Daging

2.5K 369 27
                                    

Enjoy Reading

***

"Aku kangen Xie-Xie dan Yie-Yie!" Neo duduk di bawah pohon  dengan wajah lesu. Merasa perjalanan kali ini benar-benar tidak menyenangkan karena membuat dia terpisah dari adik betinanya yang sangat menggemaskan.

"Aku juga rindu. Tapi, ini hanya sebentar. Paling lama tahun depan kita sudah bisa bertemu mereka lagi." Amo berusaha menghibur adiknya yang sedari awal perjalanan memasang wajah sedih dan merana karena tidak mau berpisah dengan adik betina mereka.

"Ya," ucap Jiu mendukung perkataan Amo. Sementara Fro yang plek ketiplek seperti Mozan hanya mengangguk dengan wajah dingin. Persis saat Mozan ketika masih muda.

Neo merebahkan diri ke atas rumput sambil memandang bintang dan bulan yang menyinari langit malam. Terlihat indah namun tidak bisa membahagiakan.

Terbiasa menggendong adiknya ke mana-mana dan sekarang tangannya kosong membuat Neo tidak bahagia. Neo ingin kembali dan tinggal bersama di suku harimau saja. Tapi ... membayangkan akan bertemu dengan kakak-kakak betina cantik di suku bulu burung Neo tidak bisa mengabaikan mereka.

Dia harus mengingat terusan bahwa. Di masa depan walau dia sayang dengan adik-adik betinanya. Tapi, mereka tidak bisa dikawini, Neo harus tetap cari pasangan. Jadi mulai dari sekarang Neo harus mensugesti diri sendiri bahwa pasangan adalah prioritas dan adik adalah junioritas.

"Makan dulu." Jio menegur ketika Neo malah memejamkan mata dalam keadaan perut kosong. Mereka sudah berjalan seharian. Walau kekuatan mereka memungkinkan untuk bertahan berjalan berminggu-minggu tanpa istirahat, tetapi saat ayahnya sedang baik dan mau berhenti untuk istirahat memang sebaiknya harus dimanfaatkan. Jangan sampai mereka masih lapar saat Mozan mengajak mereka meneruskan perjalanan.

"Aku terlalu sedih karena rindu dengan saudara betinaku. Jadi aku tidak punya kekuatan untuk bergerak mencari makanan." Neo berbalik dan memeluk batang pohon di depannya, wajahnya terlihat semakin merana.

Melihat itu, Fro yang memanggang sepotong cheetah langsung merobek kaki hingga sampai ke paha dan menyerahkannya bagian paling berdaging untuk Neo dan seperti biasa, Neo langsung menerimanya dan memakan tanpa beban. Seolah-olah memang sudah seharusnya kakak-kakaknya memberinya makan.

Itu sudah biasa. Amo, Fro dan Jio sudah tidak heran lagi. Hanya terkadang mereka khawatir, jika Neo terus-menerus memiliki kebiasaan mengandalkan mereka untuk berburu. Apakah pasangan Neo di masa depan akan kelaparan karena sang adik yang mager-an dalam berburu?

"Ngomong-ngomong, kemana ayah dan ibu? kenapa mereka tidak muncul-muncul?" Jio bertanya karena hari sudah semakin larut tetapi orangtuanya yang mengatakan akan berburu tak kunjung kembali.

Mendengar pertanyaan itu, Fro mengabaikan seolah-olah tidak mendengar. Amo memalingkan wajah karena malas menjawab saat sudah tahu apa yang dilakukan orangtuanya jika hanya berdua. Sedang Neo yang mendengar pertanyaan bodoh kakaknya meliriknya dengan bibir mencibir.

"Apa? Aku kan bertanya dengan serius?" Jio tidak mengerti kenapa saudaranya menatapnya seolah-olah dia bodoh.

"Sudah berapa lama kita melakukan perjalanan?" tanya Neo.

"Satu bulan lebih."

"Dan kamu masih bertanya ke mana ayah dan ibu menghilang saat hanya berdua? Apa kamu lupa kejadian tiga Minggu lalu?"

Saat itu perjalanan baru dimulai dan setiap waktu istirahat Mozan akan membawa Yuri pergi berdua dengan alasan berburu. Sedang ke 4 anaknya harus mandiri dan mencari makan sendiri. Lalu, suatu hari mereka menemukan goa untuk beristirahat. Sialnya, Mozan hanya membawa Yuri untuk tinggal di sana dan tidak mengizinkan ke 4 anaknya ikut masuk.

You Are The Beast Book 4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang