Dua Belas

1.8K 294 15
                                    

Beomgyu membuka pintu ruang kepsek. Begitu terkejutnya ia ketika mendapati salah satu sosok sumber traumanya yang kini duduk dengan gaya yang agak angkuh. Di sebelahnya ada wali kelas mereka.

Setelah sepersekian detik berdiri diambang pintu, akhirnya Beomgyu dipersilahkan untuk masuk dan kini duduk di sebelah Namjoon ssaem. Sebut saja wali kelas ini menjadi penengah bagi kedua siswanya.

"Bapak sudah mendengar cerita semalam. Jujur bapak sangat kecewa denganmu Jeno," pak kepsek memulai pidatonya.

Suasana menjadi hening. Sangat teramat hening. Hanya menyisakan suara pak kepsek saja. Seakan memang sudah diatur tak ada suara selain suara beliau. Bahkan burung beo peliharaan yang bertengger di dekat jendela tak ingin menyumbangkan suara.

Beomgyu menunduk dalam. Mengingat kejadian semalam membuatnya semakin bergetar ketakutan.

"Gyu-

Bisa kamu lupakan saja kejadian semalam? Dan jangan sebar ke siapapun termasuk orang tuamu?"

Sontak Beomgyu mendongak. Memastikan suara siapa yang baru saja mampir ke telinganya.

Benar. Pak kepsek. Orang kepercayaan ayah dan bunda. Orang yang menjadi sahabat jauh ayah. Orang yang dibangga-banggakan ayah. Orang yang sebelum Beomgyu sampai ke Seoul selalu disebutkan namanya oleh ayah untuk dihormati. Orang itu. Pak kepsek.

Beomgyu tersenyum kecut. Miris sekali hidupnya.

Ah ternyata seperti ini pengaruh sosok yang memiliki uang banyak. Segalanya bisa diatur dengan mudah.

Dan dengan pertemuan ini Beomgyu menyadari, Jeno bukan orang yang mudah dilenyapkan. Karena ayahnya menjadi salah satu donatur terbesar di sekolah ini. Bahkan mampu membuat orang terhormat layaknya pak kepsek tunduk patuh padanya.

Setelah negosiasi yang cukup panjang meskipun hanya pak kepsek yang bersuara, Beomgyu pamit untuk kembali ke kelas. Ia keluar terlebih dahulu dibandingkan yang lainnya, kemungkinan orang yang masih di ruangan memiliki perbincangan yang lain.

Pintu telah dibuka. Beomgyu menapakkan kakinya keluar. Ia kembali menutup pintu dan pada detik itu pula tubuhnya ambruk. Pertahanan yang sedari tadi ia kokohkan hancur berkeping-keping bersamaan dengan perasaannya yang terkoyak-koyak hingga tak berbentuk lagi.

Detik itu pula tubuhnya kian menghangat. Ada seseorang yang mendekap tubuhnya sembari mengelus punggung Beomgyu lembut. Beomgyu yang merasakan kenyamanan kian membenamkan wajahnya di dada orang tersebut bersamaan dengan air mata yang tak kunjung menemui titik henti.

Merasakan posisi keduanya yang menghalangi jalan membuat seseorang yang mendekap Beomgyu menuntun pria manis ini untuk pergi ke tempat yang lebih aman.

.
.
.

Keduanya kini berada di taman sekolah. Tepatnya ada dibelakang kantin. Beomgyu masih menunduk meskipun sebenarnya sangat penasaran akan sosok yang kini menemaninya. Keduanya duduk di bangku taman tanpa ada yang memulai percakapan.

Keheningan yang cukup lama terjalin. Hingga bel masuk kembali berdering, menciptakan kegaduhan dari segala penjuru. Salah satu sosok tengah melewati kedua insan yang masih setia duduk di bangku taman yang terlihat tak ingin beranjak. Sosok tersebut menatap tajam kearah yang menjadi titik fokusnya. Rahangnya mengeras, wajahnya memerah, tangannya terkepal kuat. Sampai pada puncak amarah, bahunya di tepuk.

"Ayok buru ke kelas, nanti telat"

"Ah i-iya otw," balasnya sembari menutupi rasa kesal. Ia berlari meninggalkan tontonan yang menyebalkan untuk dilihat.

Saat itu pula suasana menjadi semakin sunyi. Tak ada seorangpun yang berlalu lalang di jam sekolah. Kecuali kedua orang yang kini masih setia duduk di bangku taman.

"Udah gapapa kan?"

Eh suara ini?

Dengan perlahan Beomgyu mendongakkan kepalanya, menatap lekat orang yang duduk disampingnya.

Benar saja siapa yang ia duga.

"Makasih Tae-

Eummm, u-udah bel. Lu mending ke kelas aja," lirih Beomgyu. Ia merasa tak enak hati mengajak orang disampingnya untuk membolos demi dirinya.

"Gue disini, gue selalu ada disini buat lu,"

Persetan dengan mulut manis Taehyun. Karena detik itu pula Beomgyu dibuatnya dilema. Ia bingung sendiri harus melanjutkan kesedihannya atau justru loncat-loncat bahagia.

Kurang ajar kau Kang Taehyun.

.
.
.

"Choi Beomgyu dimana?"

"Gak tau Hoseok ssaem, tadi kayaknya dipanggil kepsek tapi gak balik-balik,"

"Mungkin masih ada urusan penting. Hmmmm lalu Taehyun mana?"

Seluruh pasang mata menoleh ke arah bangku Taehyun dan menemukan kekosongan disana. Bahkan teman sebangkunya sendiri terkejut karena tak menyadari ketiadaan temannya.

"Ssaem! Izin jemput Taehyun," Yeonjun mengangkat tangannya tinggi-tinggi membuat seluruh pasang mata kini bergantian menoleh kepadanya.

Hoseok ssaem awalnya ragu, takut Yeonjun juga ikutan bolos, tetapi akhirnya ia mengijinkannya pula. Lumayan stok anak bandel bakal berkurang.

Eh gimana sih gurunya ini, pengen muridnya bolos atau kaga?

Dengan langkah riang Yeonjun berkeliling area sekolah. Berlari-lari kecil sembari bersenandung riang. Rasanya menyenangkan jalan-jalan disaat seluruh kelas sedang diisi dengan suara bising guru.

Dan lagu yang Yeonjun nyanyikan berhenti tepat disaat ia menghentikan langkah kakinya. Netranya menatap tajam ke arah dua manusia yang terlihat sangat dekat namun canggung. Perlahan tapi pasti membawa kaki-kakinya berjalan mendekati arah tujuan yang dimaksud.

"Kalo mau pacaran dikamar aja,"









Tbc

.
.
.
.
.

Hullaw

Otakku ngebug gaes, taulah mo nulis apa.

Bosen ya? Bosen ya?
Iya aku juga

Met ketemu di cerita selanjutnya, kalo lanjut tapi. Ehehe

See ya!

Crocodile || TaeGyu ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang