Perang

2.7K 379 20
                                    

Enjoy reading

***

Seumur hidup, Yuri baru kali ini melihat kumpulan burung sebanyak itu. Bukan hanya 1 jenis burung, tapi berbagai macam dengan keindahan yang bervariasi.

Semuanya terlihat cantik dan menawan dengan sayap yang mengepak di langit. Di bawahnya ribuan Orc jantan dengan penutup tubuh yang juga terbuat dari berbagai bulu berdiri dengan wajah yang memiliki garis seperti pejuang.

Jika saat ini Yuri tidak sadar  bahwa  dia sedang berada di dunia Orc. Ketika melihat penampilan mereka, sudah pasti Yuri akan mengira sedang berada di suku Indonesia bagian timur yang memiliki penampilan mirip dengan mereka. Bedanya jika di suku Indonesia, mereka memiliki hiasan kain yang lebih menarik dengan ukiran batik di setiap rajutan yang digunakan. Sedang suku bulu burung, meski menggunakan bulu asli dengan warna yang sangat seragam. Tapi, mereka benar-benar tidak pandai memadu padankan warna sehingga Yuri seakan silau dengan tumpukan warna-warni bulu yang bercampur aduk menjadi satu.

Pantas, Fire memiliki selera dengan estetika yang eksentrik, ternyata bukan hanya Fire, seluruh suku bulu burung juga seperti itu.

Untung saja seperti layaknya pejantan di dunia Orc. Mereka semua terlihat tampan dan gagah. Sayang, para pria tampan itu datang bukan untuk bermain dengannya. Namun, siap mematuk dan menyerang mereka karena memasuki wilayah suku bulu burung.

"Kami datang dengan damai dan tidak bermaksud menyerang suku bulu burung." Raja yang sudah berada di depan barisan menghadapi panutua dari suku bulu burung yang berdiri kokoh di tengah tanpa kenal takut, meski yang ada di hadapannya adalah Raja kerajaan binatang yang memiliki level 10.

"Jika anda tidak datang untuk menyerang. Lalu, kenapa membawa banyak pasukan? Apakah suku bulu burung kamu anggap sebodoh ratusan tahun lalu?" Panutua ini adalah Orc yang menyaksikan sendiri penghianatan Ratu terhadap Patriak mereka. Jadi, melihat Ratu dan Raja tanpa tahu malu berani menginjakkan kaki di perbatasan suku bulu burung. Dia sangat marah dan tidak peduli berapa level yang dia miliki, dia harus membalas kematian Patriak mereka yang dahulu.

"Mereka memang pasukan kerajaan. Tapi, mereka datang bukan untuk diriku. Mereka datang untuk melindungi bangsawan Baiyu yang hendak berkunjung ke suku bulu burung." Meski raja bisa mengalahkan panutua itu dengan mudah. Namun, Ratu baru selesai melahirkan dan pasukan di belakang panutua tidak sedikit. Jadi, meski dia kuat dan bisa melawan mereka, namun dengan jumlah yang sangat tidak seimbang. Maka dia tidak serta merta bisa mengalahkan mereka semua dan bisa saja berakhir dengan kekalahan jika ada sedikit kecerobohan.  Jadi, lebih baik berusaha mundur dengan damai agar tidak terjadi perselisihan.

"Ha ... ha ha ... Berkunjung? Dengan prajurit sebanyak itu? Bahkan Patriak dari suku lain yang datang berkunjung ke suku bulu burung tidak akan membawa pasukan sebanyak itu."

"Setiap kata yang diucapkan memang tidak pernah ada kejujuran. Apa yang anda harapkan dari penghianat seperti mereka." Panutua lain ikut bicara.

"Bahkan Patriak kita yang notabenenya sahabat sedari kecil. Bisa dia hianati demi betina jalang itu."

"TUTUP MULUTMU!!!!" Seketika suara Raja menggelegar karena marah. Dia tidak masalah dihina dan semua kesalahan bisa dilemparkan padanya. Tapi, jika ada yang berani menghina Ratu. Bahkan satu suku tidak akan dia ampuni.

"Aku tidak mau menutup mulutku! Kenapa? fakta bahwa dia hanya betina jalang yang menggoda semua pejantan kuat dan menarik bukan lagi rahasia."

Mendengar itu Raja sudah hendak melempar dan siap menghancurkan mulut tidak baik itu. Namun, Ratu memegang tangannya dan menghentikan perbuatannya.

"Kapan saya menggoda Pejantan? Patriak kalian yang mengejar ku seperti orang gila. Aku tidak mau dan dia masih memaksa. Apakah aku merayunya? Sama sekali tidak. Justru kamu yang berharap dan mengejar Patriak tapi sayang dia tidak berminat padamu karena kamu jelek."

"Kamu hanya iri dengan kecantikan ku yang membuat Patriak dan Raja menyukaiku dan mengabaikan betina jelek sepertimu." Ratu bicara sembari menunjuk betina tua yang memang dulu sangat menyukai ayah Fire. Sayangnya dia terlalu jelek sehingga Patriak tidak meliriknya sedikitpun. Sekarang sepertinya betina itu masuk dalam jajaran panutua sehingga berani bermulut besar.

"Ka ... kamu ... jalang sialan!" Panutua itu marah dan ingin mengakarnya. Sayang dia betina yang tidak memiliki kekuatan. Jika bukan karena dia berhasil menjadi dukun, dia tidak akan pernah menjadi panutua yang dihormati di suku bulu burung.

"Zeleart ... bukankah anda sudah membuat perjanjian dengan Patriak Fire bahwa kita tidak akan saling menginvasi wilayah satu sama lain? Jadi, kenapa anda sekarang memasuki wilayah bulu burung dengan pasukan jika tidak ingin menyerang? Mengatakan ini hanya kunjungan, bukankah itu sangat meragukan?"

"Seperti yang anda lihat. Kami tidak menginjak wilayah suku bulu burung. Kami tidak melewati batasan dalam perjanjian karena ini masih diluar wilayah suku bulu burung. Lagipula seperti yang Raja katakan, prajurit ini memang datang untuk melindungi Baiyu." Ratu segera membantah. Memang sedari awal dia dan Raja memilih tetap bertahan di luar wilayah suku bulu burung agar tidak menimbulkan konflik. Siapa tahu karena pertarungan Mozan dan Fire yang menyebabkan beberapa lokasi menjadi gundul, sekarang keberadaan mereka ditemukan dan dianggap sebagai ancaman.

"Kami suku bulu burung bukan suku kejam yang tidak menerima pendatang. Kami menyambut semua Orc dari berbagai suku dengan tangan terbuka. Asal bisa menunjukkan asal usul dan kedudukannya. Suku bulu burung tidak akan pernah mencelakai Orc manapun dengan sengaja. Jadi, pasukan yang anda katakan hanya sebagai pelindung bangsawan benar-benar mencurigakan." Seorang panutua yang lain menjawab namun dengan kebijaksanaan dia masih bicara dengan nada biasa. Tidak meninggi seperti panutua lain yang sudah emosi.

Panutua itu menyadari bahwa saat ini Fire tidak ada di lokasi. Meski musuh lebih sedikit, namun ada Raja yang memiliki level 10 yang walau bisa dikalahkan karena jumlah yang lebih banyak. Namun, jika benar-benar terjadi peperangan tanpa adanya Fire sebagai pemimpin. Maka, kerusakan dan korban pastinya juga tidak akan sedikit. Menghindari banyak nyawa melayang tetaplah solusi terbaik.

"Jika anda tidak percaya, kami akan segera mundur dan pergi dari wilayah ini." Ratu menjawab dan siap memerintahkan agar Raja dan yang lain pergi dari wilayah itu.

"Mengetahui kamu tidak bisa menang melawan kami dan sekarang kamu ingin kabur!!! Jangan harap!!!" Tiba-tiba sebuah serangan meluncur ke arah Ratu.

Raja yang melihatnya tentu dengan sigap segera membuat perisai sehingga serangan itu tidak mengenai Ratu dan langsung hancur tak bersisa.

Akibat serangan itu, prajurit yang awalnya siap mundur seketika marah dan tanpa menunggu aba-aba ikut menyerang Orc yang berusaha mencelakai Ratu mereka.

Pasukan suku bulu burung juga sudah siap sedia. Begitu para prajurit maju, mereka juga menukik ke bawah dan melakukan perlawanan.

Negoisasi gagal dan perang akhirya tidak terelakkan.

***

TBC

You Are The Beast Book 4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang