Bab 19

258 103 6
                                    

Jangan lupa vote dan komen.
Dhap selalu menunggu momen itu (◠‿◕)

_𝖘𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝖒𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆_

Saat Nita akan pergi dari ruangan resepsionis, pandangannya menatap gadis kecil kisaran usia 12 tahun terlihat kesusahan menggerakkan kursi roda yang ia duduki. Merasa kasihan, Nita segera melangkahkan kearahnya. "Butuh bantuan?"

Gadis dengan penutup kepala kain rajutan berwarna pink menoleh ke samping kanan dengan menganggukkan kepalanya. Wajahnya tampak pucat dengan kepala yang sudah tidak ditumbuhi rambut.

Nita tersenyum dan langsung memegang pegangan kursi roda, menariknya mundur membenahi sangkutan roda pada pot tanaman didalam lorong, kemudian mengarahkan jalannya. "Dimana ruanganmu?"

"Dilantai 2 nomor 411," ucap gadis itu gugup.

Mendengarnya yang membuat Nita terkejut. "Lantai 2? Lalu bagaimana kau bisa berada di lantai 1 dengan kursi roda ini?"

"Lift," jawab gadis itu singkat.

Benar juga, mana mungkin seseorang menggunakan kursi roda bisa menggunakan tangga rumah sakit. Tentu saja dia pasti menggunakan lift. Tapi bagaimana gadis itu memencet tombolnya? Ah sudahlah yang terpenting Nita akan mengantarkan gadis ini terlebih dahulu sebelum pulang.

Nita mengarahkan kursi roda gadis itu ke dalam ruangan kotak bernama lift. Setelah memasuki ruangan tersebut Nita segera menekan tombol untuk menuju lantai 2, tidak butuh waktu lama pintu lift akhirnya tertutup menyisakan mereka berdua di dalam.

Tak butuh waktu lama pintu lift terbuka di lantai 2. Dengan segera Nita mendorong kembali kursi roda itu mengarah pada ruangan dengan nomor 411.

Setelah tiba di ruangan tersebut Nita membukakan pintu dan mendorong masuk kursi roda tersebut. Saat Nita mendorong kursi itu pandangannya terasa kosong bahkan dirinya tak melihat siapapun berada di tempat itu.

Nita mendorong kursi roda itu mendekati ranjang. "Kau sendirian disini?"

Gadis itu mengangguk. "Terimakasih kak."

Nita menampakan senyuman yang memperlihatkan kebingungan dirinya.

Setelah gadis itu duduk diatas ranjang, dia mengeluarkan suaranya seolah tahu apa yang dipikirkan Nita, "aku sendiri disini."

"Sendiri? Dimana keluargamu?"

Gadis itu hanya tersenyum. "Mereka hanya mementingkan kesibukan mereka sendiri. Tidak peduli apakah aku masih hidup atau sudah tiada."

Nita tak menyangka pertanyaan sederhana yang ia lontarkan mendapatkan jawaban yang begitu mengagetkan. "Mungkin saja keluargamu sedang mencari biaya untuk pengobatanmu."

"Mungkin saja." Gadis itu tiba-tiba tersenyum manis. "Namaku Jena, nama kakak siapa?"

"Namaku Nita, senang bertemu denganmu Jena."

"Apa yang kakak lakukan di sini? Menjenguk kerabat? Atau teman kakak?"

Nita menghela nafasnya sejenak. "Aku berniat mengunjungi kekasihku. Namun sepertinya aku tidak mungkin bertemu dengannya lagi."

Dendam Tersirat✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang