FWB 2.0 ; Abditory ( A Hiding Place) PROLOG *
Wonwoo bangun dari tidurnya untuk mematikan alarm yang berbunyi dari ponselnya di atas nakas disamping kasurnya. Kepalanya berat, sambil meregangkan badan, Wonwoo menepuk ke samping kasurnya, merabanya sedikit. Kemudian dia baru sadar bahwa Mingyu tidak disana. Namun ada wangi kopi yang semerbak memenuhi indera penciumannya. Pria itu kemudian duduk, memakai kacamatanya sebelum berjalan membuka pintu kamar.
“Pagi, sayang… Masih pusing?”
Adalah Mingyu, pria yang sedang berkutat di depan kompor untuk memasak sarapan pagi, menyapa Wonwoo yang berjalan pelan mendekatinya. Wonwoo mengangguk, kemudian mendekati Mingyu, memeluk pinggangnya dari belakang, menyandarkan kepalanya yang berat. Mingyu mengecilkan kompornya, mengelus punggung tangan calon pengantinnya dengan lembut. Napas Wonwoo masih terasa sedikit hangat di belakang lehernya.
“Masih panas, kamu… duduk dulu gih. Aku buatin teh juga ya?”
Wonwoo menggeleng, “Mau peluk sebentar..” ujarnya dengan suara parau. Mingyu hanya bisa tersenyum sambil membiarkan prianya bermanja dengan kantuk dibelakangnya.
Pernikahan tinggal menghitung hari. 21 hari lagi, pesta akan digelar. Undangan telah disebarkan. Keduanya sedang membiasakan diri untuk tinggal bersama. Sudah beberapa kali Mingyu menginap di rumah Wonwoo, dan begitu pula sebaliknya. Walaupun rencana mereka adalah Wonwoo yang akan tinggal di rumah Mingyu setelah mereka menikah, namun tetap pembiasaan itu Wonwoo yang menginginkan.
“Duuhh mesra banget sih! Baru juga jam 7!”
Wonwoo refleks melepaskan pelukannya saat mendengar suara Seungkwan dari belakang mereka. Dengan wajah pucat, pria itu membalikkan badan dan terkekeh, kemudian menjauh dari Mingyu untuk bergabung dengan calon adik iparnya di meja makan.
“Biarin dong dek.. namanya lagi sakit..”
Mingyu menaruh dua piring nasi goreng ke atas meja, kemudian satu piring lagi di sebelah piring milik Wonwoo. Kemudian saat Wonwoo mencoba mengambil teko kaca di hadapannya, Seungkwan mengambil alih untuk menuangkannya.
“Mas bisa kok. Kwan..” Seungkwan menggeleng.
“No, no no! Pokoknya Mas Onuw jangan ngapa-ngapain hari ini. Tuh Mas Gyu juga sengaja cuti buat nemenin Mas Onuw seharian di rumah. Iya kan mas??”
Mingyu mengangguk sambil memulai makan paginya.
Wonwoo sudah dua hari mual dan sakit kepala. Kata dokter semalam, kemungkinan Wonwoo hanya terkena stress berlebihan. Dan sepertinya ini dikarenakan persiapan pernikahan mereka yang bisa dibilang agak diburu-buru.
Setelah Wonwoo keluar dari rumah sakit tempo hari, Wonwoo masih diwajibkan untuk minum obat untuk membantu menjaga stabilitas emosinya. Dia dan Mingyu masih dua minggu sekali kembali ke Sanatorium tempat Wonwoo dirawat untuk perawatan post-traumanya. Bersama Mingyu, terapi demi terapi Wonwoo lakukan dengan sabar walaupun sesekali setelah pulang terapi bisa saja Wonwoo jadi agak pemurung karena masa lalu yang terus di bawa muncul ke permukaan.
Bersamaan dengan itu, Mingyu terus-terusan membiasakan dirinya untuk mengenal Wonwoo, dan berbagai sifat baru yang muncul setiap saat. Diluar dugaan, Wonwoo tenyata adalah orang yang penuh kejutan. Banyak diantara sifat-sifat Wonwoo yang Mingyu tidak pernah tau. Seperti Wonwoo yang kelewat dekat dengan Leechan sang adik, sehingga mereka suka curhat atas kegalakan Seokmin sampai ketiduran di kamar Leechan. Atau sifat yang keluar saat Wonwoo bermanja dengan Ibunya, cerita soal kesehariannya dengan Mingyu di telepon.
Mingyu, semakin dibuat jatuh cinta oleh sosok Wonwoo yang begitu menenangkan, sekaligus begitu menyenangkan. Sosok Wonwoo bagi Mingyu seolah bagai seorang petualang yang bisa mengajaknya kemanapun dengan apapun. Entah karena perbedaan umur mereka yang 8 tahun, atau memang Mingyu yang selama ini kurang mengeksplor dunia dan hanya berputar di lingkarannya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Minwon FWB 2.0 ; Abditory
Fiksi PenggemarSequel of Minwon FWB ; A Guide for The Lost by @tetehcarat on twitter