Bab 33

191 85 3
                                    

Silahkan vote terlebih dahulu
Terimakasih

_𝖘𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝖒𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆_

David tersenyum, tidak menyangka akan mendapatkan tim yang secerdik ini. "Sesuai taruhan, yang kalah jadi sopir dan yang menang jadi Raja." David mengingatkan dua temannya yang sudah bermuka murung.

Saat menonton teman perempuannya dalam arena permainan, mereka membuat taruhan, siapapun yang menang akan menjadi Raja, dalam artian kemauanya dituruti, namun hanya berlaku hari ini hingga malam nanti. Sedangkan yang kalah, harus menjadi sopir perjalanan hingga pulang kerumah Angga, tentunya juga melayani sang Raja.

"Harusnya aku berada ditim biru!" Keluh Angga, merasakan kekalahan.

"Memang nasib." David tertawa kembali. "Makanya jangan menganggap remeh wanita."

"Wanita punya jebakan tersembunyi." Angga membenarkan David.

"Ya itu benar, aku saja belum merasakan meletuskan balon mereka." Gibran menoleh kearah David. "Lagian kenapa kamu mengincarku Vid?!"

"Aku sebagai tim biru harus melindungi anggota tim, apa salahnya."

Angga muak dengan pertengkaran mereka, dirinya bisa pusing jika tetap duduk diantara mereka. "Cukup! Kalian masih mending. David sudah merasakan meletuskan balon, dan Panjol sudah mengetahui strategi permainan. Sedangkan aku! Aku diincar Nita, emang bangsat dia."

"Apanya yang bangsat?" Dewi bertanya, saat rombongan wanita telah tiba dihadapan mereka.

"Ti-tidak ada, pelurunya yang bangsat. Tidak ada gunanya." Angga membela diri menghindari permusuhan, sedangkan David dan Gibran tertawa lepas.

Angga bergegas bangkit. "Sudahlah, aku lapar." Dia melangkah lebih dulu ketimbang yang lain.

David dan Gibran saling tatap, kemudian tertawa. Mereka juga ikut berdiri. David menatap anak perempuan. "Ayo kita cari makan."

Para anak perempuan mengangguk, melangkahkan lebih dulu didepan David. David menjajarkan langkahnya disamping Nita. "Dimana kameramu?"

Langkah Nita seketika terhenti, matanya melotot. "Astaga!" Nita berlari kembali ke ruangan persiapan.

David menatap punggung Nita yang terus berlari. "Cerdik tapi ceroboh."

Tak lama Nita kembali dengan mengalungkan kameranya. "Eh, kamu masih menungguku?"

"Ayo buruan, mereka sudah jauh." David melanjutkan langkahnya, disusul Nita.

Kini Nita dan teman-temannya telah memasuki restoran di dalam area wisata yang memukau. Desainnya yang tropis langsung mencuri perhatian, dengan hiasan-hiasan taman yang menghijau dan tanaman hias yang berjejer di sekitar. Mereka disambut oleh aroma makanan lezat dari pengunjung lain dan suasana yang hangat didalam restoran.

Restoran ini memiliki dua bagian menarik: bagian dalam yang seperti rumah kaca dengan jendela-jendela besar yang memungkinkan cahaya matahari masuk, bagian dalamnya juga ada dua lantai dengan desain artistik. Dan bagian kedua yaitu outdoor yang terbuka dengan meja-meja kayu yang didesain dengan epik.

Nita dan teman-temannya memilih duduk di bagian dalam yang terang benderang dengan pemandangan yang menawan. Mereka dikelilingi oleh tanaman-tanaman hijau yang tumbuh di sekeliling restoran, menciptakan atmosfer tropis yang menyenangkan. Daun-daun tinggi disana terlihat menyegarkan.

Dendam Tersirat✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang