koper saat mendaki?

"Tentu saja kuat, kamu meremehkanku ya?" Xiang tidak terima dengan pertanyaan Angga yang seolah mengejeknya.

Gibran langsung merangkul dua temannya (Angga dan Xiang) dengan pandangan kearah Xiang. "Yang Angga bilang itu benar Mei. Dia bahkan sama sekali tidak ada niatan untuk meremehkanmu. Yang ada kamu akan merepotkan kita semua."

Bukannya kesalnya makin mereda, Xiang makin tidak suka dengan situasi seperti ini, tidak ada yang membelanya sama sekali. "Menyebalkan!"

Nita yang baru turun langsung menarik Xiang menjauh dari para lelaki. "Tenang saja, kapan-kapan kita hiking. Tapi sekarang kita harus menikmati pemandangan disini. Ayo."

Kepergian Xiang dan Nita membuat Gibran menatap Angga. "Memangnya Nita mau membawakan barang-barang Mei-mei?"

"Nita hanya ingin memperbaiki suasana. Itu lebih baik dari pada kalian." David melewati keduanya begitu saja, diikuti Dewi dibelakangnya.

Gibran yang baru mengalihkan pandangannya kearah David, seketika merubah pandangannya kembali kearah Angga. "Jadi, Nita bohongan?"

Angga menepuk dahinya, merasa aneh dengan sifat satu temannya ini yang berubah-ubah. Kadang bersikap pendiam, kadang cuek, dan kadang menyebalkan, tergantung suasana. "Sudahlah, aku mau masuk." Angga melepaskan tangan Gibran dari bahunya, kemudian meninggalkannya.

"Hey, aku kan juga ikut."

"Ya ayo! Kenapa masih disana? Mau jadi tukang parkir?" Angga tetap melangkah tanpa menoleh.

"Enak saja!" Gibran segera mengejar ketinggalannya.

Awal kedatangan, mereka langsung disambut oleh banyaknya anak tangga, tangga disana lebar-lebar, mungkin 2 atau 3 langkah baru akan menginjak anak tangga selanjutnya. Walaupun begitu, vibes tempat itu begitu indah dan menyegarkan mata. Disepanjang jalan menuju loket, mereka disuguhkan tanaman-tanaman tinggi yang sengaja dibentuk dipinggir tangga, daunnya begitu besar sekaligus memanyungi langkah mereka. Seandainya mereka datang disiang hari, tempat ini tidak akan membuat mereka terkena matahari langsung.

"Wah! Indahnya." Xiang memberikan ponselnya kepada Angga. "Fotokan aku disini." Kemudian Xiang langsung berlari mendahului yang lainnya.

Dendam Tersirat✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang