Seungkwan baru saja keluar dari kelasnya, saat sahabatnya, Moonbin, menjemputnya di depan kelas. Hari ini mereka memang berencana untuk pergi ke cafe baru, dalam rangka update hidup masing-masing karena sudah sejak Seungkwan putus dengan Leechan, keduanya tidak bertemu dikarenakan jadwal yang berbeda. Dan Seungkwan yang jadi lebih diam dan jarang ke kampus walaupun hanya sekedar ke perpustakaan.
"Gerimis nih.. gak bawa jas hujan gue..." ujar Moonbin saat mereka berjalan ke arah parkiran.
"Gapapa lah, paling gak gede juga.." jawab Seungkwan asal.
Namun baru saja Moonbin memberikan helm ke Seungkwan, klakson mobil dari belakang membuat keduanya menoleh. Ada mobil BMW merah menyala yang menunggu mereka dari belakang. Dan Seungkwan tau siapa pemilik mobil itu. Yang kemudian membuka kacanya, dan menyembulkan kepalanya ke luar.
"Kak Vernon..?"
Moonbin dan Seungkwan saling tatap. "Kok lo gak bilang kalo mau di jemput?" tanyanya berbisik.
"Gue juga ga tau kalo dia mau kesini, bin! Gimana dong..." jawab Seungkwan, bingung. Moonbin mendecak.
"Ya gimana lagi. Masa lo nyuruh dia pulang... yaudah sana deh lo sama dia."
Seungkwan menatap Moonbin dengan sesalnya, sambil memberikan helm ke pemiliknya lagi.
"Sorry ya Bin. Gue tebus deh nanti. Sorry yaaa?"
Setelah tebusan yang agak canggung itu, Seungkwan meninggalkan Moonbin dan langsung pergi ke arah Vernon yang sudah menunggu.
"Kak, kok kesini??" tanya Seungkwan penasaran.
"Iya, sengaja sih. Kamu mau jalan sama temen kamu itu ya?"
Seungkwan menggeleng, "Engga sih, gak urgent juga. Bisa di reschedule. Hehehe.."
"Oh.. yaudah, masuk sini?"
Tanpa basa basi, Seungkwan memutar arah untuk masuk ke dalam mobil itu. Menuruti Vernon di sore yang gerimis ini, karena ternyata pria itu ingin membawa Seungkwan ke PIK, seperti biasa, tempat kencan mereka.
Selama perjalanan tidak banyak yang diucapkan Seungkwan. Hanya sesekali ikut bersenandung dengan lagu dari spotify playlist di mobil, atau mengomentari betapa beceknya jalanan malam itu karena hujan semakin deras. Vernon berhenti pada satu parkiran yang tidak terlalu ramai setelah mereka drive thru Starbucks saat memasuki wilayah PIK tadi. Mengajak Seungkwan minum di mobil sambil menunggu hujan berhenti.
"Gimana rasanya, setelah putus dari Leechan, Kwan?"
Seungkwan yang sedang mengirim pesan pada Mingyu soal dia yang akan pulang telat, jadi tercekat. Senyum di wajahnya setelah tadi bilang bahwa caramel machiatto milik Vernon enak langsung menghilang. Sempat Seungkwan menatap pria disebelahnya itu sekitar 0.5 detik sebelum kembali menatap pada jendela di sebelah kirinya.
"Ya... ya gitu aja Kak.." jawabnya dengan abu-abu. Tidak jelas.
Karena Seungkwan sendiri tidak tau bagaimana. Keputusannya untuk menyudahi hubungannya dengan Leechan tidak pernah benar-benar dia pikirkan setelah putus. Hidupnya berjalan seperti biasa. Yang berubah hanyalah tidak ada lagi pesan singkat atau telepon singkat yang masuk ke ponselnya. Tidak ada lagi yang dia keluhkan saat sedang mengerjakan thesis dan ada orang yang minta ditemani untuk telepon. Tidak ada Leechan. Hanya ada Vernon yang luar biasa berbeda dengan mantan kekasihnya itu.
"Gitu gimana? Kamu cemburu dia deket sama perempuan itu ya? Saya lihat akunnya kok.."
Pertanyaan itu tidak dijawab oleh Seungkwan. Tidak perlu jawaban bahkan. Saking jelasnya jawaban itu tercetak di ekspresinya. Vernon paling tidak suka basa basi. Sejujurnya Seungkwan juga bingung kenapa pria itu menanyakan soal Leechan sekarang, disaat dia harusnya fokus menata hidupnya sendiri sebelum benar-benar memutuskan menyukai Vernon dan menjalin hubungan dengan Vernon yang belum apa-apa, badainya sudah kelihatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Minwon FWB 2.0 ; Abditory
FanfictionSequel of Minwon FWB ; A Guide for The Lost by @tetehcarat on twitter