Bab 32

195 79 0
                                    

Silahkan Vote terlebih dahulu
Terimakasih

_𝖘𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝖒𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆_

"Selamat datang di permainan perang, adakah dari kalian yang sudah pernah bermain disini?" Petugas menyambut ramah saat mereka datang.

Nita, Angga, Xiang, David, Dewi, dan Gibran dengan kompak menggelengkan kepalanya. Mereka bahkan baru pertama kali berwisata disini.

Petugas itu tersenyum. "Wah, sepertinya kalian baru berwisata kemari. Baiklah akan saya jelaskan permainan disini, namun sebelumnya kalian diwajibkan memakai rompi, dan helm terlebih dahulu. Kemudian memilih senjata dengan bebas yang telah kami sediakan di ruangan." Petugas itu menatap mereka dengan senyuman. "Silahkan kalian bisa bersiap dulu, setelah kalian kembali, saya akan menjelaskan cara bermainnya."

Semuanya bergerak kearah tempat yang ditunjukan. Sebuah ruangan berbeda dengan banyak perlengkapan. Disana terdapat lemari dengan susunan rompi-rompi berbagai ukuran. Namun Angga lebih dulu mengambil senapan sepanjang lengannya.

Xiang yang melihat senjata-senjata yang terpajang didinding membuatnya menelan ludah, aneka senjata itu seolah nyata. "Kita akan mati!"

Dewi memasang rompi untuk melindungi tubuhnya, setelah menemukan ukuran yang cocok. "Tidak akan ada yang mati Mei, ini hanya permainan."

"Tapi kalau itu beneran gimana?" Tunjuk Xiang pada tempat senjata.

"Tidak mungkin." Nita memasang helm pelindung. "Dari pada memikirkan yang tidak akan terjadi, mendingan kamu pakai rompimu dulu."

"Kenapa kita harus main permainan seperti ini sih, memangnya tidak ada permainan yang santai saja, seperti bermain monopoli."

"Ini wisata alam, bukan digital, Mei." Dewi melangkah menuju tempat senjata, sedangkan anak laki-laki masih memilah senjata yang akan dipakai. Kecuali Angga, lelaki itu sudah mantap dengan senapan yang dia pilih, dan baru akan memakai rompi.

"Padahal bisa 'kan main monopoli dialam." Xiang menoleh kearah Nita yang akan melangkah mengambil senjata.

Nita menoleh sejenak. "Ya, memang bisa. Sepertinya kamu harus memberi masukan untuk wisata alam disini." Nita kembali melangkah menuju tempat senjata, membuat Xiang berdecak.

Senjata disana amat banyak, dari pistol, ketapel, panahan, bom, senapan, pisau, pedang, tali, dan masih banyak senjata lainnya, bedanya tidak ada tombak. Senjata-senjata disini hanyalah mainan, namun tetap tidak boleh dipakai oleh anak dibawah 9 tahun. Begitulah aturannya, mengingat seluruh permainan disini tidak ramah anak.

Para anak laki-laki telah selesai memilih senjata, mereka baru saja melangkah ditempat petugas tadi.

Nita berdiri disebelah Dewi. "Senjata apa yang akan kamu pakai?"

Dewi memegang sebuah panahan, kemudian meletakkannya kembali. "Aku bingung. Karena kita tidak diberi tahu bagaimana aturan mainnya."

"Kamu benar, mungkin inilah bagian serunya." Nita mengambil senapan, melihatnya dengan detail. Senapan itu dapat dimasukkan 8 peluru, ini akan mempermudah dalam jarak jauh. Tapi dia meletakkannya kembali.

Nita mengambil 2 bom dan langsung meletakkannya pada tempat yang disediakan rompinya, kemudian mengambil pisau, meletakkannya pada rompi. Matanya kembali mencari senjata, mengambil ketapel, dan tali, kemudian meletakkannya pada rompi. Hingga Xiang datang untuk mencari senjata.

Dendam Tersirat✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang