Bab 35

183 82 2
                                    

Harap vote sebelum membaca
Terimakasih

_𝖘𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝖒𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆_

Nita, yang penuh dengan insting bertahan hidup, segera mengelak todongan pisau kearah kanan, hingga pisau itu menancap angin kosong. Tawa dingin terdengar dari balik topeng hitam, menciptakan suasana yang semakin mencekam.

Orang misterius itu kembali melayangkan pisau, menancapkan kearah tubuhnya, namun untungnya Nita segera mundur satu langkah, membuat pisau itu menebas angin, tanpa mengenai sedikit tubuhnya.

Orang misterius itu menebas pisaunya dengan cepat, Nita menundukkan tubuhnya, memukul tangan orang misterius itu hingga pisau tersebut melayang dan menancap jendela kayu milik penduduk, untungnya tidak ada penduduk disana, mereka semua sedang menonton pertunjukan wayang dilapangan desa. Nita harus bertahan, menendang dengan penuh tenaga pada area perut, membuat orang misterius itu melangkah mundur karena tendangannya.

Ini adalah waktu yang tepat, tidak ada jalan didepan. Nita berlari makin kedalam gang gelap yang hanya diterangi cahaya dari sela-sela dinding penduduk. Dia terus berlari meninggalkan orang misterius itu, walaupun dia tidak tahu kemana ujung jalan ini. Atau bahkan lebih parahnya makin menjauh dari area lapangan.

Terdengar suara langkah yang cepat, orang misterius itu kembali mengejarnya. Nita terus berlari, mengikuti belokan disana, terkadang Nita memilih belok asal guna menyusahkan orang misterius itu. Namun ternyata orang misterius itu terus mengejarnya.

Sementara itu, pikiran Nita diisi dengan gambaran yang kelam—mayat Bundanya. Dia tahu bahwa dia harus bertahan setidaknya sampai hari esok, dia harus melihat mayat Bundanya sebelum dirinya menyusul.

Nita mempercepat laju kakinya, dia sudah terbiasa berlari dimalam hari, tentu saja karena gambaran karyanya yang dianggap ilegal, padahal itu adalah seni yang indah baginya. Sudah lupakan, kali ini dia harus bertahan hidup atau tidak ada kesempatan lagi melihat Bundanya.

Nita membelokkan larinya pada gang dipertigaan, dia terus berlari hingga langkahnya terhenti. Nita menoleh ke kanan dan ke kiri. Ini terlihat seperti jurang dengan pohon-pohon besar yang berdiri tegak. Nita mencoba melihat seberapa dalam jurang itu, namun gagal, cahaya bulan tidak mampu menerangi jurang itu. Ini bahaya, berarti dia harus bertahan habis-habisan hingga ada seseorang yang menolongnya. Tapi bagaimana jika tidak ada yang menolongnya? Nita menggelengkan kepalanya.

"Angellita Maharani."

Terdengar sebutan namanya, Nita tahu itu suara palsu yang dibuat-buat. Dia membalikkan badannya. Melihat orang misterius itu melangkah pelan dengan memainkan pisaunya bagai putaran.

Orang misterius itu tertawa, suaranya benar-benar terdengar asing. Apapun suara yang keluar, itu bukan suara asli. Ini adalah suara palsu bagaikan robot. Atau topeng itu bisa merubah suara? Nita menelan ludah, dia berjarak tak jauh dari berdirinya orang misterius itu.

"Apa kamu sudah menentukan tempat kematianmu, Angellita?"

Nita tidak menjawabnya, dia langsung menyerang lebih dulu dengan tangan kosong, tas selempangnya melayang kesana-kemari. Namun orang misterius itu dengan gampang menerima serangan, bahkan membalas serangan dengan pisau yang telah dia ambil dari jendela kayu.

Orang misterius itu menebaskan pisaunya. Langkah-langkah cepat dan refleksnya memungkinkan Nita menghindari pisau yang bergegas menuju dirinya. Nita menunduk membuat putaran dibawah, menendang kaki orang misterius itu. Namun orang itu berhasil melompat.

Dendam Tersirat✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang