Bab 14

283 118 2
                                    

Diwajibkan vote disetiap bab!
dan jangan lupa follow akun Dhap!

Boleh juga sekalian follow ig-dhap
@davina_frizky

_𝖘𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝖒𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆_

Setelah menemukan sebuah meja kosong Bagas langsung berlari meninggalkan Nita dengan membawa 2 mangkuk berisi bakso. Nita hanya mengikutinya, melihat lelaki itu dengan tertawa kecil, "cepat amat jalannya bang." Ejek Nita setelah lelaki itu meletakkan dua buah mangkok di atas meja.

"Panas Nita." Bagas menggeser mangkok milik Nita mendekatkan kepada pemiliknya.

Nita tertawa kecil dan segera duduk diikuti dengan Bagas, tak lupa Nita meletakkan boneka dan tas selempanya di samping kiri kursinya dan juga meletakkan plastik transparan berisi makanan yang sempat mereka beli di atas meja tanpa menghalangi mereka berdua.

Nita menatap mangkuk putih yang terbuat dari plastik mengingatkannya pada omongan bunda, "sepertinya kalau bunda tahu, aku pasti tidak boleh makan bakso ini." Namun Nita tetap menyendok kuah bakso untuk mencicipinya terlebih dahulu.

"Kenapa?" Tanya Bagas heran dan ikut menyendok kuah bakso.

Belum ada sedetik setelah Nita menyendok kuah ke dalam mulutnya, ia langsung merasakan lidahnya terbakar akibat kuah bakso yang masih panas, "panas!!" Dengan ekspresi spontan Nita mengibas-ngibaskan tangannya ke arah mulutnya.

Sedangkan Bagas yang sudah biasa menyeruput kuah panas sedikit tertawa melihat kelakuan gadis di depannya yang cukup lucu, "makanya hati-hati!" Kemudian kembali tertawa kecil.

"Ih kak Bagas!" Nita langsung menyeruput minuman coffee taro yang ia letakkan di atas meja. Sensasi yang mulanya panas kini menjadi sejuk kembali, namun tetap saja lidahnya seperti ada sesuatu yang menggajal.

Eh tunggu, kenapa cuma dirinya yang merasa kepanasan? Memangnya kak Bagas tidak merasakan hal itu, "kak Bagas tidak merasa kuah ini panas?"

Bagas tertawa kecil, "aku sudah biasa makan atau minum pas lagi panas-panasnya. Jadi aku sudah tidak merasakan apa yang kamu rasakan."

Memangnya begitu ya? Ya sudahlah lupakan. "Oh, soal tadi kenapa aku tidak diizinkan Bunda makan bakso ini karena.. ini!" Nita menunjuk mangkuk putih miliknya.

"Kenapa mangkuknya? Plastik?"

Nita mengangguk membenarkan, "Bunda benar-benar tidak memperbolehkan meletakkan makanan apapun yang masih panas ke dalam plastik termasuk mangkok ini. Ya.. walaupun sudah ada label aman untuk makanan, Bunda tetap tidak memperbolehkan aku memakannya." Nita menyendok satu bakso kecil ke dalam mulutnya.

Dan sesuatu yang sudah terjadi kembali terjadi lagi, lidahnya kembali terasa kebakar, mulutnya terbuka tanpa sengaja sehingga bakso di dalam mulutnya langsung menggelinding keluar. Sungguh memalukan!

"Panas Nita!" Bagas mencoba menghentikannya namun sudah terlambat.

"Telat!!" Sungguh menyebalkan sekali, apakah dirinya harus memakan bakso ini setelah bakso di mangkok Bagas telah habis? Tidak mungkin bukan?

Namun Bagas hanya tertawa kecil menanggapi dirinya, "bagaimana sekolahmu?"

Nita berpikir sejenak, "seminggu ini aman-aman saja."

Terlihat raut tidak meyakinkan dari wajah Bagas, "lalu, orang bertopeng itu? Dan orang yang mem-bully kamu?"

Nita mengulum bibirnya sejenak kemudian memberikan suaranya, "aku juga bingung, seminggu ini tidak ada hal menegangkan yang terjadi di hidupku. Bahkan aku sama sekali tidak bertemu kedua makhluk itu. Menurut kak Bagas ini sesuatu yang kebetulan atau sesuatu yang direncanakan? Atau mungkin mereka sudah lelah sama aku?"

Dendam Tersirat✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang